Niko masuk ke kamar perawatan kakaknya. Melihat kakaknya duduk bersandar terpaku tak bergerak. Niko menghampiri nyonya Greta.Dia meletakkan buah-buahan dan beberapa makanan ringan di atas meja."Bagaimana keadaanmu kak?"Nyonya Greta menggeleng, dia masih lemah. Dan belum bisa menjawab pertanyaan adiknya. "Aku bawakan makanan, kakak makan dulu."Niko mengambil tempat makan yang dibawanya dari rumah. Tadi dia sempat meminta mbok Rumi menyiapkan makanan sehat untuk kakaknya. Lalu dengan penuh perhatian, Niko menyuapkannya perlahan pada kakaknya. "Makanannya dihabiskan ya kak. Setelah itu kakak minum obat agar bisa cepat sembuh."Nyonya Greta mengangguk sambil terus berusaha mengunyah makanannya perlahan hingga habis.Dengan telaten Niko mengurus kakaknya, setelah nyonya Greta meminum obat yang diberikan oleh dokter, akhirnya dia tertidur. Hingga malam tiba pun Bram tak menampakan batang hidungnya lagi di rumah sakit. Niko mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Hani. Dia in
Niko mengemudikan mobilnya kembali ke rumah sakit. Banyak pertanyaan yang masuk ke dalam pikirannya. Jadi ini dia alasan mereka masuk ke dalam rumah kakaknya. Tentang penyakit kakaknya, Niko yakin ada sesuatu yang terjadi atas ulah mereka. Tidak mungkin kakaknya yang sehat bisa terganggu seluruh sarafnya.Tidak, dalam pikiran Niko di tak akan membiarkan orang ain untuk menjatuhkan keluarganya. Bagaimana pun Niko harus melakukan sesuatu dengan cepat. Agar kakaknya bisa kembali pada posisinya semula. Tak mudah untuk mendapatkan pencapaian yang ada di dalam genggaman kakaknya. Tapi pria yang bernama Bram itu dengan mudahnya masuk dan menyingkirkan kakaknya. Tidak kau salah Bram.Wajah pucat nyonya Greta masih terlihat. Walau pun dia tersenyum ke arah adiknya yang masuk di dalam ruangan itu. Tapi sedetik kemudian, senyum itu berubah menjadi sejuta tanda tanya. Nyonya Greta sangat tahu sifat adiknya, pasti sudah terjadi sesuatu hingga wajah adiknya tegang seperti itu."Ada apa Niko. K
Dina menelpon Niko mengadukan sikap Bram pada dirinya.Sambil menangis dia menceritakan semuanya pada Niko. Pembicaraannya sengaja Niko buat speakernya terdengar oleh nyonya Greta."Sayang, apa kabar?"Bram masuk ke kamar perawatan milik istrinya.Nyonya Greta memilih diam, dan menutup matanya. Dia tak memiliki tenaga lebih untuk melampiaskan kemarahannya. Dia tak menyangka suaminya sudah mulai mempermainkannya, kartu kredit yang sudah dia ambil, suaminya tanpa ijin menggunakannya. Membuat tagihan kartu kredit semakin bertumpuk. Tunggu sampai keadaanya pulih baru nyonya Greta memberi tindakan.Walau pun nyonya Greta kaya raya, selama hidupnya dia tak pernah menggunakan kartu kredit untuk berfoya-foya seperti itu. Niko memilih meninggalkan mereka berdua di sana.Membuka pintu mobil dan melanjutkan kembali keinginannya pulang ke rumah. Hani membuka pintu rumah mewah majikannya. Wajah Niko kelihatan kusut dan terlihat lelah. Sengaja dia pulang, agar membiarkan Bram yang akan menjaga kak
