Setelah selesai dengan wara-wiri dari KOMDIS, akhirnya peserta ospek diperintahkan untuk tidur, karena tahu akan dibangunkan satu jam lagi, semua peserta tak ada yang mengganti pakaiannya, mereka tidur apa adanya dengan baju yang sudah seharian dipakai.Azzrafiq mencari nomor provider Magika yang pernah dia minta, namun dia tak menemukannya."Aneh, bukannya kemarin-kemarin dia udah save nomornya ya?" Gumam Azzrafiq.Lalu dia coba scroll lagi, terdapat kontak dengan nama my sweet girlfriend, Azzrafiq mengerutkan keningnya, seingatnya, tak pernah menyimpan kontak dengan nama tersebut, meskipun dia sudah berpacaran dengan Bianca, namun namun kontaknya tak pernah dia simpan dengan nama itu.Azzrafiq coba memanggil kontak tersebut, seketika dia tahu suara yang menjawab panggilannya."Hallo my sweet girlfriend." Kata Azzrafiq sambil terkekeh"Hahaha, ketauan juga, kenapa nelpon? Tidur yuk bentar lagi kan ada jerit malam." Ujar Magika."Iya, sebelum tidur aku mau denger suara kamu.""Hah? Ken
Magika dan Azzrafiq saling berpegangan tangan, namun seseorang yang menarik tangan mereka memisahkan keduanya.Magika menjerit sekuatnya meskipun mulutnya dibekap, selain kaget kakinya juga masih terasa sakit. Lalu orang yang membawanya itu coba menenangkannya perlahan."Ssstt jangan teriak-teriak, tenang ini aku." Ujar Randy yang masih membekap mulut adik tingkatnya itu. Dirasa Magika sudah cukup tenang, Randy melepaskan bekapannya perlahan dan membuka hoodie yang menutup kepalanya.Magika menatap tajam Randy yang membuatnya terperanjat setengah mati. Betapa tidak, di tengah malam yang gelap dan panik mendengar teriakan seseorang lalu tiba-tiba ada yang menarik tangannya."Ish Kak Randy gak lucu tahu." Pekik Magika yang hampir menangis. "Mana kaki aku masih sakit lagi.""Maaf Gee, tadinya aku cuma mau bebasin kamu dari kerjaan KOMDIS." Jelas Randy.Dengan kesal Magika memukul bahu Randy sekencangnya hingga Randy merintih kesakitan, itu risiko orang yang suka usil."Ya tapi gak narik
Setelah melaui banyak drama ospek selama beberapa hari ini, akhirnya pada hari sabtu menjelang sore masa orientasi selesai, para peserta dikumpulkan di lapangan rumput, membuat barisan berbentuk lingkaran besar, sambil membawa tepung di tangan masing-masing. Semua panitia pun berkumpul di tengah-tengah lingkaran yang dibentuk oleh Mahasiswa angkatan 2012.Satu persatu panitia memperkenalkan diri, KOMDIS yang awalnya tidak ramah dan galak, kini berubah menjadi lebih baik dan menjadi manusia normal pada umumnya. Panitia yang paling menyebalkan, boleh dilempar pakai tepung, dan tentu saja Mochtar sang ketua KOMDIS, menjadi sasaran empuk bagi peserta ospek, dan menjadi kakak tingkat yang paling banyak di lempari tepung.Berbeda dengan Magika yang masih menahan tepung ditangannya, dia ingin melempar ke salah satu kakak tingkat yang menurutnya sangat menyebalkan dibanding para KOMDIS, setelah menilik beberapa kakak tingkat yang berkumpul di hadapannya, akhirnya sasarannya ditemukan.Randy d
Di saat mendokumentasikan momen berdua bersama Azzrafiq, Magika melihat Nisrina datang mendekati mereka, Magika yang tahu bahwa tujuan Nisrina adalah Azzrafiq, dia coba menjauh dari lelaki yang sedang merangkul pinggangnya itu."Aku mau ambil minuman dulu ya." Kata Magika.Magika memberikan celah untuk Nisrina yang ingin mendekati Azzrafiq, mungkin ada yang ingin disampaikan Nisrina pada lelaki itu, entahlah itu apa, dia tak ingin terlalu tahu urusan orang lain.Karena memang sudah haus dan lapar juga, Magika mengambil makanan dan minuman di beberapa stand yang ada di setiap sudut Aula. Terlihat Nisrina membawa satu tangkai bunga mawar merah yang dia temukan di lahan perkebunan, untuk diberikan pada Azzrafiq."Maaf ya aku ganggu moment kamu sama Magika, pasti kamu gak suka aku datangin." Ucap Nisrina seraya memberikan bunganya pada Azzrafiq, kali ini lelaki itu menerimanya karena mood nya sedang bagus."Thank's bunganya." Ucap Azzrafiq sambil tersenyum."Mungkin ini yang terakhir aku
