Arka menghampiri wanita yang sama sekali tidak dia kenal itu. Penampilannya yang terlihat santai dengan pakaian seksi juga sebatang rokok yang terselip di sela jarinya membuat wanita itu benar-benar memperlihatkan bahwa dia bukanlah wanita biasa. Arka pun tersenyum sinis lalu duduk tepat di depan wanita itu.
"Siapa kamu? Berani sekali kamu membawa saya ke sini?'' tanya Arka menatap tajam wajahnya."Dih, dasar tidak sopan. Bukannya berterima kasih, malah marah-marah. Kamu itu seharusnya bersyukur karena aku sudah membawa kamu ke sini. Kalau tidak, kamu sudah tidur di jalanan semalam, ingat ini semua tidak gratis ya. Kamu harus membayar mahal atas jasaku juga biaya menginap di rumah ini,'' ucap sang wanita yang sama sekali belum diketahui namanya itu."Hahahaha! Kamu gila apa? Masa cuma menginap di rumah kecil seperti ini harus bayar segala sih? Memangnya ini hotel? Lagipula, siapa yang menyuruh kamu bawa saya ke sini?" Arka menertawakan."Enak saja kamu kalau ngomong. Eh ... Dengarkan aku ya pria pemabuk, aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus membayar terlebih dahulu sebelum kamu keluar dari rumah ini. Kamu tahu, aku memasang tarif yang tinggi sekali kencan.""Tapi kita tidak kencan lho, saya juga tidak meminta kamu untuk membawa saya ke sini.""Tapi saya yang menyelamatkan kamu tadi malam. Apa kamu sama sekali tidak mengingat apapun?"Arka bergeming. Otaknya nampak berfikir keras mencoba untuk mengingat kejadian tadi malam. Namun, dia sama sekali tidak dapat mengingat apapun."Kenapa kamu diam? Kamu tidak punya uang? Kalau memang tidak punya uang, kenapa harus datang ke Klub malam segala? Minum saja air putih di rumah," ujar sang wanita kemudian."Kamu beneran seorang wanita penghibur?" Arka mengerutkan kening."Memangnya kenapa kalau aku seorang wanita penghibur?"Arka menatap wajah wanita tersebut dari ujung kaki hingga ujung rambut. Wajahnya yang cantik akan terlihat elegan apabila sedikit dipoles dengan make-up natural dan dipakaikan pakaian mahal. Ide konyol pun seketika menghampiri otak kecil Arka. Dia pun tersenyum kecil lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi."Saya akan bayar kamu mahal, bahkan sangat mahal, tapi ada syaratnya,'' ucap Arka tersenyum ringan."Syarat? Ada-ada aja sih. Bilang saja kalau sebenarnya kamu orang miskin, kamu tidak punya uang 'kan? Sudah jujur saja.""Enak saja kamu kalau bicara. Saya ini seorang pengusaha kaya raya, harta saya tidak akan habis tujuh turunan kalau kamu ingin tahu.""Ya sudah, buruan bayar kalau begitu dan segera angkat kaki dari rumah aku yang kecil ini.""Tunggu dulu, saya sudah bilang tadi kalau saya akan membayar kamu mahal tapi dengan satu syarat.""Syaratnya apa? Katakan saja, yang penting kamu bisa bayar aku dengan imbalan yang besar.''"Jadi kekasih bayaran saya, mau?" pinta Arka memasang wajah serius seraya menatap tajam wajah wanita itu."Hah? Hahahaha! Gila kamu, jadi kekasih bayaran? Dari mana kamu bayar aku nantinya? Dasar aneh,'' wanita itu pun menertawakan, bahkan suara tawanya terdengar renyah membuat Arka seketika merasa kesal."Jadi kamu tidak percaya sama sekali kalau saya ini sebenarnya adalah pengusaha kaya raya?""Tidak. Mana buktinya kalau kamu memang seorang pengusaha kaya raya? Gak ada 'kan?"Arka pun merogoh saku celananya lalu hendak meraih dompet dari dalam sana, tapi seketika dia pun teringat bahwa