Naila lagi-lagi merasa tersentuh. Laki-laki bernama Arka benar-benar telah memperlakukan dirinya seperti seorang Ratu. Sikap dan perlakuannya yang sangat istimewa sungguh membuat hati seorang Naila benar-benar merasa bahagia. Entah sadar atau tidak, perasaan Naila kepada Arka benar-benar semakin dalam, lebih dalam dari samudera bahkan lebih luas dari angkasa lepas."Kenapa bengong? Kamu mengerti 'kan apa yang baru saja saya katakan?" tanya Arka seketika membuyarkan lamunannya."Hah? Eu ... Tidak, ko Mas Arka. Aku hanya merasa kalau kamu terlalu berlebihan dalam memperlakukan aku. Jika boleh berkata jujur, selama ini tidak ada yang pernah memperlakukan aku seperti itu, aku di pandang sebagai perempuan nakal karena pekerjaan aku selama ini. Padahal, aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yang lebih apalagi sampai tidur dengan seorang laki-laki kecuali sama kamu, Mas,'' lirih Naila."Iya saya tahu, dan saya telah membuktikannya sendiri kalau kamu bukanlah wanita nakal. Itu sebabnya sa
"Kamu antar'kan saya ke mall. Saya mau membeli hadiah buat Mommy. Hari ini dia ulang tahun," ucap seorang laki-laki dewasa duduk di dalam mobil mewahnya. Matanya nampak menatap Antoni sang Assisten yang saat ini sedang menyetir mobil."Tapi, Tuan. Hari ini kita ada meeting penting, apa meeting-nya akan kita batalkan begitu saja?'' tanya Antoni tanpa menoleh, matanya nampak menatap lurus ke depan."Tidak ada yang lebih penting dari ulang tahun ibu saya. Pokoknya, kamu urus semua meeting hari ini. Bilang sama klien kita kalau mereka masih mau bekerja sama dengan perusahaan kita, mereka harus mengikuti semua yang saya perintahkan. Kalau saya mau meeting hari ini batal ya batal, gak ada kompromi," tegas Arka penuh penekanan."Baik, Tuan. Akan saya informasikan kepada mereka," jawab Antoni mengangguk patuh.Mobil pun melaju kencang di jalanan ibu kota, memecah jalanan yang saat ini tidak terlalu padat dengan kendaraan. Sampai akhirnya, mobil pun mulai melipir dan memasuki area parkiran mal
Arka tidak pergi ke ATM seperti yang dia janjikan kepada kasir di toko yang tadi dia kunjungi. Melainkan pulang ke rumahnya hendak menemui sang ayah. Dia yakin betul bahwa, hanya ayahnya yang akan berani memblokir semua kartu kredit miliknya karena hanya beliau yang mampu melakukan hal itu. "DADDY!" teriak Arka masuk ke dalam rumah. "Ada apa kamu teriak-teriak kayak gitu? Kayak orang kesurupan saja si," jawab sang ayah, berjalan menghampiri putra semata wayangnya. "Apa maksud Daddy memblokir semua kartu milikku? Apa Daddy tahu, saya benar-benar dipermalukan. Masa seorang Arka tidak bisa bayar uang sebesar 150.000.000,00? Saya benar-benar malu, Dad?'' teriak Arka penuh emosi. "Hahahaha ... Itu belum seberapa, Arka. Mana dompet kamu, kunci mobil juga ponsel kamu. Berikan sama Daddy sekarang juga," sang ayah tertawa renyah menatap tajam wajah sang putra.Arka tentu saja mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Belum cukup sang ayah memblokir semua kartun miliknya. Sekarang beliau pun