"Ada apa kamu datang kemari?""Aku hanya penasaran saja, bagaimana seorang supir truk seperti kamu menjalankan bisnis kakakku. Perusahaan besar dan ternama, namun sayang jatuh ke tangan pria yang tak berpendidikkan, apa lagi yang tak mengetahui tentang dunia bisnis," ucap Niko denagn santai."Berani sekali kamu berbicara seperti itu. Akan aku pastikan kamu akan diusir oleh kakakmu dari rumahku!" Gertak Bram tak terima.Niko tersenyum sinis."Apa kau pikir kakakku akan melakukannya, demi kamu? Jangan bermimpi kau, Bram. Aku yakin suatu saat kau akan menerima ganjaranmu nanti.""Apa pun yang kamu lakukan di ruangan kakakku, aku menginginkan tanggung jawabmu. Pastikan perusahaan kakakku berjalan dengan lancar. Jangan ada kesalahan sedikit pun yang kau buat. Sedikit saja kesalahan yang kau buat dan membuat perusahann kakakku di ambang kebangkrutan, aku akan membuat perhitungan denganmu!" Kata Niko dengan tegas. Memberi peringatan pada suami kakaknya ini.Niko berbalik lalu keluar dari rua
"Tidak, kenapa bisa jadi begini?"Bram melempar semua barang-barang di dalam kamarnya. Membanting semua pintu dan barang apa saja di sana.Satu jam dia berada di dalam kamar. Menumpahkan semua kemarahan yang ada di dadanya. Pertama kali masuk di dunia bisnis, rencanaya digagalkan seseorang. Tak seperti apa yang ada dalam pikirannya."Mbok Rumi," panggil Bram dengan kasar."Iya tuan.""Suruh Hani membersihkan kamarku!"Perintahnya dengan suara yang keras. Lalu pergi meninggalkan kediaman mewah istrinya itu dengan mobil."Baik tuan."Hani yang mendengar suara Bram menyuruh mbok Rumi dengan kasar, langsung naik ke lantai atas. Dia langsung mengerti, tanpa mbok Rumi berbicara padanya. Kamar nyonya Greta terlihat sangat berantakkan. Dengan hati-hati Hani memungut pecahan kaca yang berserakan. Vas bunga dan cermin di meja rias tak luput dari amukan Bram.Dalam hati Hani berpikir, kenapa Bram melakukan ini. Baru saja menjadi suami majikan, sudah begini tingkahnya. Apa lagi sekarang nyonya Gre
Tidak semudah itu Bram. Apa yang kau pikirkan. Kenyataannya saat ini Bram mendekati sekertarisnya, untuk bisa mengobrak-abrik isi kekayaan perusahaan istrinya. Hani tak percaya dengan apa yang di dengar olehnya.Tak percaya, bagaimana otak pria yang pernah menjadi suaminya itu berputar. Hani berpikir, jika Bram adalah pria polos dari kampung dengan pendidikan tamat sekolah menengah atas saja.Namun sekarang hati dan pikirannya telah dibutakan oleh harta kekayaan.Bram tak bisa mensyukuri keberuntungan yang telah diperoleh dari istri kaya nya. Sekarang dia ingin menguasai semuanya. Dengan menyingkirkan istrinya karena sakit. Dan dia menggunakan kesempatan yang ada.Dengan mendekati sekertarisnya dia merasa menjadi kuat. Pendidikan sekertarisnya bisa diandalkan. Semuanya tinggal perintah darinya, sekertarisnya melakuakn semua keinginannaya."Sebelum Bram melakukan sesuatu yang buruk dengan perusahaan nyonya Greta, tolong tuan Niko lakukan sesuatu."Ya, sekali pun nyonya Greta adalah wani
"Sa--yang."Hani melihat wajah nyonya Greta yang sudah merah padam menahan amarah. Sambil memegang wajahnya. Nyonya Greta membiarkan Niko, menonjok wajah suaminya itu."Sayang, aku bisa menjelaskan semuanya.""Diam kamu, mas!""Sayang, kamulah satu-satunya di dalam hatiku. Bisa aku jelaskan semuanya padamu."Wajah Bram terlihat sangat ketakutan. Mungkin saja dia takut, apa yang dibicarakan olehnya dan seseorang tadi didengar oleh istrinya."Dari mana saja kamu mas?" Cecar nyonya Greta, menahan emosinya.Bram menghela napas panjang. Ternyata apa yang dia takutkan tak terjadi. Dia berpikir istrinya telah mendengar perbincangannya tadi dengan Naya. Pertanyaan nyonya Greta barusan membuat hatinya lega. Tapi apa alasan Niko memukul dirinya."Jawab mas!" Suara nyonya Greta meninggi. Sepertinya dia sudah tak tahan dengan sikap dan kelakuan suaminya itu."Sayang, aku baru pulang dari perusahaan kita. Melihat perkembangan perusahaan, karena selama ini kamu kan sedang sakit. Jadi aku berniat
