"Aku menunggumu pulang sejak tadi." Ucap Ralph dengan suara serak basah.
Seolah tersadar, Cassie segera berdiri tegak, melepas dirinya dari Ralph dan menyeimbangkan tubuh agar tidak terjatuh lagi. "Aku ..." bibir Cassie sedikit bergetar saat akan berbicara."Aku mengantar Terra lebih dulu," lanjut Cassie membuat suara yang lebih tenang, meskipun sekarang detak jantungnya meningkat drastis dan rasanya seperti akan melompat ke luar. Cassie menyadari, berada dalam jarak yang dekat bersama Ralph akan berbahaya bagi kesehatan jantungnya.Selama dua puluh enam tahun di hidupnya, Cassie tidak pernah merasakan jantungnya seperti ini. Apakah jantungnya bermasalah? Apakah hidupnya tidak akan lama lagi sekarang? Sepertinya dia perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan jantungnya."Pergi mandi, lalu istirahat," ucapan Ralph menarik Cassie yang tenggelam dalam lamunannya.Saat Cassie melihat ke arah Ralph, ternyata lelaki itu sudah lebih dulu berjalan menaiki tanggTidak tahu jam berapa Ralph kembali terlelap malam tadi. Yang pasti, Ralph tertidur sembari memegangi tangan Cassie, jaga-jaga bila kekasihnya itu terbangun lagi.Ralph membuka matanya saat suara alarm berbunyi. Tangannya bergerak mematikan alarm tersebut. Dia menoleh ke samping, tetapi Cassie sudah tidak berada di sana.Kepanikan melandanya, ini baru jam enam pagi. Dia takut Cassie pergi semalam saat dia tertidur. Dengan cepat Ralph turun dari ranjang dan mencari ke setiap sudut kamar. Namun, dia tidak dapat menemukan siapapun di dalam kamar selain dirinya sendiri. Balkon juga kosong.Ralph akan berjalan keluar kamar tatkala matanya tak sengaja menangkap sebuah pakaian kerjanya yang telah digantung lengkap, sudah disiapkan oleh seseorang. Sebuah jas berwarna abu muda yang dipadukan dengan kemeja putih dan dasi berwarna abu tua.Sebelumnya Ralph tidak pernah membiarkan siapapun memasuki kamarnya, kecuali maid yang mengantar sarapan Cassie pagi itu. Semua kebersihan d
Sesuai dengan yang diberitahukan oleh Terra tadi pagi. Nyonya Rosalind Diana Holt datang pukul tiga sore bersama dengan pengawalnya. Mobil Rolls Royce itu terlihat mencolok di tengah masyarakat lain yang juga sedang menghadiri pameran. Letak CS Studio yang berada di tengah kota memang menarik banyak masyarakat, sehingga sore ini galeri sudah dipenuhi oleh banyak manusia. Nyonya Rosalind Holt memasuki galeri lewat jalur VIP yang sudah dipersiapkan. Di belakangnya ada sekitar sepuluh bodyguard yang berjaga. Sementara itu, Cassie dan Terra sudah menunggu di pintu kedatangan sejak tadi. Ini pertama kalinya Cassie turun tangan langsung ke pameran seni. Karena biasanya walaupun ada customer VIP, Terra yang akan mengambil alih, sementara dirinya sibuk di ruang lukis. Namun, dia juga tidak menolak apabila ada customer VIP yang meminta dirinya untuk menemani melihat-lihat galeri. "Selamat sore, Nyonya Holt. Selamat datang di pameran seni CS Studio," ucap Cassie