Arka berjalan tidak tentu arah. Dia sama sekali tidak tahu harus pergi kemana karena tidak punya tempat untuk bernaung kini. Seketika rasa menyesal pun menyelimuti hatinya. Arka benar-benar menyesal karena tidak memisahkan harta miliknya dengan milik sang ayah selama dia menjabat sebagai Presiden Direktur di perusahaan ayahnya tersebut. "Sial, kenapa saya bisa sebodoh ini? seharusnya saya punya tabungan sendiri dan kartu kredit sendiri yang tidak ada hubungannya dengan Daddy ataupun perusahaan,'' gumam Arka menghentikan langkah kakinya lalu duduk di halte bis sendirian. Ya ... Dia duduk sendirian dengan perasaan bingung juga hancur. Arka tidak tahu harus berbuat apa saat ini karena dia sama sekali tidak memegang uang sepeser pun. Tatapan mata laki-laki dewasa itu nampak menatap lurus ke depan, memperhatikan satu-persatu mobil yang saat ini melintas di jalan raya tepat di depan matanya. Seharusnya dia duduk di dalam mobil mewah bersama Antoni sang Assisten. Apakah masa jayanya sudah
Arka menghampiri wanita yang sama sekali tidak dia kenal itu. Penampilannya yang terlihat santai dengan pakaian seksi juga sebatang rokok yang terselip di sela jarinya membuat wanita itu benar-benar memperlihatkan bahwa dia bukanlah wanita biasa. Arka pun tersenyum sinis lalu duduk tepat di depan wanita itu."Siapa kamu? Berani sekali kamu membawa saya ke sini?'' tanya Arka menatap tajam wajahnya."Dih, dasar tidak sopan. Bukannya berterima kasih, malah marah-marah. Kamu itu seharusnya bersyukur karena aku sudah membawa kamu ke sini. Kalau tidak, kamu sudah tidur di jalanan semalam, ingat ini semua tidak gratis ya. Kamu harus membayar mahal atas jasaku juga biaya menginap di rumah ini,'' ucap sang wanita yang sama sekali belum diketahui namanya itu."Hahahaha! Kamu gila apa? Masa cuma menginap di rumah kecil seperti ini harus bayar segala sih? Memangnya ini hotel? Lagipula, siapa yang menyuruh kamu bawa saya ke sini?" Arka menertawakan."Enak saja kamu kalau ngomong. Eh ... Dengarkan
"Kamu tenang saja, aku bukan wanita yang suka banyak bicara. Asal mulut aku ini dibungkam dengan uang yang sangat banyak, aku janji tidak akan membongkar rahasia kita ini,'' ucap Naila seraya duduk bersilang kaki membuat Arka seketika merasa kesal."Hey ... Kalau duduk itu yang sopan ya. Kamu itu harus terlihat seperti seorang wanita berkelas. Tutur bicara kamu, cara berpakaian kamu juga sopan santun kamu itu harus diperbaiki," ketus Arka menatap wajah Naila dengan tatapan tidak suka."Heuh! Pura-pura jadi orang kaya itu banyak aturannya juga ya. Segala macam di atur, cara bicara juga harus di perbaiki segala. Tidak bisa apa kalau aku jadi diri aku sendiri?""Tidak bisa dong. Kamu lupa saya ini siapa? Saya adalah Arka Wijaya Kusuma Hadiningrat, saya laki-laki yang disegani di kota ini juga salah satu pengusaha kaya raya, masa pacar saya tidak punya etika dan tata krama? Tidak lucu 'kan?" "Hmm ... Iya-iya, baik Tuan Arka yang terhormat, terserah anda saja maunya seperti apa. Asal aku
Nyonya Maurina seketika bangkit saat mendengar Bi Sumi mengatakan bahwa putra kesayangannya telah pulang bersama seorang perempuan. Kedua matanya pun terlihat berkaca-kaca merasa tidak percaya. Nyonya Maurina menatap wajah Bi Sumi wanita yang telah bekerja lebih dari 10 tahun di rumahnya itu dengan tatapan sayu berharap bahwa dia sama sekali tidak salah mendengar."Bibi tidak bercanda 'kan? Arka putra saya pulang bersama seorang perempuan?" tanyanya kemudian."Betul, Nyonya. Tuan muda ada di bawah sekarang," jawab Bibi tersenyum ramah."Astaga putraku, Arka! Akhirnya kamu pulang juga, Nak." Nyonya Maurina pun seketika turun dari atas ranjang dan berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari dalam kamar dan di susul oleh Tuan Wijaya kemudian.***Sementara itu, Naila nampak menatap sekeliling rumah besar dan mewah milik Arka dengan tatapan berbinar. Bibirnya pun nampak di buka lebar benar-benar merasa kagum dengan kemewahan yang terlihat begitu nyata di depan kedua matanya kini. Arka yang m
