‘Gadis ini … apa dia mengira aku akan menciumnya?’ terka Lucas di dalam hati ketika melihat ekspresi yang terlukis di wajah sekretarisnya itu. Namun, ia tidak dapat memungkiri jika dirinya cukup tertarik untuk melakukannya sekali lagi. Ingatan manis yang terjadi tadi pagi di antara mereka kembali terngiang di dalam kepalanya. Walaupun ciuman gadis itu masih terasa kaku, tetapi Lucas tidak dapat melupakan kelembutan bibir yang sempat dicecapinya tadi. Ketika jarak mereka semakin tersapu, Lucas tersentak dengan pikirannya sendiri. Ketertarikannya kepada sekretarisnya itu benar-benar di luar ekspektasinya. Lucas menyeringai sinis ketika melihat Sienna telah memejamkan netranya dengan erat dan memalingkan wajah darinya. Namun, ia tetap mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga sekretarisnya, “Sekarang kamu paham kan seperti apa cara memulai ciuman yang disengaja, Nona Sherwood? Saya harap kamu bisa mengingatnya.” Netra Sienna membulat lebar. Ia kembali menoleh ke arah Lucas ya
“Apa? Pria berotot?” sahut Lucas dengan bibir terbuka syok. Pria itu menatap Sienna dengan sorot mata tak percaya. Ia berpikir mungkin saja dirinya yang sudah salah mendengar, tetapi raut wajah Sienna terlihat memerah setelah membuat pengakuannya. “Apa kamu tidak bisa mencari hobi yang lebih normal, Nona Sherwood?” tanya Lucas seraya menarik napas panjang. “Memangnya kenapa dengan hobi saya, Direktur Morgan? Setiap orang pasti punya hobi mereka masing-masing. Memangnya Anda tidak seperti itu?” sungut Sienna dengan wajah menggerutu masam. Lucas mendengus kesal. Ia tidak menyangka akan dianggap sama oleh sekretarisnya. “Mana mungkin saya punya hobi aneh seperti itu, Nona Sherwood. Saya tidak gila,” timpalnya dengan kesal. 'Huh! Jadi maksudnya, aku sudah gila, begitu? Tapi memang sih, siapa yang bakal dianggap normal kalau punya hobi mengumpulkan foto-foto pria berotot seperti itu?' sungut Sienna seraya tersenyum kecut. Namun, ia tidak dapat berpikir jernih lagi. Semua terpaksa ia la
“Direktur Morgan, apa Anda yakin saya harus melakukan ini?” Lucas tersenyum tipis melihat ketakutan Sienna. Namun, ia tidak peduli dan menarik dagu gadis itu agar ia dapat melihat wajahnya dengan jelas. “Tidak usah berpura-pura polos, Nona Sherwood. Bukankah kita sudah pernah melakukannya? Apa yang kamu takutkan?” desis Lucas yang membuat tubuh gadis itu bergetar. “Tapi—” “Diamlah. Tidak perlu khawatir. Aku akan melakukannya dengan lembut dan memuaskanmu, Sienna,” sela Lucas dengan suara yang terdengar serak karena hasrat di dalam dirinya telah tidak terbendung lagi. Perlahan Lucas mendekatkan wajahnya dan memagut bibir manis yang terus menggodanya sejak tadi. Sudut bibirnya terangkat tipis ketika merasakan balasan dari bibir gadis itu. Lambat laun ciuman mereka semakin memburu. Dada Lucas terasa panas. Degup jantungnya juga berdebar semakin cepat. Pikiran Lucas terasa melayang ketika kelembutan bibir gadis itu membuai dirinya. Ia tidak dapat menghentikan dirinya untuk mencecap
"Sekarang bukan waktunya untuk bersantai. Sebaiknya aku bersiap-siap sebelum Zombi Kutub itu bangun," gumam Sienna yang akhirnya bergegas membenahi sofa yang menjadi tempat tidurnya semalam, lalu ia melangkah menuju ke dapur. Gadis itu sengaja bangun sebelum matahari terbit. Ia harus membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuk atasannya tersebut sebelum berangkat ke kantor.Bukan karena ia ingin menarik perhatian Lucas ataupun ingin membalas kebaikan atasannya yang telah mengizinkannya bermalam di apartemen itu, tetapi karena Lucas yang telah mengajukan permintaan tersebut sebagai pengganti barang belanjaan yang telah dibeli Sienna kemarin. Lebih mengesalkannya lagi, Lucas bukan hanya ingin Sienna membuatkan bekal satu hari ini saja, tetapi selama satu bulan penuh! Tentu saja Sienna tidak dapat menolak karena ia lebih baik memilih membuatkan sarapan dan bekal makan siang daripada harus membayar barang belanjaannya yang tidak mungkin akan lunas dalam satu bulan! Untungnya, Sienn
'Aku harus tenang. Berpura-puralah tidak melihat semuanya tadi.'Sienna menepuk berulang kali pipinya yang masih merona merah. Ia telah menuntaskan semua kegiatannya di kamar mandi termasuk membersihkan dirinya.Gadis itu memang sengaja berlama-lama di kamar mandi karena ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Lucas nanti.“Aku tinggal mengatakan saja kepadanya kalau aku tidak melihat apa pun. Ya! Aku tidak melihat apa pun,” gumam Sienna.Gadis itu masih mematut wajahnya di depan cermin dan mengulangi kata-kata tadi sebanyak lima kali untuk melatih lidahnya agar tidak salah bicara di depan Lucas nanti. Setelah merasa yakin dan berani, Sienna pun memutuskan untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Lucas.Kedua kepalan tangannya terkepal erat di udara sebagai bentuk penyemangat untuk dirinya sendiri. Sienna pun melangkah keluar dari kamar mandi itu. Netranya mengedar ke sekeliling ruang tidur Lucas, tetapi tidak menemukan sosok atasannya itu di sana.Tatapan gadis itu terhenti pada t
‘Kenapa dia malah diam saja sih?’ Melihat ekspresi dingin Lucas dari sudut matanya, kegelisahan Siena semakin bertambah. Atasannya itu tampak sedang berpikir keras seolah sedang merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran atas perbuatannya tadi. Gadis itu mulai dihantui dengan berbagai pikiran aneh atas tindakan yang mungkin dilakukan Lucas padanya karena Lucas tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga akhirnya ia mendengar suara dehaman keras dari bibir atasannya tersebut. Akan tetapi, Sienna tidak berani mengangkat wajahnya dan terus berdoa di dalam hati agar atasannya tidak memperpanjang masalah tersebut. Mata tajam Lucas menatap lurus ke arah Siena. Melihat ekspresi penyesalan di wajah sekretarisnya itu, amarah Lucas yang hendak meledak di kepalanya akhirnya berangsur mereda sedikit demi sedikit. Perlahan sudut bibir Lucas terangkat tipis ketika melihat gadis itu telah mengenakan pakaian pilihannya. “Sienna Sherwood,” panggil Lucas secara tiba-tiba. “Y-ya?” Sienna langs
“Saya janji tidak akan lama dan akan sampai di kantor sebelum rapat dimulai,” cicit Sienna yang masih mencoba membujuk Lucas agar mengantarkannya ke halte bis.Bukannya menanggapi gadis itu, Lucas malah kembali turun dari mobilnya. Sienna mengira Lucas akan mengusirnya dari mobil tersebut, tetapi dugaannya itu ternyata salah.Lucas turun untuk membuka bagasi belakang mobil untuk mengambil sesuatu, lalu kembali duduk di balik kemudinya dan menyerahkan sepasang stiletto berwarna hitam kepada sekretarisnya tersebut.“Kakimu sudah baik, kan?” tanya pria itu yang teringat kalau semalam kaki Sienna sempat memar karena ulahnya.Sienna mengangguk kecil dan menatap sepatu di tangannya dengan bingung. “Direktur Morgan, ini ….”Sepasang stiletto yang diserahkan Lucas ke tangan gadis itu bukanlah barang baru, tetapi masih terlihat sangat terawat dan pastinya Sienna pernah melihat barang dengan merek serupa dan Sienna hanya bisa menelan ludahnya saat melihat harga sepatu tersebut.“Coba kamu pakai,
“Kalau sandiwara ini sampai terbongkar dan diketahui oleh orang tua saya, bersiaplah menerima akibatnya.”Lucas sangat serius dengan ancamannya tersebut. Sienna pun meneguk salivanya dengan kasar karena khawatir tidak dapat memenuhi standar kekasih yang diinginkan pria itu. Dari sudut matanya Lucas dapat melihat kekhawatiran yang terlukis pada wajah sekretarisnya, lalu ia kembali berucap, “Sekarang bukan waktunya mencemaskan hal yang tidak penting. Lakukan hal yang perlu dilakukan dengan baik.”Setelah mengatakan hal itu, pria itu langsung keluar lebih dulu dari lift dan meninggalkan Sienna di belakang.Gadis itu hanya bisa mengembuskan napasnya dengan kasar dan menerima semua risiko yang harus diterimanya. Ia sudah terlanjur masuk ke dalam permainan sandiwara Lucas. Saat ini ia hanya bisa menggunakan kesempatan itu untuk menyelesaikan semua permasalahannya di Luminous.Sienna bergegas mengikuti langkah Lucas. Namun, tiba-tiba gawainya berdering. Ia pun merogoh benda itu dari saku bl