Setelah beberapa saat Hani tersadar, dia sudah melebihi batas."Maafkan saya tuan, saya terlalu bahagia," ucap Hani sambil mengurai pelukkannya.Niko terdiam tak bisa menjawab, dia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Kalau dia juga menikmati pelukkan Hani."Sudah ayo kita menghabiskan camilan ini baru kita pulang," ucap Niko.Hani menurut dan mulai meminum minunan segar yang sudah dipesan oleh Niko. Terasa sangat meyegarkan sekali di tenggorokkannya yang kering.Setelah selesai Niko mengajak Hani untuk pulang ke rumah. Sudah tak lagi ada kemarahan yang ditunjukkan oleh Niko. Membuat Hani merasa lega. Ada penyesalan dalam diri Hani, jika saja dia jujur dari awal mungkin Niko tak akan semarah ini padanya. Tapi sudahlah, semua masalahnya saat ini sudah selesai.Baginya asal Niko sudah percaya padanya, suatu saat jika terjadi sesuatu Hani bisa mempertanggung jawabkan perbuatamnya, tanpa merasa takut lagi. Senyum mengembang di bibirnya. Membuat Niko yang tanpa sengaja menatap wajah Hani
Niko merasa jengkel dengan keinginan tak masuk akal ibu Siti. Dia memilih keluar dari rumah, dan menunggu Hani di depan. Saat Hani mendekatinya, dan membawa alat penyadap yang dimaksud olehnya."Terima kasih Hani."Niko lalu pamit bekerja. Menyalakan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan Hani di pelataran parkir."Apa yang sedang kamu rencanakan bersama nak Niko?"Ibu Siti menarik lengan Hani dengan kasar masuk ke dalam rumah. Dia sempat melihat Hani dan Niko mengobrol di dekat mobil tadi.Hani enggan menjawab pertanyaan ibu Siti. Baginya sudah tak penting apa yang mereka perbuat padanya lagi. Dan Hani masih menaruh curiga pada ibu Siti dan Nita atas kecelakaan yang dia alami beberapa malam yang lalu."Sudah berani kamu yah, kamu sudah sombong mentang-mentang nak Niko sering berbicara ada kamu.""Asal kamu tahu yah, kamu itu harus sadar diri. Kamu itu siapa nak Niko itu siapa. Kamu hanyalah wanita dari kampung, kotor dan dekil. Tak pantas sedikit pun walau berdiri bersama nak Niko" Be
Niko masuk ke kamar perawatan kakaknya. Melihat kakaknya duduk bersandar terpaku tak bergerak. Niko menghampiri nyonya Greta.Dia meletakkan buah-buahan dan beberapa makanan ringan di atas meja."Bagaimana keadaanmu kak?"Nyonya Greta menggeleng, dia masih lemah. Dan belum bisa menjawab pertanyaan adiknya. "Aku bawakan makanan, kakak makan dulu."Niko mengambil tempat makan yang dibawanya dari rumah. Tadi dia sempat meminta mbok Rumi menyiapkan makanan sehat untuk kakaknya. Lalu dengan penuh perhatian, Niko menyuapkannya perlahan pada kakaknya. "Makanannya dihabiskan ya kak. Setelah itu kakak minum obat agar bisa cepat sembuh."Nyonya Greta mengangguk sambil terus berusaha mengunyah makanannya perlahan hingga habis.Dengan telaten Niko mengurus kakaknya, setelah nyonya Greta meminum obat yang diberikan oleh dokter, akhirnya dia tertidur. Hingga malam tiba pun Bram tak menampakan batang hidungnya lagi di rumah sakit. Niko mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Hani. Dia in
Niko mengemudikan mobilnya kembali ke rumah sakit. Banyak pertanyaan yang masuk ke dalam pikirannya. Jadi ini dia alasan mereka masuk ke dalam rumah kakaknya. Tentang penyakit kakaknya, Niko yakin ada sesuatu yang terjadi atas ulah mereka. Tidak mungkin kakaknya yang sehat bisa terganggu seluruh sarafnya.Tidak, dalam pikiran Niko di tak akan membiarkan orang ain untuk menjatuhkan keluarganya. Bagaimana pun Niko harus melakukan sesuatu dengan cepat. Agar kakaknya bisa kembali pada posisinya semula. Tak mudah untuk mendapatkan pencapaian yang ada di dalam genggaman kakaknya. Tapi pria yang bernama Bram itu dengan mudahnya masuk dan menyingkirkan kakaknya. Tidak kau salah Bram.Wajah pucat nyonya Greta masih terlihat. Walau pun dia tersenyum ke arah adiknya yang masuk di dalam ruangan itu. Tapi sedetik kemudian, senyum itu berubah menjadi sejuta tanda tanya. Nyonya Greta sangat tahu sifat adiknya, pasti sudah terjadi sesuatu hingga wajah adiknya tegang seperti itu."Ada apa Niko. K
Dina menelpon Niko mengadukan sikap Bram pada dirinya.Sambil menangis dia menceritakan semuanya pada Niko. Pembicaraannya sengaja Niko buat speakernya terdengar oleh nyonya Greta."Sayang, apa kabar?"Bram masuk ke kamar perawatan milik istrinya.Nyonya Greta memilih diam, dan menutup matanya. Dia tak memiliki tenaga lebih untuk melampiaskan kemarahannya. Dia tak menyangka suaminya sudah mulai mempermainkannya, kartu kredit yang sudah dia ambil, suaminya tanpa ijin menggunakannya. Membuat tagihan kartu kredit semakin bertumpuk. Tunggu sampai keadaanya pulih baru nyonya Greta memberi tindakan.Walau pun nyonya Greta kaya raya, selama hidupnya dia tak pernah menggunakan kartu kredit untuk berfoya-foya seperti itu. Niko memilih meninggalkan mereka berdua di sana.Membuka pintu mobil dan melanjutkan kembali keinginannya pulang ke rumah. Hani membuka pintu rumah mewah majikannya. Wajah Niko kelihatan kusut dan terlihat lelah. Sengaja dia pulang, agar membiarkan Bram yang akan menjaga kak
"Ada apa kamu datang kemari?""Aku hanya penasaran saja, bagaimana seorang supir truk seperti kamu menjalankan bisnis kakakku. Perusahaan besar dan ternama, namun sayang jatuh ke tangan pria yang tak berpendidikkan, apa lagi yang tak mengetahui tentang dunia bisnis," ucap Niko denagn santai."Berani sekali kamu berbicara seperti itu. Akan aku pastikan kamu akan diusir oleh kakakmu dari rumahku!" Gertak Bram tak terima.Niko tersenyum sinis."Apa kau pikir kakakku akan melakukannya, demi kamu? Jangan bermimpi kau, Bram. Aku yakin suatu saat kau akan menerima ganjaranmu nanti.""Apa pun yang kamu lakukan di ruangan kakakku, aku menginginkan tanggung jawabmu. Pastikan perusahaan kakakku berjalan dengan lancar. Jangan ada kesalahan sedikit pun yang kau buat. Sedikit saja kesalahan yang kau buat dan membuat perusahann kakakku di ambang kebangkrutan, aku akan membuat perhitungan denganmu!" Kata Niko dengan tegas. Memberi peringatan pada suami kakaknya ini.Niko berbalik lalu keluar dari rua
"Tidak, kenapa bisa jadi begini?"Bram melempar semua barang-barang di dalam kamarnya. Membanting semua pintu dan barang apa saja di sana.Satu jam dia berada di dalam kamar. Menumpahkan semua kemarahan yang ada di dadanya. Pertama kali masuk di dunia bisnis, rencanaya digagalkan seseorang. Tak seperti apa yang ada dalam pikirannya."Mbok Rumi," panggil Bram dengan kasar."Iya tuan.""Suruh Hani membersihkan kamarku!"Perintahnya dengan suara yang keras. Lalu pergi meninggalkan kediaman mewah istrinya itu dengan mobil."Baik tuan."Hani yang mendengar suara Bram menyuruh mbok Rumi dengan kasar, langsung naik ke lantai atas. Dia langsung mengerti, tanpa mbok Rumi berbicara padanya. Kamar nyonya Greta terlihat sangat berantakkan. Dengan hati-hati Hani memungut pecahan kaca yang berserakan. Vas bunga dan cermin di meja rias tak luput dari amukan Bram.Dalam hati Hani berpikir, kenapa Bram melakukan ini. Baru saja menjadi suami majikan, sudah begini tingkahnya. Apa lagi sekarang nyonya Gre
Tidak semudah itu Bram. Apa yang kau pikirkan. Kenyataannya saat ini Bram mendekati sekertarisnya, untuk bisa mengobrak-abrik isi kekayaan perusahaan istrinya. Hani tak percaya dengan apa yang di dengar olehnya.Tak percaya, bagaimana otak pria yang pernah menjadi suaminya itu berputar. Hani berpikir, jika Bram adalah pria polos dari kampung dengan pendidikan tamat sekolah menengah atas saja.Namun sekarang hati dan pikirannya telah dibutakan oleh harta kekayaan.Bram tak bisa mensyukuri keberuntungan yang telah diperoleh dari istri kaya nya. Sekarang dia ingin menguasai semuanya. Dengan menyingkirkan istrinya karena sakit. Dan dia menggunakan kesempatan yang ada.Dengan mendekati sekertarisnya dia merasa menjadi kuat. Pendidikan sekertarisnya bisa diandalkan. Semuanya tinggal perintah darinya, sekertarisnya melakuakn semua keinginannaya."Sebelum Bram melakukan sesuatu yang buruk dengan perusahaan nyonya Greta, tolong tuan Niko lakukan sesuatu."Ya, sekali pun nyonya Greta adalah wani