Maaf ya baru sempat up, Kak >< Bab selanjutnya ditunggu ya....
[Mama memanggil ….]Tanpa bertanya pun, Sienna sudah tahu jelas tujuan ibunya menghubunginya saat ini. Apa lagi kalau bukan membahas tentang video Cindy yang sedang beredar dan telah berada di pencarian populer!Sienna terdiam selama beberapa saat hingga panggilan itu terputus sendiri. Ia memang sengaja tidak menjawab panggilan tersebut karena ia merasa tidak ada perlu yang diperbincangkan di antara dirinya dan ibunya. Selain itu, ia tidak ingin merusak suasana hatinya yang sedang baik hari ini dengan kata-kata menyakitkan dari ibunya.Namun, tidak berapa lama kemudian, ibunya mengirimkan satu pesan. [Mama perlu bicara denganmu, Sienna. Ini penting.]Baru saja Sienna hendak membalas pesan tersebut, ibunya kembali mengirimkan pesan lainnya. [Apa video yang beredar tentang Cindy adalah ulahmu?]Seulas senyuman pahit mengukir bibirnya. Ia sudah menduga ibunya akan menyalahkan dirinya atas hal tersebut. Siapa lagi kalau bukan Cindy yang sengaja mengadu domba mereka?Berdasarkan berita yan
“Kenapa kamu tidak menjawab telepon dan pesan Mama, Sienna? Apa kamu sengaja?”Pertanyaan yang terkesan seperti tuduhan itu menimbulkan kekecewaan di dalam hati Sienna. Alih-alih menjawab, ia memilih untuk diam sejenak, mencoba menenangkan gejolak emosinya yang tengah bergemuruh di dalam dadanya.Percakapan mereka terhenti sejenak karena seorang pelayan datang menghampiri meja mereka untuk menawarkan menu yang dimiliki kafe mereka."Saya tidak haus," ucap Nancy tanpa membaca buku menu tersebut.Sienna menghela napas pelan dan berkata kepada pelayan kafe tersebut, “Tolong berikan dua cangkir teh chamomile yang panas.”"Mama tidak haus, Sienna," tukas Nancy kembali mempertegas ucapannya tadi.“Tapi, aku rasa Mama membutuhkan teh chamomile. Pasti semalam Mama tidak tidur dengan baik," ucap Sienna yang kembali menatap pada ibunya.Nancy mendengus pelan. Ucapan putrinya memang benar. Sudah tiga hari terakhir ini ia mengalami insomnia karena banyaknya masalah yang mengusik pikirannya."Lagip
"Ma, siapa yang sudah melakukan ini pada Mama?" tuntut Sienna dengan suara bergetar antara marah dan khawatir.Nancy mengalihkan pandangannya, mencoba menyembunyikan rasa sakit dan malu yang tampak jelas di wajahnya. "Bukan salah siapa-siapa. Mama saja yang jalan tidak hati-hati dan terbentur sendiri,” jawabnya, tanpa menatap putrinya.“Ma, aku bukan anak kecil lagi. Kalau terbentur sendiri, tidak mungkin sampai seperti ini. Tolong ceritakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?” bujuk Sienna, tangannya gemetar saat mencoba menggenggam tangan ibunya.Namun, wanita paruh baya itu menolak untuk bicara.Netra Sienna pun menyipit tajam. Ia tahu jika ibunya sedang melindungi seseorang. Ia pun teringat dengan ucapan ibunya mengenai kemarahan Calvin Sherwood tadi."Apa Papa Calvin yang melakukannya?" terka Sienna yang membuat ibunya tersentak.Nancy tidak menjawab, tetapi ekspresi di wajahnya sudah cukup untuk mengonfirmasi dugaan Sienna."Ma, ini tidak bisa dibiarkan," kata Sienna dengan suar
Tamparan Nancy tentu saja menarik perhatian para karyawan kafe dan beberapa pengunjung yang baru saja datang. Salah seorang pelayan pun menghampiri mereka. “Nyonya, maaf … Anda telah mengusik kenyamanan pengunjung lain,” ucapnya. Nancy mencoba menegakkan pandangannya walaupun merasa cukup dipermalukan. Ia memberikan anggukan kecil kepada pelayan tersebut. Setelah pelayan tersebut berlalu, ia kembali duduk di kursinya. Tangan kanan Nancy terasa sangat perih karena melakukan tamparan tadi. Bisa dipastikan jika wajah putrinya juga pasti merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih sakit dibandingkan dirinya. Wanita paruh baya itu menoleh kepada putrinya yang tidak mengubah posisinya sejak tadi. “Maafkan Mama, Sienna,” ucap Nancy. Suaranya terdengar lebih pelan dibandingkan sebelumnya meskipun emosinya masih bercampur aduk di dalam dadanya. “Tapi, apa kamu tahu apa yang sudah kamu perbuat, Sienna? Aku benar-benar tidak percaya kamu melakukan semua ini, Sienna. Bisa-bisanya aku membe