Arka merasa terkejut saat mendengar apa yang baru saja ditanyakan oleh Tuan wijaya sang ayah begitupun dengan Naila. Mereka berdua saling menatap satu sama lain seolah sedang bertanya lewat tatapan mata. Arka bahkan mengedipkan satu matanya memberi isyarat kepada Naila."Saya mencintai Arka, Om. Dia adalah laki-laki baik yang mampu membuat hati saya luluh, ya meskipun Arka memiliki sifat sombong dan keras kepala, tapi saya tidak mempermasalahkan hal itu. Yang terpenting, dia mencintai saya begitupun sebaiknya dan kami bisa menerima kekurangan masing-masing," lembut Naila, layaknya seorang artis yang sedang berakting terlihat begitu meyakinkan."Kalian tidak sedang membohongi saya 'kan?" tanya Tuan Wijaya, menatap wajah Naila dan juga sang putra secara bergantian."Tentu saja tidak, Dad. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama sama Naila. Dia adalah wanita spesial yang selama ini saya cari. Saya juga sangat mencintai dia," jawab Adrian meyakinkan sang ayah."Hmm ... Daddy masih meraguk
Naila lagi-lagi merasa tersentuh. Laki-laki bernama Arka benar-benar telah memperlakukan dirinya seperti seorang Ratu. Sikap dan perlakuannya yang sangat istimewa sungguh membuat hati seorang Naila benar-benar merasa bahagia. Entah sadar atau tidak, perasaan Naila kepada Arka benar-benar semakin dalam, lebih dalam dari samudera bahkan lebih luas dari angkasa lepas."Kenapa bengong? Kamu mengerti 'kan apa yang baru saja saya katakan?" tanya Arka seketika membuyarkan lamunannya."Hah? Eu ... Tidak, ko Mas Arka. Aku hanya merasa kalau kamu terlalu berlebihan dalam memperlakukan aku. Jika boleh berkata jujur, selama ini tidak ada yang pernah memperlakukan aku seperti itu, aku di pandang sebagai perempuan nakal karena pekerjaan aku selama ini. Padahal, aku sama sekali tidak pernah melakukan hal yang lebih apalagi sampai tidur dengan seorang laki-laki kecuali sama kamu, Mas,'' lirih Naila."Iya saya tahu, dan saya telah membuktikannya sendiri kalau kamu bukanlah wanita nakal. Itu sebabnya sa
Naila pun memeluk erat tubuh Arka seperti yang dipintakan oleh laki-laki itu. Laki-laki yang semula hanya menjadi kekasih bohongan saja. Namun, berakhir sebagai kekasih sungguhan dan dia pun benar-benar telah jatuh cinta kepada laki-laki itu."Benar 'kan, rasa sakit saya langsung hilang. Kamu benar-benar wanita yang luar biasa, Nai. Kamu bukan hanya penyelamat hidup saya, tapi cinta kamu juga mampu mengobati rasa sakit di tubuh saya ini," lirih Arka seketika membuyarkan lamunan Naila."Sudah, jangan menggombal terus, Mas Arka. Aku bisa terbang nanti," jawab Naila benar-benar merasa terbang ke angkasa mendengar semua pujian yang dilontarkan oleh Arka."Hahahaha! Mana mungkin kamu terbang, memangnya kamu punya sayap? Atau, jangan-jangan kamu sebenarnya bidadari yang menyamar manjadi wanita cantik? Itu sebabnya kamu bisa terbang?" Arka semakin menjadi-jadi."Mas Arka ngaco. Mana ada yang seperti itu di dunia ini.""Tentu saja ada, sayang. Bidadari itu adalah kamu, cinta yang membara di ha