dompet beserta isinya berada di tangan sang ayah saat ini. Dia pun menatap lekat wajah sang wanita. Senyuman kecil pun kembali mengembang dari kedua sisi bibirnya kini."Apa kamu punya ponsel?" tanya Arka."Ponsel buat apa?""Coba kamu cari nama saya di internet.""Buat apa?''"Coba saja dulu."Wanita tersebut pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia menatap sinis wajah Arka seraya meraih ponsel canggih miliknya. Perasaan wanita yang bekerja di sebuah Klub malam itu pun mulai merasa kesal kini."Siapa nama kamu?" tanyanya dengan wajah datar."Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat,'' jawab Arka penuh percaya diri juga membusungkan dada bidangnya."Serius itu nama kamu? Kamu tidak ngaku-ngaku 'kan?""Hahahaha ... Sudah jangan banyak omong. Cari saja nama saya di internet cepat,'' pinta Arka, menertawakan."Hmm ... Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat," gumam wanita tersebut menatap layar ponsel seraya mengetik nama yang baru saja dia sebutkan.Kedua mata wanita itu pun seketika terbelalak merasa tidak percaya. Senyuman pun mengembang sempurna dari kedua sisi bibirnya kini. Wajah laki-laki bernama Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat yang berada di media sosial benar-benar sama persis dengan wajah laki-laki yang saat ini berada dihadapannya.Dia pun menatap wajah Arka lekat lalu membandingkannya dengan wajah Arka di dalam ponsel. Wajahnya benar-benar sama, hanya penampilannya saja yang berbeda. Wanita itu pun seketika merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih ramah."Ini benar-benar kamu?'' tanyanya ingin lebih memastikan."Kamu tidak lihat dan baca? Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat pengusaha sukses dan kaya raya, pasti seperti itu 'kan tulisan di media sosial itu?" jawab Arka penuh percaya diri."Hmm ... Memang iya si. Oke, kapan aku bisa bekerja sebagai kekasih bayaran kamu, Tuan Arka?''"Sekarang juga, tapi tunggu saya belum tahu nama kamu. Siapa nama kamu?""Nama aku Naila, usia aku 27 tahun. Apa lagi yang ingin kamu tahu tentang aku?''"Tidak ada, nama kamu saja sudah cukup. Saya juga tidak ingin tahu lebih banyak lagi tentang kamu. Yang penting, kamu harus menjalankan tugas kamu sebagai kekasih bayaran Tuan Arka dengan baik," jelas Arka penuh penekanan."Oke, deal."***Sementara itu di tempat yang berbeda, Antoni nampak menunggu dengan perasaan khawatir karena Arka sampai saat ini masih belum juga pulang. Dia berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya. Kedua matanya pun sesekali melirik jam dinding yang tertempel di dinding rumahnya tersebut."Sudah siang seperti ini Tuan Arka ko belum pulang sih? Apa dia baik-baik saja? Saya takut dia tidur di pinggir jalan lagi seperti waktu itu," gumamnya kemudian.Ceklek!Pintu rumah pun tiba-tiba di buka dan Arka bersama Naila masuk ke dalam rumah tersebut. Antoni segera menghampiri Tuannya. Seketika, tatapan matanya tertuju kepada wanita yang saat ini berdiri tepat di samping Arka."Tuan kemana saja? Kenapa baru pulang? Apa anda tahu saya menunggu Tuan semalaman? Terus siapa wanita ini?" tanya Antoni melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi membuat Arka seketika tersenyum geli."Memangnya saya anak kecil apa? Dasar.''"Ya setidaknya anda bilang sama saya kalau anda tidak akan pulang tadi malam, dengan begitu saya tidak perlu menunggu anda