Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3 Kalau berkenan follow I6 author ya : @MeowMoe21 / @_meowmoe_
Menerima informasi pemecatannya sebagai CEO sementara di Wright Entertainment dari sekretaris utama Wright Group, Jeany yang sebenarnya mulai malas pergi bekerja setelah merasa dirinya tidak bebas melakukan kehendaknya lagi di perusahaan itu akibat campur tangan Elvin yang selalu mengawasinya, akhirnya bisa merasa bebas. Setidaknya itulah yang ia rasakan sebelum seseorang yang sudah lama di tunggunya datang ke Kota X akhirnya menghubungi.Mengira hanya akan sedikit menggunakan waktu luangnya untuk menjemput dan membicarakan rencana yang ayahnya ingin agar wanita itu lakukan, siapa sangka Jeany yang berjiwa bebas malah terjebak bersamanya hingga kehilangan waktu berpesta poranya selama dua hari penuh —dan sedang memasuki hari ke tiga.Walau demikian Jeany masih bisa bersabar merasa jika usahanya untuk memanfaatkan wanita yang pernah membuat Jessica, yang terkenal dingin dan sukar ditaklukkan, sampai merasa frustrasi saat berhadapan dengannya di masa lalu, akan berhasil.Jeany bahkan men
“Apa yang kau lakukan? Buka pintunya!” bentak Wynona menyadari Jeany baru saja mengaktifkan kembali pengunci pintu, yang baru saja dibukanya, secara otomatis. Kali ini hanya Jeany yang bisa membuka pintu tersebut —sebagai pemegang kendali mobil.“Jangan pergi ke sana.”“Bukannya ayahmu memintaku untuk mendekati Elvin agar rencana kalian bisa berjalan lancar? Aku akan melakukannya sekarang. Cepat buka pintu ini!”“Tidak sekarang. Ayo kita lakukan lain kali,” sahut Jeany sembari menyalakan mesin mobil hendak membawa Wynona segera pergi dari tempat itu.Karena kegilaan yang bisa tiba-tiba muncul seperti inilah maka Rudolf Wright meminta Jeany untuk terus mengawasi Wynona. Selain bertindak sebagai pengawasnya, Rudolf bahkan meminta Jeany agar rela menjadi supir pribadinya. Hanya mengirimkan seorang pengawal biasa sebagai pengawas Wynona tidak akan bisa menghentikan kegilaan Wynona yang Rudolf tahu bisa kambuh kapan saja.Bukan karena takut pada Wynona, Rudolf hanya ingin agar Wynona tidak
“Tidak ada informasi berarti yang bisa kita dapatkan darinya,” Elvin berbicara pada Rainhard ketika pria tinggi kurus itu masuk ke dalam ruang pemantauan.Mengamati dan mendengarkan interogasi Rainhard pada Davi dari balik cermin dua arah dengan sangat fokus, Elvin dan seorang peretas yang bekerja mengikuti arahannya segera menyelidiki semua lokasi dan nama-nama dari orang yang mungkin didatangi Joseph Thiago sebagai tempat persembunyian dan perlindungan. Semua informasi tersebut berhasil Rainhard korek dari Davi setelah menyiksanya selama hampir 3 jam.Seraya menatap ke ruangan lain di balik cermin dua arah, pada Davi yang terikat dan berlumuran darah, Rainhard menanggapi, “Sepertinya dia sudah mengatakan semua lokasi yang memungkinkan bagi Joseph Thiago untuk bersembunyi. Saya rasa dia juga sudah mengatakan semua nama dari orang-orang yang mungkin mau menyembunyikan adiknya itu.”Elvin menghela napas panjang, ia juga merasa tidak mungkin ada yang Davi rahasiakan lagi setelah disiksa
“Sebenarnya kita bisa menemukannya hanya dalam 5 menit andai bos saya ada di sini,” ucap pria peretas bernama Leon itu lagi ketika melihat perubahan pada ekspresi wajah Elvin, mengira Elvin marah akan ketidak kompetenannya, “bos saya memiliki sistem khusus yang bisa mencocokkan wajah orang dengan cepat. Dia bisa—” “Tidak… Itu sudah sangat cepat dari yang kukira,” potong Elvin. Elvin sebenarnya terkejut karena takjub pada kemampuan Leon. Dulu ia dan tim peretasnya juga sering mencari lokasi keberadaan musuh-musuh mereka seperti yang kini mereka lakukan. Sebagai perbandingan, para peretas yang bekerja untuknya dulu biasanya baru bisa menemukan orang yang mereka cari paling cepat dalam waktu 10 hari. Mengingat penduduk di masa itu tidak sepadat sekarang, tentu saja Elvin merasa takjub dengan kemampuan Leon yang —sayangnya— bukan anak buahnya langsung. Leon yang baru berusia 22 tahun itu sebenarnya adalah anak dari salah satu kolega bisnis Elvin yang dikirimkan untuk membantunya menemuk