Magika menikmati angin malam yang menerpa wajahnya, dia menutup rapat resleting jaketnya ketika hembusan angin malam semakin kencang, dia menutup matanya dan kembali menghirup udara segar yang tak dia dapatkan di Kota Bandung yang saat ini sudah sangat padat penduduknya."Ngapain sendirian di sini?" Tanya Azzrafiq yang sedari tadi mengikutinya diam-diam.Magika terperanjat dan menatap Azzrafiq yang telah ada di sampingnya. "Ish bikin kaget aja."Azzrafiq melihat langit yang tampak seperti lukisan. "Masih kayak malam sebelumnya ya, banyak bintang yang bertaburan."Magika berjalan ke atas bukit untuk melihat bintang-bintang dan menikmati malam terakhir berada di sini, Azzrafiq mengikutinya dari belakang, kemana pun Magika melangkah lelaki itu pasti akan membuntutinya seperti bayangan."Kan kamu yang bilang mereka tuh saksi perjalanan kita, kayaknya dimanapun kita berada mereka pasti bakalan muncul buat jadi penerang." Tukas Magika."Iya bakalan jadi saksi perjalanan kita sampai aku sama
Pagi telah tiba, langit telah merubah warnanya menjadi lebih terang, cahaya matahari belum terlihat, nyanyian burung mulai berkumandang, terdengar sangat merdu menghiasi pagi ini, juga detak jantung Azzrafiq yang dapat Magika rasakan. Udara pagi yang menyeruak membuat Magika bergidik dan terbangun dari tidurnya.Ketika menyadari dirinya terbangun dalam pelukan Azzrafiq, Magika membelalakan matanya, namun dia tak berani bergerak karena khawatir membangunkan lelaki itu."Good morning Magika." Sapa Azzrafiq yang menyadari Magika sudah terbangun.Magika mendongakkan kepalanya dan melihat Azzrafiq yang tengah tersenyum menyambutnya dengan hangat, Magika membalasnya dengan senyuman manis di bibirnya yang merah alami, meskipun dirinya merasa canggung berada sedekat ini dengan Azzrafiq, namun dia berusaha terlihat tenang dan bersikap biasa saja."Good morning Azz." Sahut Magika sambil menggeliatkan tubuhnya, dia menggeser tubuhnya agar menyamakan posisinya dengan Azzrafiq."Baru aja ketemu di
Magika segera masuk ke ruang tidur wanita untuk membereskan perlengkapannya. Segala macam ada di dalam ranselnya, Magika merapikan isi ranselnya dengan memisahkan pakaian kotor dan bersih, dan juga beberapa makanan yang tak termakan."Berat banget perasaan." Gerutu Magika.Magika mengeluarkan semua makanan yang tak termakan untuk dibagikan pada teman-temannya."Dari kemaren coba Gee bagi-bagi makanan tuh." Kata Vanilla."Iya aku lupa, itu roti juga masih lama expired, Cuma bentukannya aja yang udah gak karuan karena aku tidurin." Jelas Magika seraya masih merapikan isi tas nya."Gapapa, buat nahan laper, kayaknya panitia juga udah kehabisan stock makanan, makanya gak ada sarapan pagi ini." Sahut Vanilla."Waaa Magika bagi-bagi sembako." Celetuk Zea, lalu mengambil roti yang masih terlihat bagus rupanya. "Oh ya semalem kamu kemana sih Gee? Kita nyariin tahu."Magika menoleh pada Zea, mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya."Sama temen kelompok Ze.""Kompak amat kelihatanya kelompok
Azzrafiq menunggu Magika di tangga, seperti yang sudah dia bilang sebelumnya, namun sampai semua orang sudah pada turun, Magika masih belum muncul, dia mencarinya ke ruang tidur wanita, dan sudah tidak ada siapa-siapa di sana, Azzrafiq kembali menuju tangga, ketika mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Magika, daya baterainya sudah habis."Fiq, gue cariin juga dari tadi, masih di sini ternyata, ayo keluar Aula udah mau dikunci sama yang jaga." Ujar Maulana."Gue nungguin Magika, lo lihat dia gak di luar?""Gak ada, gue kira sama lo, kalian kan udah kayak anak kembar persis si Sastrawardana, kemana-mana barengan muluk.""Kali ini gue bener-bener kehilangan jejaknya." Ucap Azzrafiq lirih.Maulana berdecak."Ya siapa tahu sama temen-temen sekelasnya, ayo turun." Ajak Maulana.Azzrafiq ikut turun bersama Maulana, sampainya di lapangan rumput, dia mencari Magika tapi masih tak menemukannya, hingga panitia menyuruhnya segera naik truk untuk pulang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,