Di saat mendokumentasikan momen berdua bersama Azzrafiq, Magika melihat Nisrina datang mendekati mereka, Magika yang tahu bahwa tujuan Nisrina adalah Azzrafiq, dia coba menjauh dari lelaki yang sedang merangkul pinggangnya itu."Aku mau ambil minuman dulu ya." Kata Magika.Magika memberikan celah untuk Nisrina yang ingin mendekati Azzrafiq, mungkin ada yang ingin disampaikan Nisrina pada lelaki itu, entahlah itu apa, dia tak ingin terlalu tahu urusan orang lain.Karena memang sudah haus dan lapar juga, Magika mengambil makanan dan minuman di beberapa stand yang ada di setiap sudut Aula. Terlihat Nisrina membawa satu tangkai bunga mawar merah yang dia temukan di lahan perkebunan, untuk diberikan pada Azzrafiq."Maaf ya aku ganggu moment kamu sama Magika, pasti kamu gak suka aku datangin." Ucap Nisrina seraya memberikan bunganya pada Azzrafiq, kali ini lelaki itu menerimanya karena mood nya sedang bagus."Thank's bunganya." Ucap Azzrafiq sambil tersenyum."Mungkin ini yang terakhir aku
Magika menikmati angin malam yang menerpa wajahnya, dia menutup rapat resleting jaketnya ketika hembusan angin malam semakin kencang, dia menutup matanya dan kembali menghirup udara segar yang tak dia dapatkan di Kota Bandung yang saat ini sudah sangat padat penduduknya."Ngapain sendirian di sini?" Tanya Azzrafiq yang sedari tadi mengikutinya diam-diam.Magika terperanjat dan menatap Azzrafiq yang telah ada di sampingnya. "Ish bikin kaget aja."Azzrafiq melihat langit yang tampak seperti lukisan. "Masih kayak malam sebelumnya ya, banyak bintang yang bertaburan."Magika berjalan ke atas bukit untuk melihat bintang-bintang dan menikmati malam terakhir berada di sini, Azzrafiq mengikutinya dari belakang, kemana pun Magika melangkah lelaki itu pasti akan membuntutinya seperti bayangan."Kan kamu yang bilang mereka tuh saksi perjalanan kita, kayaknya dimanapun kita berada mereka pasti bakalan muncul buat jadi penerang." Tukas Magika."Iya bakalan jadi saksi perjalanan kita sampai aku sama
Pagi telah tiba, langit telah merubah warnanya menjadi lebih terang, cahaya matahari belum terlihat, nyanyian burung mulai berkumandang, terdengar sangat merdu menghiasi pagi ini, juga detak jantung Azzrafiq yang dapat Magika rasakan. Udara pagi yang menyeruak membuat Magika bergidik dan terbangun dari tidurnya.Ketika menyadari dirinya terbangun dalam pelukan Azzrafiq, Magika membelalakan matanya, namun dia tak berani bergerak karena khawatir membangunkan lelaki itu."Good morning Magika." Sapa Azzrafiq yang menyadari Magika sudah terbangun.Magika mendongakkan kepalanya dan melihat Azzrafiq yang tengah tersenyum menyambutnya dengan hangat, Magika membalasnya dengan senyuman manis di bibirnya yang merah alami, meskipun dirinya merasa canggung berada sedekat ini dengan Azzrafiq, namun dia berusaha terlihat tenang dan bersikap biasa saja."Good morning Azz." Sahut Magika sambil menggeliatkan tubuhnya, dia menggeser tubuhnya agar menyamakan posisinya dengan Azzrafiq."Baru aja ketemu di
Magika segera masuk ke ruang tidur wanita untuk membereskan perlengkapannya. Segala macam ada di dalam ranselnya, Magika merapikan isi ranselnya dengan memisahkan pakaian kotor dan bersih, dan juga beberapa makanan yang tak termakan."Berat banget perasaan." Gerutu Magika.Magika mengeluarkan semua makanan yang tak termakan untuk dibagikan pada teman-temannya."Dari kemaren coba Gee bagi-bagi makanan tuh." Kata Vanilla."Iya aku lupa, itu roti juga masih lama expired, Cuma bentukannya aja yang udah gak karuan karena aku tidurin." Jelas Magika seraya masih merapikan isi tas nya."Gapapa, buat nahan laper, kayaknya panitia juga udah kehabisan stock makanan, makanya gak ada sarapan pagi ini." Sahut Vanilla."Waaa Magika bagi-bagi sembako." Celetuk Zea, lalu mengambil roti yang masih terlihat bagus rupanya. "Oh ya semalem kamu kemana sih Gee? Kita nyariin tahu."Magika menoleh pada Zea, mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya."Sama temen kelompok Ze.""Kompak amat kelihatanya kelompok
