“Direktur Morgan, apa Anda yakin saya harus melakukan ini?” Lucas tersenyum tipis melihat ketakutan Sienna. Namun, ia tidak peduli dan menarik dagu gadis itu agar ia dapat melihat wajahnya dengan jelas. “Tidak usah berpura-pura polos, Nona Sherwood. Bukankah kita sudah pernah melakukannya? Apa yang kamu takutkan?” desis Lucas yang membuat tubuh gadis itu bergetar. “Tapi—” “Diamlah. Tidak perlu khawatir. Aku akan melakukannya dengan lembut dan memuaskanmu, Sienna,” sela Lucas dengan suara yang terdengar serak karena hasrat di dalam dirinya telah tidak terbendung lagi. Perlahan Lucas mendekatkan wajahnya dan memagut bibir manis yang terus menggodanya sejak tadi. Sudut bibirnya terangkat tipis ketika merasakan balasan dari bibir gadis itu. Lambat laun ciuman mereka semakin memburu. Dada Lucas terasa panas. Degup jantungnya juga berdebar semakin cepat. Pikiran Lucas terasa melayang ketika kelembutan bibir gadis itu membuai dirinya. Ia tidak dapat menghentikan dirinya untuk mencecap
"Sekarang bukan waktunya untuk bersantai. Sebaiknya aku bersiap-siap sebelum Zombi Kutub itu bangun," gumam Sienna yang akhirnya bergegas membenahi sofa yang menjadi tempat tidurnya semalam, lalu ia melangkah menuju ke dapur. Gadis itu sengaja bangun sebelum matahari terbit. Ia harus membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuk atasannya tersebut sebelum berangkat ke kantor.Bukan karena ia ingin menarik perhatian Lucas ataupun ingin membalas kebaikan atasannya yang telah mengizinkannya bermalam di apartemen itu, tetapi karena Lucas yang telah mengajukan permintaan tersebut sebagai pengganti barang belanjaan yang telah dibeli Sienna kemarin. Lebih mengesalkannya lagi, Lucas bukan hanya ingin Sienna membuatkan bekal satu hari ini saja, tetapi selama satu bulan penuh! Tentu saja Sienna tidak dapat menolak karena ia lebih baik memilih membuatkan sarapan dan bekal makan siang daripada harus membayar barang belanjaannya yang tidak mungkin akan lunas dalam satu bulan! Untungnya, Sienn
'Aku harus tenang. Berpura-puralah tidak melihat semuanya tadi.'Sienna menepuk berulang kali pipinya yang masih merona merah. Ia telah menuntaskan semua kegiatannya di kamar mandi termasuk membersihkan dirinya.Gadis itu memang sengaja berlama-lama di kamar mandi karena ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Lucas nanti.“Aku tinggal mengatakan saja kepadanya kalau aku tidak melihat apa pun. Ya! Aku tidak melihat apa pun,” gumam Sienna.Gadis itu masih mematut wajahnya di depan cermin dan mengulangi kata-kata tadi sebanyak lima kali untuk melatih lidahnya agar tidak salah bicara di depan Lucas nanti. Setelah merasa yakin dan berani, Sienna pun memutuskan untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Lucas.Kedua kepalan tangannya terkepal erat di udara sebagai bentuk penyemangat untuk dirinya sendiri. Sienna pun melangkah keluar dari kamar mandi itu. Netranya mengedar ke sekeliling ruang tidur Lucas, tetapi tidak menemukan sosok atasannya itu di sana.Tatapan gadis itu terhenti pada t
‘Kenapa dia malah diam saja sih?’ Melihat ekspresi dingin Lucas dari sudut matanya, kegelisahan Siena semakin bertambah. Atasannya itu tampak sedang berpikir keras seolah sedang merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran atas perbuatannya tadi. Gadis itu mulai dihantui dengan berbagai pikiran aneh atas tindakan yang mungkin dilakukan Lucas padanya karena Lucas tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga akhirnya ia mendengar suara dehaman keras dari bibir atasannya tersebut. Akan tetapi, Sienna tidak berani mengangkat wajahnya dan terus berdoa di dalam hati agar atasannya tidak memperpanjang masalah tersebut. Mata tajam Lucas menatap lurus ke arah Siena. Melihat ekspresi penyesalan di wajah sekretarisnya itu, amarah Lucas yang hendak meledak di kepalanya akhirnya berangsur mereda sedikit demi sedikit. Perlahan sudut bibir Lucas terangkat tipis ketika melihat gadis itu telah mengenakan pakaian pilihannya. “Sienna Sherwood,” panggil Lucas secara tiba-tiba. “Y-ya?” Sienna langs
