"Selamat malam, nona Esmeraldo. Senang bertemu denganmu lagi." Ucap Grace dengan nada meremehkan.
Cassie tidak menanggapi sapaan itu, dia tidak memiliki waktu untuk mengobrol dengan Grace. Sakit hatinya beberapa tahun lalu membuat Cassie tidak ingin bertemu pandang dengan wajah memuakkan Grace. Tak disangka malam ini mereka justru dipertemukan di acara salah satu pelanggan setianya. Tidak, Cassie tidak menyalahkan Nyonya Teresa atau siapapun. Masalah antar dirinya dengan Grace hanya dimiliki oleh mereka berdua, orang lain tidak memiliki sangkut paut dengan itu. Pada awalnya Grace dan Cassie adalah sepasang sahabat ketika mereka sedang studi bersama di University of the Arts London. Keduanya sama-sama mengambil jurusan seni rupa dan berteman dengan baik hingga mereka lulus studi. Semuanya baik-baik saja, bahkan saat mereka sama-sama kembali ke Italia, mendirikan studio sendiri dan menjadi pelukis pemula di sini. Namun, tali persahabatan itu hanCassie mendongak dan matanya membulat tatkala matanya berpapasan dengan pemilik mata berwarna biru laut di depannya ini. "Ralph ..." gumam Cassie lirih. Iya, lelaki yang memegang pinggangnya kini adalah Ralph Oliver Holt, kekasihnya. Salah satu alis Ralph terangkat. Sebuah seringaian tipis hadir di wajah tampannya. "Yes, baby girl." Balas Ralph dengan suara serak yang terdengar seksi di telinga Cassie. Lagu Perfect sudah berubah menjadi Thinking Out Loud. Tangan Cassie dan Ralph masih saling bertautan. Kedua mata mereka saling memandang satu sama lain. Terdengar suara bisik-bisik dari samping, tetapi mereka tak mengindahkannya. "Dengan siapa kau datang malam ini?" tanya Ralph di tengah tarian mereka. Cassie berdecak, dia sudah menjawab pertanyaan itu tadi pagi. "Dengan Terra, asistenku." Sorot mata Ralph berubah tajam seolah baru saja mendengar kalimat yang tak ingin didengar olehnya. "Jadi, siapa lelaki itu?"
Smirk jelas tergambar di wajah Grace saat dia memandangi penampilan Cassie dari atas hingga bawah. "Kudengar CS Studio disokong oleh Respati Wirasena, pelukis senior yang memiliki banyak skandal itu. Dan kudengar juga, ada pelukis dari CS Studio yang pernah memplagiat karya pelukis lain. Bukankah dua berita itu termasuk tindak kriminal, Nyonya?"Bukannya marah, Cassie malah tersenyum kecil. Terlihat tidak ada emosi di matanya, gadis itu bersikap tenang. Cassie tidak boleh tersulut dengan api kecil yang diberikan oleh Grace.Teresa beralih memandangi Cassie dengan pandangan yang sulit diartikan. "Benarkah? Aku tidak mengetahui berita itu. Aku hanya pernah mendengar CS Studio memiliki banyak penghargaan dalam banyak kompetisi.""Benar atau tidaknya berita itu seharusnya diucapkan dengan bukti, bukan? Bila hanya berbicara tanpa bukti bukankah jatuhnya menjadi fitnah?" Cassie berujar dengan tenang, bahkan bibirnya masih tersenyum.Antonio masih di sana, memperhatikan per
"Aku menunggumu pulang sejak tadi." Ucap Ralph dengan suara serak basah.Seolah tersadar, Cassie segera berdiri tegak, melepas dirinya dari Ralph dan menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh lagi. "Aku ..." bibir Cassie sedikit bergetar saat akan berbicara."Aku mengantar Terra lebih dulu," lanjut Cassie membuat suara yang lebih tenang, meskipun sekarang detak jantungnya meningkat drastis dan rasanya seperti akan melompat ke luar. Cassie menyadari, berada dalam jarak yang dekat bersama Ralph akan berbahaya bagi kesehatan jantungnya.Selama dua puluh enam tahun di hidupnya, Cassie tidak pernah merasakan jantungnya seperti ini. Apakah jantungnya bermasalah? Apakah hidupnya tidak akan lama lagi sekarang? Sepertinya dia perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan jantungnya."Pergi mandi, lalu istirahat," ucapan Ralph menarik Cassie yang tenggelam dalam lamunannya.Saat Cassie melihat ke arah Ralph, ternyata lelaki itu sudah lebih dulu berjalan menaiki tangg
Tidak tahu jam berapa Ralph kembali terlelap malam tadi. Yang pasti, Ralph tertidur sembari memegangi tangan Cassie, jaga-jaga bila kekasihnya itu terbangun lagi.Ralph membuka matanya saat suara alarm berbunyi. Tangannya bergerak mematikan alarm tersebut. Dia menoleh ke samping, tetapi Cassie sudah tidak berada di sana.Kepanikan melandanya, ini baru jam enam pagi. Dia takut Cassie pergi semalam saat dia tertidur. Dengan cepat Ralph turun dari ranjang dan mencari ke setiap sudut kamar. Namun, dia tidak dapat menemukan siapapun di dalam kamar selain dirinya sendiri. Balkon juga kosong.Ralph akan berjalan keluar kamar tatkala matanya tak sengaja menangkap sebuah pakaian kerjanya yang telah digantung lengkap, sudah disiapkan oleh seseorang. Sebuah jas berwarna abu muda yang dipadukan dengan kemeja putih dan dasi berwarna abu tua.Sebelumnya Ralph tidak pernah membiarkan siapapun memasuki kamarnya, kecuali maid yang mengantar sarapan Cassie pagi itu. Semua kebersihan d
Sesuai dengan yang diberitahukan oleh Terra tadi pagi. Nyonya Rosalind Diana Holt datang pukul tiga sore bersama dengan pengawalnya. Mobil Rolls Royce itu terlihat mencolok di tengah masyarakat lain yang juga sedang menghadiri pameran. Letak CS Studio yang berada di tengah kota memang menarik banyak masyarakat, sehingga sore ini galeri sudah dipenuhi oleh banyak manusia. Nyonya Rosalind Holt memasuki galeri lewat jalur VIP yang sudah dipersiapkan. Di belakangnya ada sekitar sepuluh bodyguard yang berjaga. Sementara itu, Cassie dan Terra sudah menunggu di pintu kedatangan sejak tadi. Ini pertama kalinya Cassie turun tangan langsung ke pameran seni. Karena biasanya walaupun ada customer VIP, Terra yang akan mengambil alih, sementara dirinya sibuk di ruang lukis. Namun, dia juga tidak menolak apabila ada customer VIP yang meminta dirinya untuk menemani melihat-lihat galeri. "Selamat sore, Nyonya Holt. Selamat datang di pameran seni CS Studio," ucap Cassie
Cassie sudah mengganti kemejanya dengan sebuah dress pendek berbahan chiffon warna abu. Tubuhnya yang proporsional dengan wajah khas Asia membuat Cassie terlihat unik dan menawan. Kulitnya yang putih bersih layaknya salju terlihat lebih menyala di tengah cahaya remang.Dia memasuki The Black Dog Bar sendirian. Ini adalah malam minggu, sudah saatnya dia curhat dengan Samuel sambil meminum martini."Malam, Sam." Sapa Cassie yang langsung duduk di kursi bar dengan anggun.Samuel yang awalnya sedang fokus mengocok koktail sontak menoleh. Dahinya mengernyit bingung saat mendapati sosok Cassie yang duduk dengan tenang sambil menatapnya. "Untuk apa kau datang kemari lagi? Aku sudah tidak menyediakan jasa curhat. Lagipula bukankah kau sudah memiliki kekasih?"Mendengar itu Cassie berdecak. "Aku datang bukan untuk mengeluhkan kencan buta lagi. Aku hanya rindu dengan martini buatanmu yang sangat nikmat itu."Samuel memutar bola matanya dengan malas. Keponakannya ini memang
"Bersujudlah dulu di kakiku." Titah Chloe dengan angkuh. Cassie menyeringi. Dia tak sudi harus bersujud di kaki Chloe sampai kapanpun. Gadis ini tidak memiliki kesopanan padanya dan malah menyombongkan diri. Cassie turun dari kursi bar. Tentu saja dia tak berniat akan bersujud. Namun, seseorang tiba-tiba datang dan menarik tangannya. Reflek Cassie dan Chloe mendongak serempak, Ralph sudah berdiri di samping Cassie dengan raut datarnya. Chloe tahu betul kakak lelakinya itu pasti mendengar perkataannya dan marah. "Chloe." Panggil Ralph dengan nada dingin. Gadis yang masih duduk dengan tenang di kursi bar itu mulai gemetaran. Sepertinya Ralph benar-benar marah. "Aku tidak pernah memiliki adik yang tidak punya sopan santun sepertimu." Lanjut Ralph. Rahangnya mengetat dan matanya menatap tajam pada Chloe. Sementara itu Cassie ikut ketar ketir dibuatnya. Dia tidak menyangka Ral
Karena semalaman Cassie begadang menggarap desain interior proyek hotel di Positano, hari ini Cassie datang ke studio kesiangan. Dia menjawab semua sapaan pekerja yang menyapanya sepajang perjalanan menuju ruangannya. Terra terlihat sudah duduk di balik mejanya dan menatap fokus pada layar komputer. Saat dia menyadari kedatangan Cassie, Terra langsung menghampirinya. "Selamat pagi. Tumben sekali kau datang terlambat," sapa Terra dengan kening berkerut. "Aku melupakan desain interior yang harus kukirimkan pada James dua hari lalu. Jadi, aku mengerjakannya semalaman." Jelas Cassie dengan wajah lelah. Lingkaran hitam di kedua matanya dapat menerangkan kebenarannya. Terra mengelus punggung Cassie dengan lembut, dia mengerti posisi Cassie. "Lalu, bagaiamana sekarang? Semuanya sudah beres?" tanya Terra menunjukkan kepeduliannya. Cassie mengangguk. "Semua beres." Tangan kiri Cassie sudah membuka sedikit pintu ruangannya pada saat ia menging