Arka seketika merasa terkejut saat Naila tiba-tiba saja kembali masuk ke dalam mobil. Wajah gadis itu nampak pucat pasi juga menangis sesenggukan membuat Arka merasa bingung. Dia pun menatap wajah gadis itu dengan tatapan sayu penuh kasih sayang."Kamu kenapa, sayang?" tanya Arka kemudian.Trok ... Trok ... Trok ....Pintu mobil pun tiba-tiba saja di ketuk kasar. Seorang laki-laki dewasa berdiri tepat di luar mobil kini. Wajah laki-laki tersebut nampak terlihat geram juga berkali-kali mengetuk kaca mobil."Hey! Naila, perempuan murahan. Keluar kamu!" teriaknya di luar sana."Dia siapa, Nai?""Dia itu--" Naila tidak kuasa meneruskan ucapannya."Apa dia laki-laki yang pernah kamu temui di Klub malam?''Naila mengangguk samar. Dia pun menundukkan kepalanya merasa bersalah karena Arka harus bertemu dengan laki-laki yang pernah dia temani untuk bersenang-senang di Klub malam. Sungguh, hati Naila benar-benar merasa malu sebenarnya.Ceklek! Blug!Arka seketika membuka pintu mobil lalu kelua
Arka menunduk sedih, di kala dirinya sedang dalam keadaan mengendarai mobilnya kini. Mengingat masa lalu membuat luka yang selama ini sudah dia kubur dalam-dalam perlahan mulai kembali naik ke permukaan. Rasa sakitnya dikhianati pun kembali dia rasakan."Kamu baik-baik saja, Mas Arka?" tanya Naila, seketika membuyarkan lamunannya."Hah? Eu ... Saya baik-baik saja ko, Nai,'' jawab Arka kembali mengangkat kepalanya dan pokus menatap ke depan."Maaf jika pertanyaan aku membuat kamu merasa tersinggung, aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu, sungguh.""Hahaha! Saya benar-benar baik-baik saja ko. O iya, sekarang giliran saya yang akan mengatakan sesuatu sama kamu, Naila.""O iya aku sampai lupa, Mas Arka mau bicara apa tadi?""Daddy ingin ketemu dengon orang tua kamu.""Hah?""Serius, Daddy bilang ini sebagai bukti keseriusan hubungan kita.""Terus, kamu bilang apa sama Om Daddy kamu.''"Wijaya Kusuma nama ayah saya.'' Arka terkekeh merasa lucu."Iya, itu maksudku. Kamu jawab apa sama
"Kamu serius dengan apa yang baru saja kamu katakan ini? Kamu benar-benar pandai berakting, Tuan Arka,'' tanya Naila tersenyum menertawakan."Apa ucapan saya terdengar seperti sedang bercanda?" Arka menatap wajah Naila dengan tatapan tajam."Apa ini sebagai bentuk pertanggung jawaban kamu karena telah merenggut kesucian aku?""Anggap saja begitu.""Apa kamu mau kita menikah tanpa rasa cinta?""Apa kamu yakin kalau kamu tidak akan jatuh cinta kepada saya? Kamu tidak lihat, saya ini laki-laki sempurna. Tampan, matang, mapan dan saya juga tidak yakin kalau kamu tidak berdebar saat kamu berdekatan dengan saya seperti ini.'' Arka merentangkan kedua tangannya seraya berputar penuh percaya diri, lengkap dengan senyuman lebar."Dih, anda benar-benar percaya diri, Tuan Arka yang terhormat.""Hus, jangan panggil saya dengan sebutan Tuan Arka lagi. Panggil saya dengan panggilan Mas Arka mulai sekarang. Nai, cinta bisa datang belakangan. Seperti kata pepatah, cinta bisa datang seiringan dengan wa
"Mommy kenapa?'' tanya Arka.Perasaannya tiba-tiba saja merasa tidak enak. Raut wajah sang ibu benar-benar terlihat muram dan juga penuh dengan kesedihan. Tentu saja, hal itu membuat Arka merasa heran, dia pun duduk tepat di samping Naila dengan perasaan yang campur aduk merasa ketakutan sebenarnya."Kalian sedang membicarakan apa? Kenapa wajah Mommy terlihat sedih seperti itu?" tanya Arka kemudian."Pokoknya, Mommy tidak ingin kalau kamu sampai menyakiti perasaan Naila,'' ucap sang ibu penuh penekanan."Apa maksud Mommy? Saya benar-benar tidak mengerti, Mom.''"Mommy tidak ingin kamu sampai berpisah dengan Naila. Mommy tahu kalau dia adalah wanita yang baik, setelah mendengar perjuangannya selama hidup di kota demi membiayai keluarganya di kampung, itu artinya dia adalah wanita pekeja keras. Tante salut sama kamu Naila.''Arka akhirnya bisa bernapas lega. Akhirnya apa yang dia khawatirkan sama sekali tidak terjadi, awalnya dia berfikir bahwa Naila akan membongkar kebohongannya kepada
