Lucas meletakkan alat makannya. Saat Sienna bercerita, ia tidak memberikan komentar apa pun dan mendengarkannya dengan tenang.Meskipun terkadang ucapan Sienna tersendat karena berusaha menguasai emosinya, tetapi ia pun berhasil menyelesaikan ceritanya. Sienna juga menceritakan pengakuan yang diberikan ibunya terkait Clive dan juga permintaan ibunya untuk menarik tuntutan Cindy serta Clive.“Dulu aku tidak pernah tahu apa kesalahanku sampai membuatnya begitu membenciku. Tapi, sekarang aku merasa hal itu tidak terlalu penting lagi. Sepertinya aku sudah menjadi anak durhaka yang pantas dibenci,” seloroh Sienna seraya tertawa kecil.Namun, dari balik suara tawanya Lucas dapat merasakan kepedihan gadis itu. Sudut bibir Lucas terangkat lembut. Ia meraih tangan Sienna, menepuk pelan punggung tangan gadis itu dan berkata, “Kamu bukan anak durhaka, Sienna. Ibumu saja yang terlalu egois dan berambisi.""Ya, mungkin begitu," gumam Sienna berbisik pelan.Lucas kembali berkata, "Tapi, kamu begitu
“Luke.” Panggilan Sienna mengalihkan lamunan Lucas. Pria itu pun menoleh dengan wajah bingung. “Apa yang kamu pikirkan?” Sienna mengerutkan keningnya. Lucas menatap Sienna sekilas, lalu menarik napasnya dalam-dalam. “Tidak, aku hanya sempat berpikir kalau mungkin Paman Felix memiliki tujuan tertentu untuk mendekatimu. Tapi, mungkin saja aku yang ....” Lucas tidak melanjutkan ucapannya karena tidak ingin membuat Sienna khawatir. Selain itu, ia juga merasa dugaannya itu sangat konyol walaupun mungkin saja hal itu benar. Ia pun mengambil segelas air di atas meja untuk menenangkan dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba Sienna berkata dengan wajah yang terlihat polos, “Jadi kamu pikir dia menyukaiku?” Lucas yang baru meneguk minumannya sendiri pun tersedak karena kaget. Sienna bergegas menepuk pelan punggung Lucas yang sedang terbatuk-batuk saat ini. Ia juga mengambilkan sehelai tisu untuknya. “Kamu tidak apa-apa, Lucas?” tanya gadis itu dengan cemas. Lucas mengangguk kecil tanpa menole
Perlahan Lucas melepaskan tautan bibir mereka untuk memberikan ruang agar mereka dapat menghirup udara dengan lebih leluasa.“Sepertinya kamu cukup menikmatinya tadi,” goda Lucas saat tatapan mereka bertemu kembali.Sienna bergegas menundukkan wajahnya. Ia berusaha menyembunyikan rona merah pada kedua pipinya dan bergumam, “Kamu benar-benar sudah gila, Lucas.”Kening Lucas mengerut, tetapi seulas senyuman kembali terukir di bibirnya saat Sienna melanjutkan, “Tapi, aku memang menyukainya.”“Dasar gadis nakal,” ledek Lucas seraya mencubit pelan pipi kanan kekasihnya tersebut.Sienna hanya menyengir kecil. Kedua pipinya kembali bersemu merah dan terasa memanas. Ia tidak tahu sejak kapan ia menjadi berpikiran nakal seperti ini setiap kali berada di dekat Lucas. Ia benar-benar telah terjerat oleh pesona berbahaya dari pria itu!Di satu sisi, Lucas kembali melirik bekas memar yang masih tertinggal pada pipi kiri Sienna, lalu ia pun mengusapnya dengan lembut. “Masih sakit?” tanyanya dengan k
“Blink,” sela Sienna yang membuat Lucas terdiam.Pria itu pun mulai memahami arah pembicaraan Sienna, lalu ia berkata, “Maaf, Sienna. Aku tidak bermaksud menutupinya darimu. Tapi, aku─”“Jadi kamu sudah tahu semuanya termasuk alasanku masuk ke Luminous ini?” sela Sienna lagi. Meskipun tadi ia sudah menduga, tetapi tetap saja mendengar pengakuan Lucas, ia masih sangat kaget.Lucas pun mengangguk pelan. “Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membohongimu. Aku hanya ingin kamu sendiri yang bicara jujur padaku, Sayang. Tidak ada maksud lain apa pun itu,” tukasnya, berharap tidak ada kesalahpahaman di antara mereka atas ucapannya ini.Hening.Sienna terlihat bingung menanggapi kejujuran Lucas, tetapi di satu sisi, ia cukup terkejut diperlakukan dengan penuh kasih seperti inni. Meskipun terkadang Lucas tidak menunjukkannya secara gamblang, tetapi tanpa Sienna sadari, pria itu sangat mempedulikan perasaannya hingga sejauh ini.Lucas pun mengaku jika ia terpaksa mengancam Anna untuk menjawab te