"Apa yang kamu lakukan?" Geram Bram tak suka."Aku melakukan apa yang aku inginkan. Tak ada urusannya denganmu. Sebenarnya aku yang harus bertanya, apa yang kalian lakukan di sini. Masih sepagi ini, dan kalian sudah mulai bermain," jawab Niko santai."Apa maksud kamu Bram. Kami di sini ingin bertemu klien baru kami," tukas Bram membela dirinya, diikuti anggukan tanda setuju dari Naya."Aku tak perduli, bagiku mendapatkan satu bukti sudah lebih dari cukup.""Kau jangan coba macam-macam denganku!" Tantang Bram penuh emosi."Aku ingin melihat sejauh mana keberanian kamu," cibir Niko menegaskan.Membuat wajah Bram memerah menahan amarah.Sedang Niko tersenyum puas, berhasil memprovokasi Bram.Dia pun berlalu pergi. Melihat tingkah Bram membuat dia semakin emosi. Yang terpenting sekarang adalah selalu bersama kakaknya dan memberikan perawatan terbaik, agar bisa cepat sembuh dan mulai berkativitas lagi Saat masuk ke dalam mobil, ponsel Niko ternyata ketinggalan.Ada enam panggilan tak terja
Niko mendekati mbok Rumi, menantikan jawaban pasti darinya. Sesuatu yang sangat berharga milik kakaknya sudah dibongkar."Katakan padaku mbok, apa yang hilang," pinta Niko menekankan.Mbok Rumi semakin ketakutan, saat ibu Siti dan Nita juga turut masuk ke dalam kamar majikannya."Kalian sedang ingin tahu tentang apa? Bertanyalah padaku atau Nita. Kami bisa menjawabnya."Tiba-tiba ibu Siti bersuara, dan masuk ke kamar.Niko mendekati kedua wanita ular itu, lalu menatap wajah mereka satu per satu dengan tatapan tak suka."Jelaskan padaku, kemana semua barang-barang milik kakakku!" Cecar Niko pada ibu Siti."Kalau semua barang-barang milik Greta hilang bukan salah kami, dong. Kamu sebagai adiknya yang harusnya bertanggung jawab."Jawab ibu Siti dengan enteng."Maksud kamu apa?""Semua barang-barang milik Greta sudah dijual.""Semuanya salah kamu nak Niko, semua aset dan kekayaan milik menantuku kamu ambil alih, hanya tersisa perusahaan yang keuntungannya per tahun tak seberapa. Jadi wajar
"Nak Hani," panggil ibu Siti.Hani menoleh ke arah suara, dan memandang tajam ke arah ibu Siti. Wajah ibu Siti menampakan senyum terbaiknya. Membuat hati Hani sedikit lega. Pastinya ibu Siti tak mendengarkan perbincangan mereka barusan."Ayo kita makan siang nak, mbok Rumi sudah menyiapkan hidangan spesial untuk menyambut kedatangan kalian di rumah ini."Ibu Siti mengajak Hani dengan nada yang begitu lembut, seakan tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Melihat tindakan ibu Siti yang tak biasa seperti ini, Hani sudah bisa menebak. Sepertinya ada sesuatu yang diinginkan oleh Ibu Siti yang mulai baik padanya. Dengan telaten ibu Siti menyendukkan nasi ke piring milik Hani. Hanya pada piring Hani, dia tak perduli dengan wajah cemberut Nita. Bram malah tersenyum melihat kelembutan ibunya."Makan yang banyak ya nak Hani, masakan mbok Rumi sangat enak lho," ucap ibu Siti.Seolah Hani tak tahu itu.Hani memutar bola matanya, rasanya malas sekali mendengar wanita penjahat ini tiba-tib
"Di mana kak Greta?Mata Niko memandang sekeliling ruangan itu, tapi kakaknya tak ada.Niko segera berdiri lalu berniat mencari keberadaan kakaknya."Niko, tunggu!"Suara Bram menghentikan langkah Niko. Tapi tak diindahkan olehnya. Niko melangkahkan kakinya menuju lantai atas, di mana kamar kakaknya.Wajah ibu Siti dan Nita berubah memucat. Mereka saling berpegangan tangan. Mungkin mereka sedang melakukan sebuah kesalahan, hingga wajah mereka ketakutan seperti itu. Apa lagi Bram tak kalah paniknya.Saat sudah tiba di depan pintu kamarnya, Niko tampak ragu membuka pintu kamar milik kakaknya itu. Belum juga di meraih handle pintu, seorang wanita dengan riasan berantakan, dan rambut kusut keluar dari kamar itu."Hei, siapa kamu?"Bentak Niko pada wanita itu, sehingga dia menjadi kaget setengah mati.Sedetik kemudian dia memandang wajah Niko, lalu mendekatinya."Tanyakan saja pada pria yang sudah membayar jasa saya semalam."Jawab wanita itu ketus, tak perduli lalu pergi tak menghiraukan
Semua yang berada di dalam ruangan saling bergantian memberikan selamat pada Hani dan Niko. Bapak terlihat meneteskan air mata, saat melihat Hani. Begitu pun dengan ibu, tak berhenti mengucapkan doa agar Hani dan Niko merasa bahagia.Keputusan telah dibuat, satu bulan lagi mereka akan menikah. "Bapak dan ibu tenang saja. Semua urusan pernikahan, aku yang akan siapkan."Ucap Niko pada kedua calon mertuanya."Terima kasih nak, bapak dan ibu mempercayakan semuanya pada nak Niko."Jawab Bapak.Dia merasa tenang, sepertinya Niko adalah pria yang baik. Apa pun yang menjadi keputusan Hani adalah yang terbaik bagi dirinya. Ibu memeluk Hani, merasa terharu. Hani sudah mendapatkan kepahitan di masa lalunya.Dia berhak menemukan kebahagiaannya saat ini. Dan Niko adalah pria yang tepat baginya. Ponsel Niko berdering, layar ponselnya menyala. Sepertinya panggilan dari nomor telpon rumah nyonya Greta kakaknya."Halo, tuan Niko."Suara mbok Rumi terdengar pelan sekali."Mbok Rumi ada apa menelpon?
Hani pulang dengan rasa bahagia. Momen terindah yang tak dapat dilupakan olehnya. Niko benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Tak ada alasan bagi Hani untuk menolak dirinya.Bahkan Hani tak bisa memejamkan mata, mengingat setiap kata yang diucapkan oleh Niko tadi saat melamar dirinya. Ini bukan mimpi, dan inilah kenyataannya. Hani memandang tangannya, yang saat ini cincin berlian bertahta indah melingkar di jarinya.Entah apa yang dipikirkan oleh Niko. Kenapa permintaannya terlalu mendadak seperti ini. Sudahlah, Hani tak ingin banyak berpikir, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.Sinar matahari pagi menerobos kaca jendela kamar Hani. Bunyi ponselnya yang berisik membangunkannya. Tangan Hani meraih ponsel di atas nakas, lalu menggeser layarnya."Halo sayang," sapa Niko terdengar sangat gembira dari seberang."Apa kamu sudah bangun? Cepatlah bersiap, aku akan mengajak kamu ke suatu tempat." Hani mengernyitkan dahinya."Mau ke mana?""Sudah jangan banyak bertanya, ha
Tepat pukul 19.00 mobil Niko sudah masuk ke halaman rumah Hani. "Hani, nak Niko sudah datang, cepatlah keluar."Pinta ibu sambil mengetuk pintu kamar Hani berulang kali.CeklekPintu kamar Hani terbuka.Melihat Hani keluar dari kamar membuat bapak dan ibu takjub.Hani mengenakan gaun berwarna hitam panjang, dengan belahan samping hingga sampai di paha. Memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus. Gaun yang sangat pas di tubuh ramping miliknya. Polesan make up yang sedikit berbeda malam ini membuat penampilannya semakin memukau."Cantik sekali putri ibu," ucap ibu memuji putrinya."Bapak mengira kamu ini bidadari nak. Kamu cantik sekali." Bapak juga tak ingin kalah, memuji penampilan putrinya."Jika Niko melihat kamu, bapak yakin dia tak akan mengantarkan kamu pulang nak. Bisa gawat ini."Ucap bapak berkelakar.Membuat ibu dan Hani tertawa."Sudah pak, cukup guyonannya. Kasihan nak Niko kalau menunggu terlalu lama di luar." Ucap ibu meminta berhenti.Bapak dan ibu mengantar Hani keluar