“Saya janji tidak akan lama dan akan sampai di kantor sebelum rapat dimulai,” cicit Sienna yang masih mencoba membujuk Lucas agar mengantarkannya ke halte bis.Bukannya menanggapi gadis itu, Lucas malah kembali turun dari mobilnya. Sienna mengira Lucas akan mengusirnya dari mobil tersebut, tetapi dugaannya itu ternyata salah.Lucas turun untuk membuka bagasi belakang mobil untuk mengambil sesuatu, lalu kembali duduk di balik kemudinya dan menyerahkan sepasang stiletto berwarna hitam kepada sekretarisnya tersebut.“Kakimu sudah baik, kan?” tanya pria itu yang teringat kalau semalam kaki Sienna sempat memar karena ulahnya.Sienna mengangguk kecil dan menatap sepatu di tangannya dengan bingung. “Direktur Morgan, ini ….”Sepasang stiletto yang diserahkan Lucas ke tangan gadis itu bukanlah barang baru, tetapi masih terlihat sangat terawat dan pastinya Sienna pernah melihat barang dengan merek serupa dan Sienna hanya bisa menelan ludahnya saat melihat harga sepatu tersebut.“Coba kamu pakai,
“Kalau sandiwara ini sampai terbongkar dan diketahui oleh orang tua saya, bersiaplah menerima akibatnya.”Lucas sangat serius dengan ancamannya tersebut. Sienna pun meneguk salivanya dengan kasar karena khawatir tidak dapat memenuhi standar kekasih yang diinginkan pria itu. Dari sudut matanya Lucas dapat melihat kekhawatiran yang terlukis pada wajah sekretarisnya, lalu ia kembali berucap, “Sekarang bukan waktunya mencemaskan hal yang tidak penting. Lakukan hal yang perlu dilakukan dengan baik.”Setelah mengatakan hal itu, pria itu langsung keluar lebih dulu dari lift dan meninggalkan Sienna di belakang.Gadis itu hanya bisa mengembuskan napasnya dengan kasar dan menerima semua risiko yang harus diterimanya. Ia sudah terlanjur masuk ke dalam permainan sandiwara Lucas. Saat ini ia hanya bisa menggunakan kesempatan itu untuk menyelesaikan semua permasalahannya di Luminous.Sienna bergegas mengikuti langkah Lucas. Namun, tiba-tiba gawainya berdering. Ia pun merogoh benda itu dari saku bl
“Oliver, apa yang kamu lakukan pada sekretarisku?” selidik Lucas dengan nada suara yang terdengar dingin.“Aku ….” Oliver menoleh kepada Sienna dan Lucas secara bergantian, kemudian memaksakan seulas senyuman di wajahnya dan menjawab, “aku hanya terkejut saja melihat perubahannya tadi. Jadi aku ingin bertanya lebih jauh saja.”“Jadi kamu ke sini hanya karena itu?” cibir Lucas yang dapat membaca jelas kebohongan sahabatnya tersebut.“Tentu saja aku datang untuk menemuimu, Luke,” jawab Oliver dengan cepat.Lucas tidak menanggapi apa pun selain memberikan tatapan tajam yang membuat Oliver merasa keki. Sebelumnya Lucas sudah pernah memperingatkan sahabatnya itu untuk tidak berbuat ulah di kantornya karena ia sudah sering mendengar laporan dari para jajaran manajernya terkait perbuatan yang dilakukan sahabatnya itu dengan beberapa karyawati mereka.Melihat keseriusan Lucas, Oliver pun mencebikkan bibirnya dengan malas dan berkata, “Iya, tadi aku hanya ingin mengajak sekretarismu makan siang
“Kalau aku bilang iya, apa yang akan kamu lakukan, Luke?” Tantangan yang dilontarkan Oliver tidak mengubah sedikit pun ekspresi Lucas. Sebelumnya Lucas sering melihat Oliver menggoda Sienna setiap kali datang bertemu dengannya, tetapi ia mengira sahabatnya itu hanya sekedar ingin bermain-main saja. Sekarang mendengar hal tak terduga seperti ini, entah kenapa Lucas merasa sedikit risih. Ia berpikir jika dirinya tidak suka dipermainkan oleh Oliver.“Memangnya apa yang harus aku lakukan?” Lucas mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh dan lanjut berkata, “palingan aku hanya akan melaporkan masalah yang sudah kamu timbulkan di kantorku kepada kakekmu saja.”Jawaban yang diberikan Lucas membuat Oliver terkesiap. “Kau—"Kepanikan yang ditunjukkan Oliver membuat Lucas tertawa geli. Ia tahu jelas jika kelemahan Oliver hanyalah kakeknya saja. Tuan Besar Harvey adalah orang yang sangat ditakuti oleh orang banyak karena nama besar dan sejarah kelam yang dilakukannya sebagai ketua gangster dulu,
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel