"Bagaimana, apakah kau menerima lamaranku?" tanya Ariel penuh harap.
Semua penonton menunggu jawaban yang akan di katakan Aisyah. Marini dari jauh menatap tanpa berkedip. Ia merasa Aisyah terlalu beruntung Ariel sampai tergila-gila padanya. Tak tahan melihat semua itu, Marini kemudian bangkit mau meninggalkan tempat duduknya.
"Mau kemana sayang?" tanya affairnya.
"Ke toilet," jawab Marini. Tak mungkin ia bertahan melihat Ariel melamar Aisyah. Hal itu sangat menyakiti hatinya.
"Aisyah, aku menunggu jawabanmu," kata Ariel.
Meskipun Aisyah belum yakin dengan perasaannya. Tapi, ia juga tidak ingin mempermalukan bosnya di depan umum jika ia menolak lamaran itu. Aisyah bimbang. Ariel memang tampan, di gandrungi banyak wanita. Namun, Aisyah tidak yakin menjalin hubungan dengan pria semacam itu. Lagi pula bagaimana jika setelah menikah nanti Ariel tahu dia tidak virgin lagi.
"Aisyah, aku menunggu jawabanmu," kata Ariel. Ia takut jika gadis itu
"Aku tidak akan membiarkan kau bahagia, Aisyah!" kata Marini. Ia mengamuk, seluruh alat make upnya yang semula tertata rapi jatuh berantakan."Aisyah, kupikir kau wanita biasa, tapi ternyata kau tidak bisa aku remehkan," gumam Marini.Rasa cintanya terhadap Ariel membutakan mata hatinya. Ia bersikeras akan merebut Ariel. Bagaimanapun caranya. Aisyah adslah sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri, namun karena saking cintanya pada Ariel membuat hatinya buta.Marini segera meraih tasnya, ia tahu kemana langkah kakinya harus berada. Hatinya bergemuruh menahan tangis. Ia menyetir mobilnya sendiri. Dengan kecepatan yang terbilang di atas rata-rata Marini sudah tidak peduli dengan keselamatannya. Untung saja ia sopir yang handal, bisa berkelit dengan mobil yang hampir menyalipnya. Air matanya tidak berhenti menetes, baru kali ini ia merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.Memang tidak ada kata putus dari Ariel, karena selama i
"Apa kau akan membiarkanku berdiri membeku di sini?" Ariel berharap Aisyah menyuruhnya masuk ke dalam."Silahkan kalau mau masuk, lagi pula ini memang apartemenmu. Tapi, aku mau pergi dari sini," ujar Aisyah."Kau tidak serius kan?" Ariel mencekal tangan Aisyah. Ia tidak ingin perempuan itu pergi meninggalkannya. Ia memang bodoh telah membungkam bibir Marini dengan bibirnya. Saat itu ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Marini agar tidak nyerocos terus. Bisa-bisa rahasianya selama ini terbongkar."Maaf, sepertinya tak ada yang perlu di perdebatkan lagi.""Aku berdoa semoga kalian segera menikah, sehingga bukan orang lain yang jadi sasaran pertengkaran kalian," kata Aisyah berjalan tergesa-gesa meninggalkan Ariel di depan pintu kamar apartemennya.Menyadari Aisyah sudah pergi menarik kopernya keluar. Ariel berpikir apakah dirinya memang sudah bersikap keterlaluan? Sampai Aisyah tidak mau memaafkannya.Ia terlalu bodoh untuk memaham
Ponsel Aisyah tidak berhenti berdering. Dengan malas Aisyah mengambilnya. Nama Ariel tertera di sana, ia hanya mengambil nafas kasar lalu kembali meletakkannya. Ia bingung harus mengangkat telepon itu atau tidak. Tapi, Aisyah juga butuh ketenangan.Ia memang tidak pulang kampung, tapi tinggal di sebuah hotel yang tidak di ketahui Ariel. Mana mungkin Aisyah berani pulang kampung. Bukankah tidak lama ia baru pulang kemarin. Apa kata ibunya? Pasti ibunya akan cemas jika mengetahui putrinya pulang lagi. Membayangkannya Aisyah bertambah pusing.Bekerja sebagai make up artis sebenarnya upahnya lumayan tinggi. Aisyah bisa membantu ibunya dan juga menabung. Namun tingkah bosnya yang mudah berubah moodnya membuat Aisyah sering kelimpungan.Apalagi kejadian lamaran kemarin. Rasanya seperti mimpi, dan Aisyah berusaha untuk melupakannya. Ia tidak ingin kege-eran seolah Ariel mencintainya. Aisyah cukup tahu diri. Ciuman Ariel terhadap Marini membuktikan yang sebe