“Memangnya sketsaku seburuk itu?” selidik Sienna dengan memasang wajah polosnya. “Hanya sekilas lihat saja siapa pun bisa tahu kalau kamu tidak berbakat dalam bidang ini, Sienna." Nicole kembali mencibir dan mendengus remeh. 'Cih! Kalau memang aku tidak berbakat, untuk apa kamu menjiplak desainku? Dasar munafik!' umpat Sienna dengan kesal di dalam hati. Namun, ia enggan menunjukkan kebenciannya kepada wanita itu karena ia masih tidak berniat mengungkapkan siapa dirinya kepada semua orang. “Bahkan anak kecil saja bisa membuat sketsa seperti itu.” Nicole sengaja berbicara secara berlebihan karena ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kemampuan Sienna benar-benar di bawah standar yang diinginkan Luminous. “Nicole, bicaramu sudah keterlaluan,” tukas Diane, memperingatkannya. Namun, Nicole tidak peduli. Ia lanjut berkata, "Kalau aku jadi kamu, aku memilih untuk berhenti dan tidak mengikuti seleksi itu daripada aku menjadi bahan ejekan nanti, Sienna.” Nicole berharap uca
“Bagaimana kalau sekarang kita hangout dan makan malam bareng?” ajak Aurora tiba-tiba. Diane mengangguk setuju. Sienna yang sedang membaca pesan yang baru saja masuk pada ponselnya pun menyahut, “Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Aku─” “Ya, kami tahu, kamu masih harus berkencan dengan Direktur Morgan, bukan?” sela Diane terkekeh geli, “Bukan, tapi aku masih ada janji malam ini,” ucap Sienna yang enggan menjelaskan panjang lebar. Diane maupun Aurora tidak ingin memaksa dan mencoba memahami gadis itu. Mereka pun bergegas membereskan pekerjaan dan meninggalkan tempat tersebut lebih dulu, sedangkan Sienna masih merapikan sedikit pekerjaannya sambil menunggu petang berubah menjadi malam. Sore ini Lucas memang sedang ada urusan di luar kantor. Pria itu masih menghadiri pertemuan bersama mitra bisnisnya sehingga Sienna tidak memiliki kegiatan lain setelah pulang kantor hari ini. Namun, ia sedang menunggu balasan pesan dari Anna. Sejak tadi siang ia mencoba menghubungi sahabat
“Ada apa denganmu? Seperti habis melihat hantu saja,” seloroh Anna saat melihat wajah kaget Sienna. “Tadi ... sepertinya di sana ada lelaki menyeramkan yang sedang mengawasi kita, An?” cicit Sienna seraya menggigit bibirnya. Kedua alis Anna bertaut. “Di mana?” selidiknya. “Arah jam sembilan,” sahut Sienna dengan isyarat lirikan matanya. Anna pun menoleh ke arah yang dimaksud gadis itu, tetapi ia tidak menemukan pria yang mencurigakan. “Yang mana, Sienna? Aku tidak melihat ada yang aneh. Malah lihat orang lagi ciuman,” sungutnya dengan malas. Padahal Anna telah bersiap untuk menghajar dan menginterogasi pria yang dimaksud jika memang terbukti ingin melakukan hal aneh kepada mereka. “Masa sih?” Sienna pun kembali menoleh ke arah keberadaan pria yang dilihatnya tadi dan benar, pria itu sudah tidak terlihat lagi! “Tidak ada ya?” tanya Anna, memastikan. Sienna mengangguk dengan ragu. “Tadi aku jelas-jelas lihat dia duduk di depan meja bartender. Dia seperti sedang mengawasi meja k
“Emily?” gumam Sienna dengan kening mengernyit.Sienna tidak menyangka akan melihat mantan sejawatnya di tempat seperti itu dan juga dalam kondisi yang membuatnya terheran-heran. Padahal ia sempat mengira wanita itu akan sangat menyesal dengan perbuatan yang dilakukannya terhadap Luminous atau mungkin bersedih setelah dipecat dari kantornya.Namun, Sienna tidak menemukan tanda-tanda tersebut dari wanita itu. Bahkan Emily terlihat sangat gembira dengan senyuman khas orang mabuk yang terukir di wajahnya.Sienna yakin Emily tidak menyadari dengan tindakan gila yang dilakukannya saat ini. Alkohol benar-benar telah membuat wanita itu kehilangan kendali.Sienna hanya bisa menggeleng pelan. “Sepertinya dia benar-benar sudah mabuk. Bisa-bisanya dia malah berpesta pora di sini dan ….”Sienna tidak melanjutkan ucapannya, tetapi ia pun menarik napas panjang. Tatapannya masih tertuju pada mantan sejawatnya tersebut. Namun, Sienna tersentak ketika ia melihat so
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel