“Bagaimana kalau sekarang kita hangout dan makan malam bareng?” ajak Aurora tiba-tiba. Diane mengangguk setuju. Sienna yang sedang membaca pesan yang baru saja masuk pada ponselnya pun menyahut, “Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut. Aku─” “Ya, kami tahu, kamu masih harus berkencan dengan Direktur Morgan, bukan?” sela Diane terkekeh geli, “Bukan, tapi aku masih ada janji malam ini,” ucap Sienna yang enggan menjelaskan panjang lebar. Diane maupun Aurora tidak ingin memaksa dan mencoba memahami gadis itu. Mereka pun bergegas membereskan pekerjaan dan meninggalkan tempat tersebut lebih dulu, sedangkan Sienna masih merapikan sedikit pekerjaannya sambil menunggu petang berubah menjadi malam. Sore ini Lucas memang sedang ada urusan di luar kantor. Pria itu masih menghadiri pertemuan bersama mitra bisnisnya sehingga Sienna tidak memiliki kegiatan lain setelah pulang kantor hari ini. Namun, ia sedang menunggu balasan pesan dari Anna. Sejak tadi siang ia mencoba menghubungi sahabat
“Ada apa denganmu? Seperti habis melihat hantu saja,” seloroh Anna saat melihat wajah kaget Sienna. “Tadi ... sepertinya di sana ada lelaki menyeramkan yang sedang mengawasi kita, An?” cicit Sienna seraya menggigit bibirnya. Kedua alis Anna bertaut. “Di mana?” selidiknya. “Arah jam sembilan,” sahut Sienna dengan isyarat lirikan matanya. Anna pun menoleh ke arah yang dimaksud gadis itu, tetapi ia tidak menemukan pria yang mencurigakan. “Yang mana, Sienna? Aku tidak melihat ada yang aneh. Malah lihat orang lagi ciuman,” sungutnya dengan malas. Padahal Anna telah bersiap untuk menghajar dan menginterogasi pria yang dimaksud jika memang terbukti ingin melakukan hal aneh kepada mereka. “Masa sih?” Sienna pun kembali menoleh ke arah keberadaan pria yang dilihatnya tadi dan benar, pria itu sudah tidak terlihat lagi! “Tidak ada ya?” tanya Anna, memastikan. Sienna mengangguk dengan ragu. “Tadi aku jelas-jelas lihat dia duduk di depan meja bartender. Dia seperti sedang mengawasi meja k
“Emily?” gumam Sienna dengan kening mengernyit.Sienna tidak menyangka akan melihat mantan sejawatnya di tempat seperti itu dan juga dalam kondisi yang membuatnya terheran-heran. Padahal ia sempat mengira wanita itu akan sangat menyesal dengan perbuatan yang dilakukannya terhadap Luminous atau mungkin bersedih setelah dipecat dari kantornya.Namun, Sienna tidak menemukan tanda-tanda tersebut dari wanita itu. Bahkan Emily terlihat sangat gembira dengan senyuman khas orang mabuk yang terukir di wajahnya.Sienna yakin Emily tidak menyadari dengan tindakan gila yang dilakukannya saat ini. Alkohol benar-benar telah membuat wanita itu kehilangan kendali.Sienna hanya bisa menggeleng pelan. “Sepertinya dia benar-benar sudah mabuk. Bisa-bisanya dia malah berpesta pora di sini dan ….”Sienna tidak melanjutkan ucapannya, tetapi ia pun menarik napas panjang. Tatapannya masih tertuju pada mantan sejawatnya tersebut. Namun, Sienna tersentak ketika ia melihat so
Bola mata Anna pun terbelalak lebar. “Berhentilah menggangguku. Aku tidak ingin berurusan denganmu,” cetusnya dengan ketus.Tanpa menunggu tanggapan Oliver, Anna kembali melanjutkan langkahnya, tetapi pergelangan tangannya dicekal dengan kuat oleh pria itu sehingga salah satu mocktail yang dibawanya tumpah.Anna pun sangat kesal. Ia tidak bisa berdiam diri lagi dan akhirnya menyiram wajah Oliver dengan salah satu minuman yang sedang dibawanya.Oliver melotot terkejut. Cairan mocktail tersebut membasahi wajah hingga lehernya. Rahangnya pun mengetat dengan kilatan kemarahan yang menghiasi sepasang netra hitam pekatnya.“Dasar gadis barbar,” geram Oliver dengan sinis.Sebelum Oliver sempat membalasnya, Anna telah bertindak lebih dulu. Dengan gerakan yang terlatih, Anna memelintir lengan Oliver yang mencengkeramnya, membuat pria itu kehilangan keseimbangan dan terpaksa melepaskan cengkeramannya.Gadis itu pun mengambil langkah mundur yang cepat, berusaha untuk menjauh dari Oliver. Namun,