Hani mengajak Niko naik ke panggung. Niko sangat tak menginginkan situasi seperti ini. Sementara Ayunda tersenyum penuh kemenangan. Karena bujukkannya pada Hani berhasil.Hani berniat mendekati Ayunda, agar tak ada jarak di antara mereka. Tiba-tiba Hans mengikuti langkah Niko. Lalu berbisik pada Niko, membuat Niko bernapas lega. Hans pun menganggukkan kepala ke arah Hani."Terima kasih Hani, kamu sudah mewujudkan keinginanku malam ini," ucap Ayunda tersenyum."Siapa bilang aku mengijinkan kamu untuk bertunangan dengan Niko?"Pertanyaan Hani sontak membuat Ayunda terperangah kaget.Seorang pria berbadan kurus dan tinggi berpakaian jas berwarna hitam masuk ke dalam ruangan. Hani tersenyum ke arah pria itu."Harusnya aku yang akan memberikan kejutan untuk kamu Ayunda."Ucap Hani tenang, melihat wajah Ayunda memerah menahan amarah saat pria itu sudah berdiri di sampingnya."Ayunda, aku bawakan kejutan untuk kamu."Pria berjas hitam itu menyerahkan sebuah amplop pada Ayunda.Segera Ayund
"Hentikan!"Niko berteriak emosi.Melihat Ayunda begitu lihai membujuk Hani agar mau mengikuti keinginannya.Niko mendekati mereka, lalu memegang pergelangan tangan Hani. Kemudian mengajak Hani pergi dari sana."Niko!"Teriak Ayunda. Niko enggan untuk sekedar berbalik untuk melihatnya. Langkahnya semakin panjang, mengajak Hani pergi dari sana lalu masuk ke dalam mobil.Lalu memerintahkan Hans untuk melajukan mobilnya. Niko meminta Hans untuk membawa mereka kembali ke hotel.***"Hani, kamu kemana saja, sejak semalam kamu pergi dan tak memberi kabar. Apa kamu tahu aku sangat mencemaskan kamu?"Tanya Niko, yang sudah duduk berdampingan dengan Hani di sofa ruangan tengah.Hani menatap manik mata elang Niko dalam.Niko mengambil tangan Hani dan menggenggamnya. Sungguh dia sangat khawatir, karena Niko sangat tahu sifat Ayunda yang sangat ekstrim. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginanya. Bahkan kalau bisa dia mengingankan mencelakakan seseorang pasti akan dia lakukan.Hani
Ayunda wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model yang cukup terkenal. Pertemuannya dengan Niko saat acara peresmian perusahaan baru ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan Niko. Keduanya lalu bertukar nomor. Dan Niko berpikir itu hanya sebatas urusan bisnis saja.Saat Ayunda menghubungi Niko, dan memintanya bertemu Niko, pikir Ayunda sudah menjadi bagian dari perusahaan ayahnya. Yang mau belajar tentang bisnis dan berbagi ilmu, itu saja.Semakin hari kedekatan Ayunda dengannya semakin membuat risih. Niko yang saat itu pikirannya sedang terbagi, antara pekerjaan dan mencari keberadaan Hani. Sikap cuek dan dingin dari Niko malah membuat Ayunda tertantang.Setiap hari Ayunda selalu memiliki alasan agar bisa bertemu Niko. Meminta Niko melakukan ini dan itu untuknya. Niko tak ingin kehidupannya terganggu oleh Ayunda berulang kali menolak Ayunda. Penolakan Niko membuat Ayunda tak pernah patah semangat."Semua pria bertekuk lutut, untuk bisa tiba di atas ranjang bersamaku. Kini