Arka menatap sang ayah dengan perasaan gugup. Bagaimana bisa dia menganalkan kedua orang tua Naila sementara dia sendiri tidak tahu siapa dan dimana orang tuanya saat ini. Dia pun mengepalkan kedua tangannya mencoba menyembunyikan rasa gugupnya saat ini."Arka? Kenapa kamu diam saja? Bisa 'kan Daddy berkenalan dengan orang tuan Naila?" tanya sang ayah membuat Arka seketika membuyarkan lamunan panjangnya."Hah? Eu ... bisa ko, Dad. Nanti saya coba bicarakan hal ini sama Naila, selama ini dia hanya tinggal sendiri di kota. Sementara orang tuanya ada di kampung, setahu saya seperti itu, Dad,'' jawab Arka mencoba bersikap biasa saja."Begitu? Hmm ... Sayang sekali, tapi tidak masalah Daddy bisa ko berjunjung ke rumahnya yang ada di kampung."'Astaga, Daddy benar-benar pantang menyerah,' (batin Arka.)"Itu bisa di atur, Dad," jawab Arka singkat."Baiklah, Daddy akan kembalikan semua barang-barang kamu, tapi ingat Daddy akan mengambilnya kembali jika sampai kamu membohongi Daddy bahkan, Dad
"Sebenarnya apa, Nai? Katakan saja jangan sungkan,'' tanya Nyonya Maurina menatap wajah Naila dengan tatapan sayu penuh kasih sayang.Naila diam seribu bahasa. Dia nampak berfikir keras tentang apa yang akan dia ucapkan kepada Nyonya Maurina. Apakah dirinya akan benar-benar membongkar rahasia Arka? Karena rasa sakit hatinya kepada laki-laki itu yang telah merenggut kesuciannya begitu saja."Naila?" "Hah? Eu ... Sebenarnya saya dan Arka hanya--''"Wah, mertua sama calon menantu akrab juga ternyata. Senang deh saya melihatnya.'' Arka datang tepat waktu, dia menyela ucapan Naila.'Untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, tamat sudah riwayat saya,' (batin Arka.)"Kamu? Ngagetin Mommy aja si." Nyonya Maurina seketika menoleh dan menatap wajah Arka merasa terkejut."Memangnya apa sih yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali." Arka duduk tepat di samping Naila kini dan tersenyum mesra kepadanya."Eu ... Nggak ko, kami hanya sedang ngobrol biasa saja, iya 'kan Tante?'' jawab Naila ter
Ceklek! Blug!Naila membuka pintu kamar lalu menutupnya kasar setelah dirinya keluar dari dalam kamar. Arka hanya bisa mengusap wajahnya kasar hatinya diliputi penyesalan. Berbagai pertanyaan pun memenuhi hatinya kini.Bagaimana bisa seorang wanita yang notabenenya bekerja sebagai seorang wanita penghibur di sebuah Klub malam masih dalam keadaan Vigin? Lebih parahnya lagi, dirinyalah yang merenggut kesucian wanita itu. Arka melakulan hal itu karena dia berfikir bahwa Naila sudah terbiasa melayani seorang laki-laki di atas ranjang. Dia sama sekali tidak berniat untuk merenggut mahkota yang selama ini di jaga dengan sekuat tenaga oleh gadis bernama Naila."Sial, kenapa saya bisa melakukan hal bodoh seperti itu? Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa saya benar-benar harus menikahi dia? Ya Tuhan ..." gumam Arka kemudian.Dia pun bangkit lau turun dari atas ranjang. Dirinya meraih satu-persatu pakaian yang berserakan di atas lantai dan memakainya. Setelah itu Arka Wijaya Kusuma Hadin