Cassie sudah mengganti kemejanya dengan sebuah dress pendek berbahan chiffon warna abu. Tubuhnya yang proporsional dengan wajah khas Asia membuat Cassie terlihat unik dan menawan. Kulitnya yang putih bersih layaknya salju terlihat lebih menyala di tengah cahaya remang.Dia memasuki The Black Dog Bar sendirian. Ini adalah malam minggu, sudah saatnya dia curhat dengan Samuel sambil meminum martini."Malam, Sam." Sapa Cassie yang langsung duduk di kursi bar dengan anggun.Samuel yang awalnya sedang fokus mengocok koktail sontak menoleh. Dahinya mengernyit bingung saat mendapati sosok Cassie yang duduk dengan tenang sambil menatapnya. "Untuk apa kau datang kemari lagi? Aku sudah tidak menyediakan jasa curhat. Lagipula bukankah kau sudah memiliki kekasih?"Mendengar itu Cassie berdecak. "Aku datang bukan untuk mengeluhkan kencan buta lagi. Aku hanya rindu dengan martini buatanmu yang sangat nikmat itu."Samuel memutar bola matanya dengan malas. Keponakannya ini memang
"Bersujudlah dulu di kakiku." Titah Chloe dengan angkuh. Cassie menyeringi. Dia tak sudi harus bersujud di kaki Chloe sampai kapanpun. Gadis ini tidak memiliki kesopanan padanya dan malah menyombongkan diri. Cassie turun dari kursi bar. Tentu saja dia tak berniat akan bersujud. Namun, seseorang tiba-tiba datang dan menarik tangannya. Reflek Cassie dan Chloe mendongak serempak, Ralph sudah berdiri di samping Cassie dengan raut datarnya. Chloe tahu betul kakak lelakinya itu pasti mendengar perkataannya dan marah. "Chloe." Panggil Ralph dengan nada dingin. Gadis yang masih duduk dengan tenang di kursi bar itu mulai gemetaran. Sepertinya Ralph benar-benar marah. "Aku tidak pernah memiliki adik yang tidak punya sopan santun sepertimu." Lanjut Ralph. Rahangnya mengetat dan matanya menatap tajam pada Chloe. Sementara itu Cassie ikut ketar ketir dibuatnya. Dia tidak menyangka Ral
Karena semalaman Cassie begadang menggarap desain interior proyek hotel di Positano, hari ini Cassie datang ke studio kesiangan. Dia menjawab semua sapaan pekerja yang menyapanya sepajang perjalanan menuju ruangannya. Terra terlihat sudah duduk di balik mejanya dan menatap fokus pada layar komputer. Saat dia menyadari kedatangan Cassie, Terra langsung menghampirinya. "Selamat pagi. Tumben sekali kau datang terlambat," sapa Terra dengan kening berkerut. "Aku melupakan desain interior yang harus kukirimkan pada James dua hari lalu. Jadi, aku mengerjakannya semalaman." Jelas Cassie dengan wajah lelah. Lingkaran hitam di kedua matanya dapat menerangkan kebenarannya. Terra mengelus punggung Cassie dengan lembut, dia mengerti posisi Cassie. "Lalu, bagaiamana sekarang? Semuanya sudah beres?" tanya Terra menunjukkan kepeduliannya. Cassie mengangguk. "Semua beres." Tangan kiri Cassie sudah membuka sedikit pintu ruangannya pada saat ia menging
Pukul tujuh malam, Ralph sudah memarkirkan mobil ferrari-nya di depan gedung CS Studio. Dia menelepon Cassie agar gadis itu segera turun, karena Ralph tidak mungkin menghampirinya ke dalam. Penampilannya yang terlalu mencolok dapat menjadi santapan lezat bagi para paparazzi. Mereka dapat mengambil gambarnya dengan cepat bersama Cassie dan mengunggahnya di sosial media.Cassie turun tak lama setelah panggilan suara mereka berakhir. Dia terlihat masih mengenakan pakaian yang sama seperti tadi pagi, begitu juga dengan Ralph. "Selamat malam, Tuan Holt. Ke mana kita akan pergi?" sapa Cassie sambil menutup pintu mobil.Ralph memperhatikan Cassie hingga gadis itu duduk dengan tenang di kursi penumpang. "Kau ingin makan apa?" bukannya menjawab, Ralph justru balik bertanya.Lalu, dia mencondongkan tubuhnya pada Cassie. Jarak mereka sangat dekat hingga Cassie susah payah menahan napasnya dengan mata melebar. Namun, tangan kiri Ralph melewati kepalanya dan bergerak meraih seatbelt.