Azzrafiq menunggu Magika di tangga, seperti yang sudah dia bilang sebelumnya, namun sampai semua orang sudah pada turun, Magika masih belum muncul, dia mencarinya ke ruang tidur wanita, dan sudah tidak ada siapa-siapa di sana, Azzrafiq kembali menuju tangga, ketika mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Magika, daya baterainya sudah habis."Fiq, gue cariin juga dari tadi, masih di sini ternyata, ayo keluar Aula udah mau dikunci sama yang jaga." Ujar Maulana."Gue nungguin Magika, lo lihat dia gak di luar?""Gak ada, gue kira sama lo, kalian kan udah kayak anak kembar persis si Sastrawardana, kemana-mana barengan muluk.""Kali ini gue bener-bener kehilangan jejaknya." Ucap Azzrafiq lirih.Maulana berdecak."Ya siapa tahu sama temen-temen sekelasnya, ayo turun." Ajak Maulana.Azzrafiq ikut turun bersama Maulana, sampainya di lapangan rumput, dia mencari Magika tapi masih tak menemukannya, hingga panitia menyuruhnya segera naik truk untuk pulang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
Suara ketukan pintu membangunkan Azzrafiq dari tidurnya, ketukan itu masih belum berhenti, dengan malas dia turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju pintu dengan mata yang sangat lengket, Bianca yang sudah lama tak menemuinya kini datang menghampiri.Selama kuliah di Bandung, baru kali ini lagi Azzrafiq bertemu dengan Bianca, di saat hatinya telah beralih dan berlari sangat jauh, bahkan tak mengharapkan lagi seseorang yang di hadapannya datang, nampaknya perasaannya terhadap Bianca benar-benar lenyap. Tak seperti dulu lagi, dimana ada rona kebahagiaan di raut wajahnya, kini semua itu sirna.Bianca langsung memeluknya ketika pintu kamar Azzrafiq terbuka, dan yang tak disangkanya lagi, pelukan itu terasa dingin dan tak mampu memudarkan rasa rindu yang kini dimiliki oleh wanita lain."Aku kangen banget sama kamu by." Tutur Bianca dalam pelukannya.Azzrafiq tak membalas pelukannya, tangannya masih terkulai dan tak menggenggam punggung mungil yang mendekapnya, dia pun merasa aneh, be
Azzrafiq terbangun dari tidurnya, dia langsung melihat ponselnya yang disimpan di dadanya selama tidur, berharap ada balasan pesan dari Magika, namun wanita itu masih belum saja mengabarinya, perasaan Azzrafiq kembali gundah, kemanakah Magika?Azzrafiq coba mengirim pesan lagi pada wanita itu, lalu perlahan beranjak dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu kamar Yudhistira, dia mendapati Bianca masih ada di sini yang membuatnya malas untuk keluar dari kamar sahabatnya itu, kemudian dia menutup kembali pintunya, tapi Bianca telah melihatnya membuka pintu, lalu menyusulnya untuk meminta maaf.Bianca mengetuk pelan pintu kamar Yudhistira. "By, buka pintunya ada yang mau aku omongin sama kamu."Jengah mendengar ketukan pintu, Azzrafiq membukanya, dia keluar dari kamar Yudhistira dan berjalan menuju kamarnya melewati kekasihnya yang tengah menunggunya, Bianca mencoba sabar dengan sikap Azzrafiq yang dingin, dia mengikuti lelaki itu dari belakang.Azzrafiq duduk di kur
Suara alarm dari handphone Magika berbunyi, dan hari senin telah kembali menyapanya yang sangat malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Dia mengutuk suara alarm. Mau tak mau Magika harus bangun, kakinya sudah tidak terasa sakit lagi, namun langkahnya terasa sangat berat, rasanya ingin kembali tidur. dia berusaha melawan rasa malasnya dan secepat mungkin bersiap-siap untuk pergi kuliah.Selesai mandi Magika berkaca, dan melihat bayangannya di dalam cermin, matanya menghitam seperti mata panda, dan kantung mata masih terlihat jelas, Magika memakaikannya eye cream agar sedikit terlihat fresh, meskipun sama sekali tidak menutupinya.Dia melihat ponselnya sejenak, dia membaca pesan Azzrafiq yang belum sempat dibalasnya saat malam, namun ada senyuman di garis bibirnya ketika membaca chat terakhir dari lelaki itu."Ish iseng banget tuh anak, ok mulai sekarang aku gak bakalan anggap godaan dia." Gumam Magika lalu membalas pesan AzzrafiqMagika Keandra AdribrataAzz, ya ampun maaf baru bales l