semalaman.""Iya-iya, saya minta maaf.""Terus, wanita ini siapa? Apa kalian bermalam bersama?'' selidik Antoni penuh rasa curiga."Kenalin, nama aku Naila kekasih baru Tuan Arka." Naila mengulurkan tangannya memperkenalkan dengan diri penuh percaya diri."Kekasih?" Antoni membulatkan bola matanya."Kekasih bayaran, bukan kekasih sungguhan," celetuk Arka kemudian."Kekasih bayaran? Tunggu, saya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Tuan katakan? Maksudnya, Tuan membayar wanita bernama Naila ini untuk menjadi kekasih bohongan anda, begitu?''Arka menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursi ruang tamu begitupun dengan Naila. Keduanya duduk secara berdampingan. Sedangkan Antoni, dia masih berdiri menatap wajah Arka dan juga wanita bernama Naila secara bergantian."Anda yakin dengan keputusan anda ini? Menyewa seorang wanita untuk menjadi kekasih bohongan? Kalau anda benar-benar jatuh cinta sama wanita ini bagaimana? Lagipula, apa anda berani membohongi Tuan besar? Kalau sampai kebohongan kalian terbongkar nanti, bagiamana?'' Antoni menghujani Tuannya dengan berbagai pertanyaaan."Astaga ... Kamu ini kenapa, Antoni? Sejak kapan kamu jadi begitu peduli dengan kehidupan saya?""Sejak Tuan tinggal di sini bersama saya, Tuan sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri. Mana mungkin saya tidak peduli sama Tuan?''Arka seketika tersenyum. Selama dia tinggal bersama mantan asistennya ini, dia selalu saja merepotkan Antoni. Semua kebutuhannya bahkan pakaian miliknya pun selalu di cuci oleh pemuda ini. Dia pun menatap lekat wajah Antoni dengan tatapan penuh rasa haru."Terima kasih, Antoni. Kamu sampai seperti segitunya sama saya. Saya janji kalau saya sudah menduduki posisi saya lagi, saya akan naikan gaji kamu 10 kali lipat. Saya juga akan beri kamu bonus yang besar nanti, tapi saya masih butuh bantuan kamu sekali lagi,'' pinta Arka."Bantuan apa, Tuan. Katakan saja, saya pasti akan bersedia membantu Tuan semampu saya.""Tolong jaga rahasia ini, cuma kamu satu-satunya orang yang tahu tentang rencana saya, Antoni. Kamu harus janji kalau kamu tidak akan pernah membocorkan rahasia ini kepada siapapun, apalagi kepada Daddy. Saya akan mengambil lagi apa yang memang seharusnya menjadi milik saya. Kekayaan, kedudukan, dan kejayaan saya. Saya akan bangkit dan menjadi Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat pengusaha kaya raya seperti Arka yang dulu lagi," tegas Arka penuh penekanan."Tentu saja, Tuan. Saya akan menutup rapat mulut saya. Rahasia Tuan aman di tangan saya, tapi apa wanita ini bisa dipercaya?" jawab Antoni menatap Naila satu ujung rambut hingga ujung kaki."Apa maksud kamu? Jadi, kamu pikir aku tidak bisa memegang rahasia, begitu?" ketus Naila menatap sinis wajah Antoni."Siap tahu 'kan? bisa saja nanti kamu bocorin masalah ini?""Kamu tenang saja, saya akan membayar dia dengan imbalan yang cukup besar. Kalau perlu saya akan membeli hidup dia agar dia tidak bisa macam-macam sama saya,'' tegas Arka penuh penekanan.****"Kamu tenang saja, aku bukan wanita yang suka banyak bicara. Asal mulut aku ini dibungkam dengan uang yang sangat banyak, aku janji tidak akan membongkar rahasia kita ini,'' ucap Naila seraya duduk bersilang kaki membuat Arka seketika merasa kesal."Hey ... Kalau duduk itu yang sopan ya. Kamu itu harus terlihat seperti seorang wanita berkelas. Tutur bicara kamu, cara berpakaian kamu juga sopan santun kamu itu harus diperbaiki," ketus Arka menatap wajah Naila dengan tatapan tidak suka."Heuh! Pura-pura jadi orang kaya itu banyak aturannya juga ya. Segala macam di atur, cara bicara juga harus di perbaiki segala. Tidak bisa apa kalau aku jadi diri aku sendiri?""Tidak bisa dong. Kamu lupa saya ini siapa? Saya adalah Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat, saya laki-laki yang disegani di kota ini juga salah satu pengusaha kaya raya, masa pacar saya tidak punya etika dan tata krama? Tidak lucu 'kan?" "Hmm ... Iya-iya, baik Tuan Arka yang terhormat, terserah anda saja maunya seperti apa. Asal aku
Nyonya Maurina seketika bangkit saat mendengar Bi Sumi mengatakan bahwa putra kesayangannya telah pulang bersama seorang perempuan. Kedua matanya pun terlihat berkaca-kaca merasa tidak percaya. Nyonya Maurina menatap wajah Bi Sumi wanita yang telah bekerja lebih dari 10 tahun di rumahnya itu dengan tatapan sayu berharap bahwa dia sama sekali tidak salah mendengar."Bibi tidak bercanda 'kan? Arka putra saya pulang bersama seorang perempuan?" tanyanya kemudian."Betul, Nyonya. Tuan muda ada di bawah sekarang," jawab Bibi tersenyum ramah."Astaga putraku, Arka! Akhirnya kamu pulang juga, Nak." Nyonya Maurina pun seketika turun dari atas ranjang dan berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari dalam kamar dan di susul oleh Tuan Wijaya kemudian.***Sementara itu, Naila nampak menatap sekeliling rumah besar dan mewah milik Arka dengan tatapan berbinar. Bibirnya pun nampak di buka lebar benar-benar merasa kagum dengan kemewahan yang terlihat begitu nyata di depan kedua matanya kini. Arka yang m
Arka merasa terkejut saat mendengar apa yang baru saja ditanyakan oleh Tuan wijaya sang ayah begitupun dengan Naila. Mereka berdua saling menatap satu sama lain seolah sedang bertanya lewat tatapan mata. Arka bahkan mengedipkan satu matanya memberi isyarat kepada Naila."Saya mencintai Arka, Om. Dia adalah laki-laki baik yang mampu membuat hati saya luluh, ya meskipun Arka memiliki sifat sombong dan keras kepala, tapi saya tidak mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting, dia mencintai saya begitupun sebaiknya dan kami bisa menerima kekurangan masing-masing," lembut Naila, layaknya seorang artis yang sedang berakting terlihat begitu meyakinkan."Kalian tidak sedang membohongi saya 'kan?" tanya Tuan Wijaya, menatap wajah Naila dan juga sang putra secara bergantian."Tentu saja tidak, Dad. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama Naila. Dia adalah wanita spesial yang selama ini saya cari. Saya juga sangat mencintai dia," jawab Adrian meyakinkan sang ayah."Hmm ... Daddy masih meraguk
Arka berbisik di telinga wanita bernama Naila. Wanita yang dia sewa sebagai kekasih bayaran. Apa yang baru saja diucapkan oleh wanita itu benar-benar telah membuat perasaan seorang Arka benar-benar merasa terluka."Apa perlu saya membuktikan kepada kamu kalau saya ini memang pria normal? Kamu tahu, saya bukan hanya sombong dan kasar seperti yang kamu katakan tadi, tapi saya juga mahir dalam hal bermain di atas ranjang," bisik Arka membuat Naila seketika memejamkan kedua matanya.Hembusan napas Arka terasa dingin menyapu permukaan kulit Naila kini. Aroma wangi tubuh laki-laki itu pun tercium begitu maskulin terasa menyegarkan. Bulu kuduk wanita itu seketika berdiri serempak juga merasakan getaran di dalam jiwanya kini."Kenapa kamu diam, Naila? Bukankah kamu sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang? Tubuh kamu juga gemetar. Apa jangan-jangan kamu hanyalah seorang pemain amatir? wanita penghibur yang sama sekali tidak bisa melayani laki-laki di atas ranjang?''Naila diam
Ceklek! Blug!Naila membuka pintu kamar lalu menutupnya kasar setelah dirinya keluar dari dalam kamar. Arka hanya bisa mengusap wajahnya kasar hatinya diliputi penyesalan. Berbagai pertanyaan pun memenuhi hatinya kini.Bagaimana bisa seorang wanita yang notabenenya bekerja sebagai seorang wanita penghibur di sebuah Klub malam masih dalam keadaan Vigin? Lebih parahnya lagi, dirinyalah yang merenggut kesucian wanita itu. Arka melakulan hal itu karena dia berfikir bahwa Naila sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang. Dia sama sekali tidak berniat untuk merenggut mahkota yang selama ini di jaga dengan sekuat tenaga oleh gadis bernama Naila."Sial, kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti itu? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa saya benar-benar harus menikahi dia? Ya Tuhan ..." gumam Arka kemudian.Dia pun bangkit lau turun dari atas ranjang. Dirinya meraih satu-persatu pakaian yang berserakan di atas lantai dan memakainya. Setelah itu Arka Wijaya Kusuma Hadin
"Sebenarnya apa, Nai? Katakan saja jangan sungkan,'' tanya Nyonya Maurina menatap wajah Naila dengan tatapan sayu penuh kasih sayang.Naila diam seribu bahasa. Dia nampak berfikir keras tentang apa yang akan dia ucapkan kepada Nyonya Maurina. Apakah dirinya akan benar-benar membongkar rahasia Arka? Karena rasa sakit hatinya kepada laki-laki itu yang telah merenggut kesuciannya begitu saja."Naila?" "Hah? Eu ... Sebenarnya saya dan Arka hanya--''"Wah, mertua sama calon menantu akrab juga ternyata. Senang deh saya melihatnya.'' Arka datang tepat waktu, dia menyela ucapan Naila.'Untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, tamat sudah riwayat saya,' (batin Arka.)"Kamu? Ngagetin Mommy aja si." Nyonya Maurina seketika menoleh dan menatap wajah Arka merasa terkejut."Memangnya apa sih yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali." Arka duduk tepat di samping Naila kini dan tersenyum mesra kepadanya."Eu ... Nggak ko, kami hanya sedang ngobrol biasa saja, iya 'kan Tante?'' jawab Naila ter
Arka menatap sang ayah dengan perasaan gugup. Bagaimana bisa dia menganalkan kedua orang tua Naila sementara dia sendiri tidak tahu siapa dan dimana orang tuanya saat ini. Dia pun mengepalkan kedua tangannya mencoba menyembunyikan rasa gugupnya saat ini."Arka? Kenapa kamu diam saja? Bisa 'kan Daddy berkenalan dengan orang tuan Naila?" tanya sang ayah membuat Arka seketika membuyarkan lamunan panjangnya."Hah? Eu ... bisa ko, Dad. Nanti saya coba bicarakan hal ini sama Naila, selama ini dia hanya tinggal sendiri di kota. Sementara orang tuanya ada di kampung, setahu saya seperti itu, Dad,'' jawab Arka mencoba bersikap biasa saja."Begitu? Hmm ... Sayang sekali, tapi tidak masalah Daddy bisa ko berjunjung ke rumahnya yang ada di kampung."'Astaga, Daddy benar-benar pantang menyerah,' (batin Arka.)"Itu bisa di atur, Dad," jawab Arka singkat."Baiklah, Daddy akan kembalikan semua barang-barang kamu, tapi ingat Daddy akan mengambilnya kembali jika sampai kamu membohongi Daddy bahkan, Dad
"Mommy kenapa?'' tanya Arka.Perasaannya tiba-tiba saja merasa tidak enak. Raut wajah sang ibu benar-benar terlihat muram dan juga penuh dengan kesedihan. Tentu saja, hal itu membuat Arka merasa heran, dia pun duduk tepat di samping Naila dengan perasaan yang campur aduk merasa ketakutan sebenarnya."Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa wajah Mommy terlihat sedih seperti itu?" tanya Arka kemudian."Pokoknya, Mommy tidak ingin kalau kamu sampai menyakiti perasaan Naila,'' ucap sang ibu penuh penekanan."Apa maksud Mommy? Saya benar-benar tidak mengerti, Mom.''"Mommy tidak ingin kamu sampai berpisah dengan Naila. Mommy tahu kalau dia adalah wanita yang baik, setelah mendengar perjuangannya selama hidup di kota demi membiayai keluarganya di kampung, itu artinya dia adalah wanita pekeja keras. Tante salut sama kamu Naila.''Arka akhirnya bisa bernapas lega. Akhirnya apa yang dia khawatirkan sama sekali tidak terjadi, awalnya dia berfikir bahwa Naila akan membongkar kebohongannya kepada
Naila lagi-lagi merasa tersentuh. Laki-laki bernama Arka benar-benar telah memperlakukan dirinya seperti seorang Ratu. Sikap dan perlakuannya yang sangat istimewa sungguh membuat hati seorang Naila benar-benar merasa bahagia. Entah sadar atau tidak, perasaan Naila kepada Arka benar-benar semakin dalam, lebih dalam dari samudera bahkan lebih luas dari angkasa lepas."Kenapa bengong? Kamu mengerti 'kan apa yang baru saja saya katakan?" tanya Arka seketika membuyarkan lamunannya."Hah? Eu ... Tidak, ko Mas Arka. Aku hanya merasa kalau kamu terlalu berlebihan dalam memperlakukan aku. Jika boleh berkata jujur, selama ini tidak ada yang pernah memperlakukan aku seperti itu, aku di pandang sebagai perempuan nakal karena pekerjaan aku selama ini. Padahal, aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yang lebih apalagi sampai tidur dengan seorang laki-laki kecuali sama kamu, Mas,'' lirih Naila."Iya saya tahu, dan saya telah membuktikannya sendiri kalau kamu bukanlah wanita nakal. Itu sebabnya sa
Naila pun memeluk erat tubuh Arka seperti yang dipintakan oleh laki-laki itu. Laki-laki yang semula hanya menjadi kekasih bohongan saja. Namun, berakhir sebagai kekasih sungguhan dan dia pun benar-benar telah jatuh cinta kepada laki-laki itu."Benar 'kan, rasa sakit saya langsung hilang. Kamu benar-benar wanita yang luar biasa, Nai. Kamu bukan hanya penyelamat hidup saya, tapi cinta kamu juga mampu mengobati rasa sakit di tubuh saya ini," lirih Arka seketika membuyarkan lamunan Naila."Sudah, jangan menggombal terus, Mas Arka. Aku bisa terbang nanti," jawab Naila benar-benar merasa terbang ke angkasa mendengar semua pujian yang dilontarkan oleh Arka."Hahahaha! Mana mungkin kamu terbang, memangnya kamu punya sayap? Atau, jangan-jangan kamu sebenarnya bidadari yang menyamar manjadi wanita cantik? Itu sebabnya kamu bisa terbang?" Arka semakin menjadi-jadi."Mas Arka ngaco. Mana ada yang seperti itu di dunia ini.""Tentu saja ada, sayang. Bidadari itu adalah kamu, cinta yang membara di ha
Arka seketika merasa terkejut saat Naila tiba-tiba saja kembali masuk ke dalam mobil. Wajah gadis itu nampak pucat pasi juga menangis sesenggukan membuat Arka merasa bingung. Dia pun menatap wajah gadis itu dengan tatapan sayu penuh kasih sayang."Kamu kenapa, sayang?" tanya Arka kemudian.Trok ... Trok ... Trok ....Pintu mobil pun tiba-tiba saja di ketuk kasar. Seorang laki-laki dewasa berdiri tepat di luar mobil kini. Wajah laki-laki tersebut nampak terlihat geram juga berkali-kali mengetuk kaca mobil."Hey! Naila, perempuan murahan. Keluar kamu!" teriaknya di luar sana."Dia siapa, Nai?""Dia itu--" Naila tidak kuasa meneruskan ucapannya."Apa dia laki-laki yang pernah kamu temui di Klub malam?''Naila mengangguk samar. Dia pun menundukkan kepalanya merasa bersalah karena Arka harus bertemu dengan laki-laki yang pernah dia temani untuk bersenang-senang di Klub malam. Sungguh, hati Naila benar-benar merasa malu sebenarnya.Ceklek! Blug!Arka seketika membuka pintu mobil lalu kelua
Arka menunduk sedih, di kala dirinya sedang dalam keadaan mengendarai mobilnya kini. Mengingat masa lalu membuat luka yang selama ini sudah dia kubur dalam-dalam perlahan mulai kembali naik ke permukaan. Rasa sakitnya dikhianati pun kembali dia rasakan."Kamu baik-baik saja, Mas Arka?" tanya Naila, seketika membuyarkan lamunannya."Hah? Eu ... Saya baik-baik saja ko, Nai,'' jawab Arka kembali mengangkat kepalanya dan pokus menatap ke depan."Maaf jika pertanyaan aku membuat kamu merasa tersinggung, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu, sungguh.""Hahaha! Saya benar-benar baik-baik saja ko. O iya, sekarang giliran saya yang akan mengatakan sesuatu sama kamu, Naila.""O iya aku sampai lupa, Mas Arka mau bicara apa tadi?""Daddy ingin ketemu dengon orang tua kamu.""Hah?""Serius, Daddy bilang ini sebagai bukti keseriusan hubungan kita.""Terus, kamu bilang apa sama Om Daddy kamu.''"Wijaya Kusuma nama ayah saya.'' Arka terkekeh merasa lucu."Iya, itu maksudku. Kamu jawab apa sama
"Kamu serius dengan apa yang baru saja kamu katakan ini? Kamu benar-benar pandai berakting, Tuan Arka,'' tanya Naila tersenyum menertawakan."Apa ucapan saya terdengar seperti sedang bercanda?" Arka menatap wajah Naila dengan tatapan tajam."Apa ini sebagai bentuk pertanggung jawaban kamu karena telah merenggut kesucian aku?""Anggap saja begitu.""Apa kamu mau kita menikah tanpa rasa cinta?""Apa kamu yakin kalau kamu tidak akan jatuh cinta kepada saya? Kamu tidak lihat, saya ini laki-laki sempurna. Tampan, matang, mapan dan saya juga tidak yakin kalau kamu tidak berdebar saat kamu berdekatan dengan saya seperti ini.'' Arka merentangkan kedua tangannya seraya berputar penuh percaya diri, lengkap dengan senyuman lebar."Dih, anda benar-benar percaya diri, Tuan Arka yang terhormat.""Hus, jangan panggil saya dengan sebutan Tuan Arka lagi. Panggil saya dengan panggilan Mas Arka mulai sekarang. Nai, cinta bisa datang belakangan. Seperti kata pepatah, cinta bisa datang seiringan dengan wa
"Mommy kenapa?'' tanya Arka.Perasaannya tiba-tiba saja merasa tidak enak. Raut wajah sang ibu benar-benar terlihat muram dan juga penuh dengan kesedihan. Tentu saja, hal itu membuat Arka merasa heran, dia pun duduk tepat di samping Naila dengan perasaan yang campur aduk merasa ketakutan sebenarnya."Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa wajah Mommy terlihat sedih seperti itu?" tanya Arka kemudian."Pokoknya, Mommy tidak ingin kalau kamu sampai menyakiti perasaan Naila,'' ucap sang ibu penuh penekanan."Apa maksud Mommy? Saya benar-benar tidak mengerti, Mom.''"Mommy tidak ingin kamu sampai berpisah dengan Naila. Mommy tahu kalau dia adalah wanita yang baik, setelah mendengar perjuangannya selama hidup di kota demi membiayai keluarganya di kampung, itu artinya dia adalah wanita pekeja keras. Tante salut sama kamu Naila.''Arka akhirnya bisa bernapas lega. Akhirnya apa yang dia khawatirkan sama sekali tidak terjadi, awalnya dia berfikir bahwa Naila akan membongkar kebohongannya kepada
Arka menatap sang ayah dengan perasaan gugup. Bagaimana bisa dia menganalkan kedua orang tua Naila sementara dia sendiri tidak tahu siapa dan dimana orang tuanya saat ini. Dia pun mengepalkan kedua tangannya mencoba menyembunyikan rasa gugupnya saat ini."Arka? Kenapa kamu diam saja? Bisa 'kan Daddy berkenalan dengan orang tuan Naila?" tanya sang ayah membuat Arka seketika membuyarkan lamunan panjangnya."Hah? Eu ... bisa ko, Dad. Nanti saya coba bicarakan hal ini sama Naila, selama ini dia hanya tinggal sendiri di kota. Sementara orang tuanya ada di kampung, setahu saya seperti itu, Dad,'' jawab Arka mencoba bersikap biasa saja."Begitu? Hmm ... Sayang sekali, tapi tidak masalah Daddy bisa ko berjunjung ke rumahnya yang ada di kampung."'Astaga, Daddy benar-benar pantang menyerah,' (batin Arka.)"Itu bisa di atur, Dad," jawab Arka singkat."Baiklah, Daddy akan kembalikan semua barang-barang kamu, tapi ingat Daddy akan mengambilnya kembali jika sampai kamu membohongi Daddy bahkan, Dad
"Sebenarnya apa, Nai? Katakan saja jangan sungkan,'' tanya Nyonya Maurina menatap wajah Naila dengan tatapan sayu penuh kasih sayang.Naila diam seribu bahasa. Dia nampak berfikir keras tentang apa yang akan dia ucapkan kepada Nyonya Maurina. Apakah dirinya akan benar-benar membongkar rahasia Arka? Karena rasa sakit hatinya kepada laki-laki itu yang telah merenggut kesuciannya begitu saja."Naila?" "Hah? Eu ... Sebenarnya saya dan Arka hanya--''"Wah, mertua sama calon menantu akrab juga ternyata. Senang deh saya melihatnya.'' Arka datang tepat waktu, dia menyela ucapan Naila.'Untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, tamat sudah riwayat saya,' (batin Arka.)"Kamu? Ngagetin Mommy aja si." Nyonya Maurina seketika menoleh dan menatap wajah Arka merasa terkejut."Memangnya apa sih yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali." Arka duduk tepat di samping Naila kini dan tersenyum mesra kepadanya."Eu ... Nggak ko, kami hanya sedang ngobrol biasa saja, iya 'kan Tante?'' jawab Naila ter
Ceklek! Blug!Naila membuka pintu kamar lalu menutupnya kasar setelah dirinya keluar dari dalam kamar. Arka hanya bisa mengusap wajahnya kasar hatinya diliputi penyesalan. Berbagai pertanyaan pun memenuhi hatinya kini.Bagaimana bisa seorang wanita yang notabenenya bekerja sebagai seorang wanita penghibur di sebuah Klub malam masih dalam keadaan Vigin? Lebih parahnya lagi, dirinyalah yang merenggut kesucian wanita itu. Arka melakulan hal itu karena dia berfikir bahwa Naila sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang. Dia sama sekali tidak berniat untuk merenggut mahkota yang selama ini di jaga dengan sekuat tenaga oleh gadis bernama Naila."Sial, kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti itu? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa saya benar-benar harus menikahi dia? Ya Tuhan ..." gumam Arka kemudian.Dia pun bangkit lau turun dari atas ranjang. Dirinya meraih satu-persatu pakaian yang berserakan di atas lantai dan memakainya. Setelah itu Arka Wijaya Kusuma Hadin