"Katakan, jika semua yang kudengar dari Marini tidaklah benar."Pertanyaan yang di lontarkan Ariel membebani Ariel. Ia khawatir Aisyah akan membencinya. Gravitasi bumi seakan berhenti, hal yang paling di takutkan Ariel terjadi juga."Aisyah, biar aku jelaskan," kata Ariel mencoba menenangkan Aisyah. Wajah Aisyah sudah merah padam, matanya sembab seperti habis menangis."Jawab!""Semua itu bohong, kan?" tanya Aisyah dengan nafas memburu."Dengar, jangan berpikiran buruk dulu ... aku tidak sengaja melakukannya," jawab Ariel."PLAK!"Ariel meringis kesakitan memegang pipinya. Aisyah menamparnya dengan keras."Mengambil kehormatan seorang gadis, kau katakan tidak sengaja!" seru Aisyah.Ariel menunduk diam, ia pasrah mendapatkan makian dari Aisyah. Karena ia akui jika dirinya adalah pria paling brengsek sedunia. Aisyah pantas meluapkan segala amarahnya."Aku pikir, yang di dalam Marini," ucap Ariel li
Di situasi yang tengah rumit, Aisyah di datangi Gilang. Wajah lelaki itu cerah tidak seperti biasanya. Ia datang membawa buket mawar putih menunggu Aisyah di depan apartemennya.Gilang memberanikan diri untuk meneruskan niatnya pada Aisyah. Terlihat wajah gadis itu tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.Tangannya menggantung waktu akan mengetuk pintu apartemen Aisyah.Seorang cleaning servis lewat melihat Gilang menunggu untuk di bukakan pintu."Maaf, cari siapa Mas?" tanyanya.Gilang mengulas senyumnya. "Aisyah," jawabnya."Oh, Non Aisyah. Dia sedang tidak ada, kemarin aku lihat keluar buru-buru dengan wajah agak sedih, gitu," ungkap cleaning servisnya.Dahi Gilang mengkerut mendengar penjelasan cleaning servis. Ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah sebenarnya. Kenapa gadis itu bersedih. Gilang mengambil ponsel di sakunya. Nama Aisyah ia ketik, lalu tombol hijau di usapnya.Di tempat lain, Aisyah
Keadaan begitu hening dan sepi, setelah keduanya sampai di depan sebuah hotel."Kenapa kau tidak pulang ke apartemenmu?" tanya Gilang membuka suara.Aisyah menggeleng. Ia tidak mungkin pulang ke apartemen itu karena Ariel pasti akan sering datang kesana untuk mencarinya. Sementara Aisyah enggan untuk bertemu dengan Ariel. Berita di media berlangsung begitu cepat. Sejak Ariel resmi melamarnya, tak henti-hentinya akun gosip membahas hubungannya dengan Ariel. Ada yang suka dan ada yang tidak suka. Kehidupan artis dari hal sedetail apapun pasti menjadi sorotan.Lepas dari semua itu, Aisyah ingin hidup normal tanpa adanya gangguan. Ia sudah cukup pusing memikirkan hubungannya dengan Ariel. Luka hatinya belum sembuh benar, tak ingin ia menambahkannya lagi.Gilang menunjukkan senyum hangatnya, menatap ke arah Aisyah. Gadis itu menunduk menghindari tatapan Gilang. Terus terang hatinya belum siap menerima pria lain dalam hidupnya. Ia ingin menyelesaikan masalahnya
"Ma ... maaf, Bos," kata lelaki setengah wanita itu merasa bersalah."Perbaiki sekarang, atau kau ku pecat!" ancam Ariel."Ba ... baik, Bos," jawabnya gemetaran."Lakukan yang benar!" sentak Ariel lagi.Ariel kesal karena Mandy karyawan barunya itu tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Ia pikir hanya urusan rias saja, semua orang salon pasti bisa melakukannya. Nyatanya, ia hanya sreg dengan riasan Aisyah. Apa-apa harus sama persis dengan cara kerja Aisyah. Mungkinkah Ariel memang sudah terobsesi dengan Aisyah.Dimana-mana bayangan wanita itu selalu mengikutinya. Bahkan di alam pikirannya sudah penuh untuk memikirkan Aisyah. Hubungannya yang kurang baik dengan Aisyah merusak moodnya dalam berakting."Cut!""Cut!""Apa-apaan ini, Ariel. Kau artis papan atas. Baru saja kemarin dapat penghargaan, tapi kenapa aktingmu hari ini buruk sekali," keluh sang sutradara."Aku lelah," jawab Ariel pendek. Ia ngeloyor pergi lalu dud
"Loh, kamu kok pulang lagi?" tanya Bu Marni mendapati putrinya sudah berdiri di depan pintu."Kok, ibu sepertinya tidak senang aku pulang," ujar Aisyah cemberut."Bukan begitu, hanya saja ibu pikir kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu, jadi tidak bisa sering pulang," kata Bu Marni."Ya, sudah masuk yuk. Kebetulan tadi ibu buat nasi gudangan kesukaanmu," ucap Bu Marni.Wajah Aisyah tampak sedikit lesu, ia membawa koper pakaiannya masuk ke dalam kamar. Bu Marni melihat ada yang tidak beres dengan putrinya. Namun, ia tidak ingin terburu-buru untuk bertanya. Karena kelihatannya Aisyah masih lelah.Selesai membersihkan tubuhnya, Aisyah menuju meja makan mendekati Bu Marni yang tengah sibuk menata makanan di atas piring sajiannya."Loh, kok ibu masak banyak hari ini?" tanya Aisyah."Iya, hari ini nanti ada tamu. Katanya sih, kangen ibu. Makanya datang kesini," tutur Bu Marni."Kangen ibu?" Dahi Aisyah mengernyit heran men