Setelah menghabiskan makan malam dan merapikan meja makan, Anna duduk menunggu Elvin keluar dari kamar yang sudah dipilihnya sebagai kamar tidurnya —yang berada di area ruang bersantai yang berada tepat di antara dua kamar tidur.Lokasi dua kamar tidur —dari lima kamar yang berada dalam bungalow— itu berada di bagian belakang bungalow dekat dengan ruang makan, juga dekat dengan balkon yang mengarah ke pantai. Semuanya bisa diakses dari ruang bersantai tempat Anna kini berada.Sebenarnya karena itulah Anna memilih kamar di area itu. Selain dekat dengan balkon yang menghadap ke bibir pantai, jendela kamar tidur yang dipilihnya juga menghadap ke pantai hingga akan memberikan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah. Berbeda dengan jendela kamar di seberang kamarnya yang memiliki pemandangan luar jendela mengarah ke area hutan buatan di sisi selatan bungalow.Menatap pintu kamar, Anna meruncingkan bibir masih merasa kesal pada Elvin yang asal mengambil kamar tidur yang sudah dipilih
Masih penasaran kenapa Anna bisa salah ucap dan terkesan tahu apa yang terjadi di malam itu, fokus Elvin justru teralihkan bukan oleh kata-kata pembelaannya, namun oleh tingkah Anna yang seperti tidak bisa berhenti menatap tubuhnya. Setelah berhasil berusaha menahan diri agar tidak tertawa lagi, Elvin akhirnya kembali menatap televisi melupakan apa yang tadi Anna katakan.Tidak mendapat tanggapan tentu saja membuat Anna merasa was-was. Takut dicurigai, ia pun kembali berbicara, “Dari mana mereka mendapatkan informasi ini?”“Aku meminta Andrew untuk menyampaikan pada polisi agar informasinya dibuka saja.”“Jadi kalian sudah mendapatkan informasi dari Davi Thiago? Dia mengaku kalau ikut menyerang…bosku?”Elvin menghela napas panjang sebelum menanggapi, “Sayangnya tidak ada satupun informasi berguna dari Davi Thiago. Bagian dia terlibat cuma karangan kami saja untuk memancing Joseph Thiago keluar dari persembunyian.” Elvin teringat pada sinyal panggilan telepon yang Leon temukan, berharap
“Lama sekali sih?” protes Anna begitu masuk ke dalam VAN silver yang Joey kendarai untuk menjemputnya.Berusaha menghindari Elvin yang sepanjang pagi berkeliaran di sekitarnya hanya mengenakan jubah mandi, Anna akhirnya gusar dan memarahi pria itu.“Bisakah kau mengenakan pakaian lain?!” umpat Anna sembari memelototinya.“Kau tahu sendiri kan kalau aku lupa menyiapkan tempat ini sebelum kita datang? Cuma ada pakaian ini di dalam lemari. Kau sendiri juga tidak mengganti pakaianmu, kan?” sahut Elvin membela diri.Ingat kalau dia juga hanya menemukan jubah mandi di dalam lemari saat ingin mencari pakaian ganti sebelum mandi, Anna pun merasa malu.“Setidaknya lebih baik kenakan pakaian kerjamu yang kemarin saja,” Anna juga membela diri.“Tidak nyaman memakai pakaian yang sudah dipakai seharian. Kau tidak merasa gerah? Lagian lihat bajumu itu, dipenuhi noda darah. Kenapa tidak mengenakan jubah mandi saja sementara pelayan datang membawakan baju ganti?”Membayangkan mereka berduaan hanya den
Roman menatapnya heran dengan mata mengerjap berkali-kali. Sepertinya kebiasaan Roman inilah yang menurun pada ‘Anna’ hingga membuat tubuh gadis itu juga sering melakukan hal yang sama tiap Anna merasa takjub pada suatu hal atau pada seseorang —yang kebetulan sering Jessica lakukan juga dengan tubuh aslinya.“...Bisa begitu, ya?” sahut Roman setelah cukup lama diam tercengang.“Kadang sebuah kecelakaan bisa membuat orang berubah,” Anna mengangguk-angguk pelan berusaha meyakinkan Roman.“Untung saja kau tidak berubah jadi mutan.”“Hah?”Bersamaan, Anna dan Roman menoleh pada Rainhard yang mengagetkan mereka dengan suara tawanya.Saling bertatapan kembali, Anna dan Roman mengangkat pundak bersamaan tidak mengerti kenapa Rainhard tertawa.Namun Anna akhirnya menatap Rainhard lagi, takjub melihat lelaki yang biasanya selalu diam tanpa ekspresi —bahkan susah untuk tersenyum— itu kini tertawa terpingkal. “Dia kenapa sih?”“Omong-omong… soal jalan ceritanya.”Anna mengalihkan perhatian pada R