“Kosongkan penjagaan di koridor dan biarkan gadis itu melakukan yang diinginkannya,” titah Ace kepada penjaga di hadapannya.“Tapi, bagaimana dengan Tuan Muda Oliver? Kalau dia bertanya─” Ucapan penjaga itu terhenti karena Ace memberikan tatapan tajam padanya.“Saya yang akan bertanggung jawab,” sahut Ace kemudian.“Baik, Tuan Ace,” sahut penjaga itu. Ia langsung menyampaikan titah Ace tersebut kepada rekannya melalui earphone wireless, lalu ia berjalan meninggalkan lantai tersebut.Ace Tucker masih belum beranjak dari tempatnya. Netra abu-abu gelapnya memandang lurus ke arah punggung Sienna yang semakin menjauh. Ia kembali mengawasi gadis itu dengan tetap menjaga jarak agar tidak mencolok.Sienna telah berjalan menuju ke sisi koridor di bagian timur. Tadi ia sempat melihat Nicole dan Emily berbelok ke koridor tersebut, tetapi sekarang ia sudah kehilangan jejak mereka.Alis Sienna berkerut ketika ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya
Suara tawa Emily perlahan terhenti. Ia tersenyum mencemooh, lalu menuangkan gelasnya yang sudah kosong dengan vodka yang masih tersisa. Pandangannya yang mulai buram, menatap cairan bening di dalam gelas kristalnya tersebut dengan kilatan kelicikan yang bersinar di matanya.“Nicole, apa kamu tahu kalau terkadang aku sangat iri padamu?” gumam Emily tanpa melepaskan pandangannya dari gelas kristal di tangannya.Nicole mengerutkan alisnya. Ia tidak menanggapi ucapan tersebut karena ia tahu jika wanita itu sedang mabuk parah sehingga berbicara melantur.Namun, Emily melanjutkan, “Padahal kamu dan aku telah melakukan kecurangan dan pengkhianatan yang hampir mirip, tetapi kenapa hanya aku saja yang didepak keluar dari Luminous? Menurutmu, bukankah ini tidak adil? Wajar kan kalau aku merasa iri?”Kening Sienna mengernyit mendengar pengakuan aneh dari Emily. Namun, pengakuan tersebut semakin mempertegas kecurigaannya terhadap Nicole. Ia terdiam di balik pintu, mendengarkan setiap kata yang kel
“Berikan aku lima juta dolar. Aku akan menghapus bukti itu selamanya untukmu,” ucap Emily yang membuat netra Nicole terbelalak. Begitu juga dengan Sienna di luar ruangan itu.“Apa? Kamu pikir aku punya uang sebanyak itu, hah!” bentak Nicole seraya menghempaskan tubuh Emily ke lantai.Embusan napas kasar meluncur dari bibir Nicole. Ia tidak bisa membiarkan Emily terus semena-mena mengancamnya, lalu akhirnya ia kembali berkata, “Baiklah. Terserah kamu kalau mau menyebarkan hal itu kepada semua orang. Palingan mereka hanya akan mengecapku sebagai wanita jalang.”“Sayangnya, bukan hanya itu, Nicole. Mereka juga akan mengecapmu sebagai pencuri atau mungkin …,” Perlahan Emily bangkit dari lantai dan tersenyum sinis, lalu lanjut berkata, “penjiplak?”Wajah Nicole seketika memucat. Gigi-giginya telah bergemeretak dengan sorot mata yang berkilat tajam.“Kamu pikir aku tidak tahu hal apa yang sudah kamu lakukan agar bisa naik jabatan, huh?” Emily tersenyum smirk, menunjukkan jika ancamannya buk
Clive pun mendekatkan wajahnya ke arah Sienna, mempersempit jarak di antara mereka. “Kamu … mencurigakan,” bisiknya.Sienna mengeratkan rahangnya. “Sepertinya pelajaran kemarin belum cukup untukmu ya, Clive,” desisnya, sengaja mengalihkan perhatian pria itu.Namun, Clive malah tersenyum sinis. “Kamu pikir dapat semudah itu menjebloskanku ke penjara, Sienna?” sahutnya dengan angkuh.“Aku dengar sekarang kamu sudah tinggal serumah dengan Lucas Morgan. Pantas saja kamu sekarang sok jual mahal seperti ini. Ternyata kamu sudah menjual dirimu kepada lelaki itu,” ucap Clive kemudian.Sienna melotot tajam. “Dia tidak sepertimu, Bajingan,” desisnya.Karena khawatir suaranya akan mengundang perhatian Nicole di dalam ruangan, Sienna pun memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut. Akan tetapi, Clive menarik pergelangan tangannya dengan kuat sehingga ponsel di tangannya terjatuh dan terpental dengan sangat keras di lantai koridor tersebut.“Clive, kau …