"Ollie ..." suara itu membuat Cassie membeku di tempat. Ia tahu betul siapa pemiliknya.Wangi parfum menusuk indra penciumannya saat seseorang berjalan melewatinya dan berhenti di samping Ralph. "Ollie ... lama tidak berjumpa denganmu," ucapnya kemudian tanpa permisi langsung mencium pipi kiri dan kanan Ralph seolah mereka memang kerabat dekat.Sementara itu Ralph melebarkan kedua matanya, alisnya menukik tajam, dan rahangnya mengetat. Dengan tak berperasaan, lelaki itu mendorong perempuan di depannya agar segera menjauh dari dirinya. "Jangan sok dekat denganku." Ucapnya dengan nada dingin.Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya Ralph akan memperlakukannya sekasar tadi. "Kau tak mengingatku, Ollie? Bukankah kita sudah lama tidak bertemu? Aku baru saja datang ke Roma setelah dua tahun pulang ke Washington. Aku datang hanya untuk menyapamu," ucap perempuan itu dengan raut kekecewaan yang tercetak jelas di wajahnya.Ralph menatap tajam pada perempuan itu. "Kita ti
Ralph dan Cassie tiba di vila milik Ralph. Keduanya masuk ke dalam vila bersamaan, namun berpisah di anak tangga. Ralph pergi masuk ke menaiki tangga, sementara Cassie berbelok ke dapur. Dia berniat akan memasak makan malam untuk mereka berdua, karena mereka belum sempat makan tadi.Selama satu jam kedepan, Cassie sibuk membuat beberapa hidangan di dapur dibantu dengan beberapa maid di sana."Nona, apakah lasagna ini pedas?" tanya salah satu maid dengan alis berkerut, dia terlihat mengkhawatirkan sesuatu.Cassie tersenyum tipis. "Tidak. Ralph tidak menyukai pedas, kan? Kau tidak perlu khawatir akan itu," balas Cassie dengan tenang.Setelah semua makanan disajikan, Cassie melepas celemek yang melekat di bajunya. Kemudian dia melangkah pergi untuk memanggil Ralph yang kemungkinan berada di ruang kerjanya.Seperti dugaannya, Carlo sudah berjaga di depan ruangan Ralph. Dia terlihat sedang duduk di balik meja yang tersedia khusus untuknya. "Selamat malam, nona," sapa
"Cassiel?" suara Ralph yang memanggilnya, menyadarkan Cassie pada kenyataan. "Ya?" Cassie mendongak dan lagi-lagi tatapan mereka bertemu. "Ingin mencobanya denganku?" tanya Ralph sungguh-sungguh. Cassie memilin jemarinya, rasa gugup dan ragu masih menyelimuti hati dan pikirannya. "Mencoba apa?" "Menjadi kekasih sungguhan." Ucap Ralph penuh keberanian. Manik matanya tak lepas memandangi Cassie. "Bagaimana jika ..." Cassie menggantung kalimatnya, sedangkan Ralph masih setia menunggu lanjutannya. Entah mengapa, melihat Ralph yang begitu tulus membuat Cassie tak ingin melukai hati pria muda itu. Perasaan ini jelas berbeda dengan perasaannya pada James. Inikah perasaan yang dimiliki oleh ibunya? Yang menjadi buta akan segala hal buruk yang dilakukan oleh ayahnya? Yang menjadi tuli akan cacian semua orang yang ditujukan padanya? Yang selalu siap untuk berkorban dan setia kepada pasangannya. "Apakah ada hal ata
"Jadi, kita mau pergi kemana?" tanya Cassie sembari menatap Ralph dari samping. Lelaki bermarga Holt itu hanya berdeham rendah seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. Hal itu berlangsung beberapa saat, sampai Cassie hampir kesal menunggunya. Ketika Cassie akan membuka suaranya, Ralph sudah lebih dulu berbicara. "Hari ini kau tour guide-nya, nona." "Bagaimana, nona? Tempat apa yang akan kita kunjungi pertama?" Jovan ikut bertanya setelah Ralph selesai berbicara. Cassie mengambil napas, kemudian tersenyum. "Baiklah, akan kuperkenalkan kalian pada kampung halamanku." "Karena waktu sudah siang, kita pergi ke Grand Canal terlebih dahulu." Lanjut Cassie. Mobil Rolls Royce Phantom itu terus melaju di jalanan kota Venesia menuju sebuah destinasi wisata yang menjadi incaran utama para turis. Grand Canal adalah terusan perairan yang berada di kota Venesia. Grand Canal terkenal di seluruh dunia karena istana-istana berusia berabad-abad yang berdiri di kedua sisi air. Sebagian besar beras
"Tunggu aku di sini. Setelah rapatku selesai, ayo kita jalan-jalan! Kau jadi tour guide!" seru Ralph sebelum tubuhnya hilang di balik pintu. Cassie menyunggingkan senyumannya tatkala mengingat ucapan Ralph terakhir kali. Pria muda itu pergi setelah menyelesaikan sarapan bersama Cassie di kamar mereka. Selama dua jam setelahnya Cassie disibukan dengan kegiatan mencocokkan pakaian. Ada banyak pakaian terbuka, berhubung ini musim panas. Namun, dia sungguh tidak mau merusak suasana hati Ralph jika menggunakan pakaian terbuka. Pada akhirnya dia memilih atasan putih tulang dengan lengan balon dan memakai rok biru muda bermotif bunga-bunga. Dari semua pakaian yang dibawanya, sepertinya hanya pakaian itu yang paling aman untuknya. Sementara itu, dia juga harus menyiapkan pakaian santai untuk Ralph. Tidak mungkin kan pria itu pergi jalan-jalan dengan celana bahan dan kemeja slimfit-nya? Pilihan Cassie jatuh pada kemeja oversize lengan pendek
"Hai, Grace." "Lama tidak berjumpa," lanjut Cassie dengan senyuman terbaiknya. Namun, bukannya kembali menjawab, Grace justru cepat-cepat berbalik pergi. Sementara itu Cassie yang melihatnya sempat memanggil Grace beberapa kali, tetapi tak ditanggapi oleh si pemilik nama hingga tubuhnya hilang di balik pintu lift. Cassie merasa lelah hari ini, mungkin karena tadi dia masih harus bekerja sebelum berangkat ke Venesia. Pandangan Cassie beralih pada Ralph yang sejak tadi berdiri di hadapannya. Tatapan matanya sayu, pipinya bersemu merah—Cassie baru menyadari, ternyata sedari tadi Ralph mabuk. "Cassiel ... ayo kita beristirahat, aku lelah sekali hari ini." Ralph menarik ujung lengan dress Cassie. Namun, dengan cepat gadis itu menepisnya. Tatapan Cassie mengedar dan akhirnya menemukan Jovan yang masih berdiri di tempat terakhir kali. "Jovan, tolong bantu aku membawa Ralph. Bawa dia kembali ke kamarnya sendiri, aku ingin istirahat." Ucap Cassie dan langsung masuk ke dalan kamarny
Pukul delapan malam pesawat jet pribadi milik keluarga Holt telah sampai mengantarkan Cassiel Smeraldo di Bandara Internasional Venice Marco Polo. Cassie turun dan disambut oleh Jovan bersama dengan beberapa anggotanya yang lain."Selamat datang, Nona. Mari lewat sini," sapa Jovan dengan ramah, meskipun wajahnya tetap datar layaknya pengawal lainnya.Cassie mengangguk kecil. "Terima kasih banyak, Jovan."Mereka berdua berjalan melewati rute yang berbeda dari penumpang lainnya. Tentu saja hal itu untuk menjaga keamanan privasi Cassie dan keluarga Holt, juga untuk menghindari paparazi yang gemar sekali mencari informasi mengenai Ralph Holt.Langkah mereka terhenti pada mobil Rolls Royce yang biasanya dipakai oleh Ralph ketika berpergian. Kedua mata Cassie berbinar antusias, dia sangat menantikan pertemuannya dengan Ralph. Beberapa hari tanpa lelaki itu sudah membuat Cassie merindukannya.Jovan membukakan pintu untuk Cassie. Awalnya Cassie sangat bergembira, namun s
Di kamar hotelnya, Ralph sedang beristirahat. Dia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang seraya memeriksa beberapa pesan yang dikirimkan oleh Robin. Diantaranya adalah pesan suara.Ralph mulai memutarnya dan keningnya seketika mengernyit saat mendengar seorang lelaki yang amat dikenalnya. Itu suara James."Jadi, aku ditolak olehmu Nona Smeraldo?""Lagipula kalaupun aku harus menerima kencan buta yang direncanakan oleh ibuku, aku tidak akan pernah menerima lelaki sepertimu." Suara Cassie yang membalas pertanyaan James membuat Ralph semakin bingung, situasi apa ini.Hari ini Robin hanya melaporkan bahwa Cassie pergi ke rumah sakit dan setelahnya makan siang bersama ibunya. Bahkan Robin, Marjorie dan Dorothea pun ikut makan siang bersama. Namun, mengapa tiba-tiba James juga turut hadir di sana? Apakah ibu Cassie masih merencanakan kencan buta lagi untuk putrinya?Setelah itu terdengar suara James yang membalas ungkapan Cassie sebelumnya. "Kau menyakiti hati kecilku, Cas." Ralph ingi
"James Arthur?!!" seru Cassie dengan lantang. Kedua matanya membola karena terkejut. Dia tak percaya dengan pemandangan di depannya. Jadi, selama ini James Murphy yang sering diceritakan oleh ibunya adalah James Arthur? Sahabatnya sendiri? Oh Tuhan, sejenak Cassie merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Dia bahkan tak mempedulikan Samuel yang kini sudah tertawa senang melihat drama yang tersaji di hadapannya. James yang mendengar seruan Cassie sejenak menutup kedua telinganya dengan tangan. "Lama tidak berjumpa, Nona Smeraldo." Sapa James dengan cirikhas senyum tengilnya. Cassie masih melotot, dan kini alisnya mengernyit tertahan. "Selama ini? Selama ini kau menyembunyikan identitasmu dariku, James Arthur sialan. Aku merasa dibodohi." James tertawa keras, begitupun dengan Samuel yang sejak tadi belum menghentikan tawanya. "Kau juga tahu soal ini, Sam?!" tanya Cassie yang beralih pada Samuel. Tawa Samuel mereda seketika. Dia berdeham rendah sebelum berbicara. "Ya, em
"Nona, hari ini jadwal pemeriksaan ke rumah sakit. Aku dan Dorothea akan menemanimu nanti." Marjorie datang menghampiri Cassie setelah gadis itu selesai dengan kegiatan sarapannya.Cassie mengernyit sesaat. Benar, dia bahkan melupakan jadwal check up nya yang tiba di hari ini. "Oh ya, aku bahkan melupakannya. Baiklah, kalau begitu aku akan mengganti bajuku agar lebih leluasa saat pemeriksaan nanti." Balas Cassie yang diangguki oleh Marjorie.Setelah itu Cassie ditemani Marjorie mengganti bajunya di kamar Ralph. Cassie memilih menggantinya dengan celana high waist berwarna hitam yang dipadukan dengan sweater hitam putih. "Apakah kau tahu kapan Ralph akan pulang?" tanya Cassie pada Marjorie saat mereka dalam perjalanan ke rumah sakit.Marjorie menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku, Nona. Tetapi aku tidak mendapatkan kabar itu."Mendengar itu, Cassie hanya menghela napasnya dan mengangguk kecil. Kemudian dia melempar pandangannya ke luar jendela. Oh tidak, ia harus segera mengembalikan
Ternyata pertemuan antara Ralph dengan pihak Pavlina Company tidak berjalan dengan baik. Pihak Pavlina Company menginginkan Ralph menyelesaikan permasalahan di Venesia secepat mungkin, dikarenakan Pavlina Store harus segera dibuka pada bulan Desember. Ralph hanya memiliki waktu dua bulan lagi untuk menyelesaikan semuanya."Bagaimana jika kita berangkat malam ini saja, Tuan?" Carlo memberi masukan pada Ralph yang sedang duduk di kursi kebesarannya seraya mengurut keningnya yang terasa pening.Banyak hal yang melintasi kepalanya. Dia harus menyelesaikan semuanya satu per satu. Ralph juga ingat besok dia harus menemani Cassie ke rumah sakit untuk memeriksakan kakinya. Namun, dia juga harus segera tiba di Venesia secepat mungkin.Dengan berat hati, setelah menimbang semua kemungkinan dari yang terbaik hingga yang terburuk, Ralph memutuskan untuk berangkat ke Venesia malam ini. "Segera siapkan helikopter, Carlo. Aku akan mengusahakan semuanya agar selesai secepat mungkin.""Baik, Tuan. Say