“Walaupun begitu, pada akhirnya Mama tetap berpihak kepadanya dan keluarga Sherwood, bukan?”Nancy terperangah mendengar tuduhan putrinya. Bibirnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang keluar.Sienna tersenyum pahit. Sikap diam ibunya sudah menjawab semuanya. Ia tidak tahu harus berapa kali mengalami kekecewaan seperti ini. Harapan demi harapan untuk mendapatkan cinta ibunya sudah hancur berkeping-keping.“Aku tidak akan berhenti, Ma. Aku akan memberikan hukuman yang sepantasnya mereka dapatkan,” putus Sienna yang membuat wajah ibunya menggelap.“Sienna, kamu─”“Jika mereka tidak lebih dulu mengusikku, aku juga tidak akan melakukan hal ini,” sela Sienna seraya membuang pandangannya ke luar jendela.Nancy terperangah mendengar ketegasan putrinya. Ia meremas kedua tangannya, berusaha meredam emosinya yang kembali memuncak karena ketidakpatuhan putrinya. Ia menyadari jika meluapkan emosinya tidak akan menyelesaikan masalahnya.Tujuannya datang menemui Sienn
Sepeninggalan ibunya, Sienna hanya bisa diam terpaku, memandang cangkir teh kosong miliknya dengan perasaan yang sulit untuk diutarakan. Perlahan ia tertunduk dalam. Pipinya masih terasa perih. Buliran bening kembali menghujam sepasang netra zamrudnya yang menyorotkan kesedihan yang mendalam. Tiba-tiba seorang pelayan kafe menghampiri mejanya dan meletakkan secangkir teh chamomile yang hangat. Sienna pun mengangkat wajahnya dengan bingung. “Maaf, saya tidak memesan,” cicitnya. Pelayan itu tersenyum. “Tuan itu yang memesankannya untuk Anda,” ucapnya. Sienna pun mengikuti arah tangan pelayan tersebut. Terlihat sosok seorang pria paruh baya yang tersenyum lembut padanya. Netra Sienna yang masih basah pun terbelalak lebar. “Tu-Tuan Harvey,” gumamnya, lirih. “Ini juga adalah pesanana dari beliau,” ucap pelayan kafe seraya meletakkan sebongkah es dengan kain bersih di atas meja tersebut. “Sebaiknya Anda mengompres pipi Anda agar tidak bengkak parah,” lanjut pelayan kafe tersebut. “Te-
Walaupun bingung dengan pertanyaan Felix, Sienna tetap menjawab dengan tenang, “Iya, dia ibuku. Apa ada sesuatu yang salah, Paman?”Felix tersenyum tipis. “Tidak ada apa-apa, Sienna. Mungkin saya saja yang berpikir terlalu berlebihan karena sikap ibumu tadi,” ucapnya.Sienna dapat melihat keraguan pria itu, tetapi ia pun menimpali, “Saya tahu kalau sikap ibuku di mata orang luar mungkin terlalu kasar, tetapi ini juga salahku yang memprovokasinya tadi. Hubunganku dengannya memang tidak seperti anak dan ibu biasanya. Bisa dibilang sangat rumit.”Seulas senyuman getir terukir di bibir Sienna saat mengatakan hal tersebut.Felix terdiam sejenak, tampak mempertimbangkan sesuatu hal. Namun, beberapa saat kemudian pria paruh baya itu berkata, “Saya sangat tertarik dengan masalahmu. Jika tidak keberatan, apa kamu bisa menceritakannya padaku?”Felix dapat melihat kebingungan Sienna atas permintaannya tersebut. Ia pun tertawa kecil, tetapi kemudian ia berkata, “Maaf kalau terdengar aneh, tapi say
Seorang pria muda bertubuh tinggi berpakaian setelan rapi serba hitam memasuki kafe. Ia menjadi pusat perhatian para tamu karena tampak mencolok dan juga memiliki aura yang menyeramkan dengan ekspresi wajah dinginnya.Pria itu berjalan menghampiri Felix Harvey yang sedang duduk menikmati secangkir americano-nya. “Tuan, maaf saya terlambat. Saya sudah membawa mobil pengganti,” ucapnya yang telah berdiri di samping Felix Harvey.Beberapa waktu lalu mobil yang dinaiki Felix mengalami sedikit kendala sehingga ia terpaksa menunggu di kafe tersebut sambil menunggu bawahannya tersebut untuk membawa mobil pengganti yang lain.Wajah bawahan Felix itu terlihat penuh penyesalan. Ia merasa lalai dalam melakukan tugasnya.Namun, Felix tersenyum tipis. Sembari meletakkan kembali cangkir kopinya di atas tatakannya, ia berkata, “Tidak apa-apa, Ace. Berkatmu, saya menemukan sesuatu yang menarik."Kening Ace Tucker mengerut. Namun, sebelum ia bertanya, majikannya itu berkata, "Aku ingin kamu menyelidik