Terima kasih sudah membaca dan mengikuti novel ini... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Andai bukan jiwa Jessica yang berada dalam tubuhnya, Anna mungkin akan langsung terpesona dan salah tingkah saat bertatap muka dengan Elvin seperti ini. Tapi tidak dengan dirinya yang sangat membenci pria itu. “Kau bisa mengenaliku?” tanya Elvin heran sambil menatap masker dan topi di kedua tangannya. ‘Apa penyamaranku tidak terlalu baik?’ Anna tidak menanggapinya. Ia beranjak dari tempat tidur, hendak pergi keluar ruangan untuk mencari Sherly setelah ingat jika dia telah meminta William membawa Sherly juga ke UKS namun tidak menemukannya di sana. “Mau mencari adikmu?” Pertanyaan itu membuat Anna menghentikan langkah kakinya dan berpaling kembali pada Elvin. “Kau mengenal adikku?” “Aku sudah dua kali bertemu dan berbicara dengannya. Dia tidak cerita padamu saat kau masih berada di rumah sakit?” Anna menelengkan kepala, mengingat apa yang pernah Sherly katakan saat ia masih berada di rumah sakit. ‘Ah…, benar juga. Aku lupa.’ “Teman sekelasnya sudah mengantarkan adikmu pulang dan
‘Masa kecil, ya…?’ Anna menghela napas panjang, mengarahkan tatapan ke luar jendela bus yang akan membawanya pergi ke tempat kerja sambilannya, sebuah gudang persinggahan barang yang berada dekat pelabuhan. Apa yang Elvin katakan tadi membuatnya terkenang akan masa kecil yang mereka jalani bersama, masa-masa indah saat keduanya masih sangat akrab dan selalu main bersama. Sayangnya masa-masa indah itu berakhir dengan hubungan saling membenci di antara mereka setelah Elvin tahu alasan keluarga Wright mengadopsinya dan diperparah dengan sebuah insiden yang menyebabkan tewasnya kedua orang tua Jessica dalam kecelakaan. Mengingat kembali bagaimana cara Elvin menatapnya, Anna mulai merasa agak meragukan tentang perasaan seperti apa yang selama ini Elvin pendam padanya. ‘Apa kami memang saling membenci? Atau cuma aku saja yang benci padanya karena kejadian itu?’ Sebelum menaiki bus, Anna menyempatkan diri memperhatikan Elvin, melihat sorot matanya yang tampak sedih setelah mengucapkan k
“Sudah cukup mengintimidasiku, ok? Kau sudah melakukannya selama satu tahun ini dan aku sudah cukup bersabar. Andai kau mencoba melakukannya lagi, aku tidak akan sungkan meninju wajahmu,” ancam Anna. Loisa kehilangan kata-kata. Bahkan setelah Anna dan Florence pergi dari ruangan itu, ia masih diam membeku di tempatnya. “Aku benar-benar akan memukulnya kalau dia mencoba mencari masalah denganku lagi. Aku tidak peduli kalau kau mau menyetrum ku sampai pingsan lagi,” ucap Anna pada sang Dewa, yang langsung dilihatnya begitu membuka pintu ruang ganti. “Kalau begitu kapan kau bisa menyelesaikan misi dariku?” sang Dewa bertanya sambil berjalan mengikuti Anna. “Bukankah kau pernah mengatakan kalau aku tidak perlu buru-buru menyelesaikannya?” “Untuk impian ‘Anna’. Bukan untuk perbaikan sikapmu. Kau harus segera melakukannya.” “Tsk… terserah. Aku mau bekerja.” Dewa menghentikan langkah dan menggeleng pelan menyesali sikap Anna. “Ingat, aku masih akan mengawasimu,” ucapnya kemudian. Anna
Melihat kemarahan menggebu Loisa yang terpancar jelas di wajahnya, Bernard Lowe —sang mandor— buru-buru mengangkat salah satu tangan yang kemudian direntangkannya di antara Anna dan Loisa, mencegah wanita itu mendekati Anna. Anna sebenarnya tidak mengharapkan Bernard mencegah Loisa menyerangnya. Ia justru baru saja berpikiran untuk memanfaatkan kemarahan Loisa agar dapat memukulnya dengan dalih membela diri. ‘Tsk… sayang sekali,’ umpat Anna dalam hati sembari mengendurkan kepalan tangannya yang sudah siap digunakan untuk meninju wajah Loisa. Ia berpikir, jika apa yang Dewa katakan tadi benar, maka kekerasan adalah salah satu cara untuk bisa menunjukkan tajinya —padahal bukan itu juga yang Dewa inginkan darinya. “Kau tidak ingat kalau ayahku sudah berbaik hati menerimamu bekerja di sini?! Kenapa kau membalas perbuatan baik ayahku dengan memfitnahku seperti itu?!” Umpat Loisa kesal karena usahanya untuk menyerang Anna telah dicegah Bernard. Padahal baru beberapa menit lalu ia masih m
Andai dirinya —sebagai Jessica— ada di ruangan itu, Anna pasti akan memarahi siapa pun yang berani membuat keributan hingga mengganggu aktor dan aktris baru yang sedang melakukan audisi. Anna cukup terkejut saat melihat tidak ada seorangpun yang memarahinya selain hanya memberikan tatapan tidak suka sebelum kembali pada aktivitas masing-masing. Bisa dikatakan bahwa ini adalah penghinaan terbesar yang pernah diterimanya bahkan jauh melebihi apa yang telah diterimanya dari Silvia dan Loisa. ‘Mereka mengabaikanku sampai seperti ini? Apa ‘Anna’ memang tidak pernah dianggap ada sama sekali oleh mereka ini?’ Anna memalingkan wajahnya lagi saat wanita yang tadi diajaknya berbicara meraih pergelangan tangannya dan memintanya untuk duduk kembali, dan ia pun mengambil kursinya dan duduk di sana sambil masih memperhatikan wajah orang-orang yang sudah kembali fokus pada pekerjaan mereka tanpa peduli pada apa yang dilakukannya setelah mengagetkan mereka. Tidak seperti saat berada dalam ruang li
Thomas Wong, salah satu juri yang biasanya selalu tegas dalam memberikan penilaian, menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menghela napas panjang setelah melihat apa yang baru saja Anna tampilkan dalam audisinya. Ia yang selalu menyuarakan ketidaksetujuannya pada Jessica dan selalu menyarankan jika mereka sebaiknya memutus kontrak percobaan ‘Anna’, merasa serba salah setelah melihat apa yang baru saja Anna tampilkan. Thomas merasa sangat menyesal kenapa tidak memaksa Jessica memutus kontrak Anna pada audisi terakhir yang Jessica hadiri. Kini, setelah Jessica terbaring koma, ia malah merasa pemutusan kontrak itu mustahil dilakukannya. Tidak mungkin kan dia berbuat semaunya saat Jessica tidak ada? Itulah yang membuat Thomas tampak frustrasi. “Aku tidak tahu kenapa Jessica sampai meloloskanmu masuk ke agensi kami,” ucap Thomas sebagai pembuka. Sebenarnya ia hanya ingin menyuarakan apa yang selama ini menjadi beban pikirannya tentang kenapa Jessica masih mempertahankan ‘Anna’. Pria beru
Anna buru-buru menegakkan tubuh dan berbalik dengan cepat saat mendengar seseorang memanggil namanya —terutama karena merasa familiar dengan suaranya. “Orin!” Kebetulan tempat parkir para staf penting dari Wright Entertainment ada di belakangnya. Sebenarnya karena itu juga lah ia memilih duduk di situ, di depan mobil Orin, yang biasanya sengaja diparkirkan di tempat yang sama setiap hari. Anna langsung berdiri saat melihat Orin memanggilnya dan buru-buru pergi menghampiri wanita itu. Namun langkahnya langsung terhenti saat melihat wanita lain muncul dari balik sebuah SUV yang terparkir tepat di samping sedan putih milik Orin. ‘Sial, kenapa harus bertemu dia juga?’ Jeany Wright menghentikan langkahnya tepat di samping Orin, juga ikut menatap padanya. “Jadi dia aktris muda yang bernama Anna itu?” ucap Jeany di antara senyum merendahkan saat beradu pandang dengan Anna. “Y-ya, Nona Jeany,” sahut Orin dengan kepala tertunduk. Anna bisa melihat sebuah peringatan dari gerakan kedua bo
Silvia yang biasanya baru akan pulang ke rumahnya —kediaman keluarga Treqilla— di tengah malam, hari ini sudah berada di kamarnya sejak sore. Tentu saja hal tidak biasa ini membuat ibunya heran namun tidak tahu penyebabnya karena gadis itu tidak ingin membukakan pintu kamar untuk ibunya saat ibunya ingin mengajaknya bicara. Awalnya, Silvia tentu ingin mengadukan apa yang sudah Anna perbuat itu pada ayahnya. Namun karena ancaman yang Anna berikan yang membuatnya merasa sangat takut, juga karena tidak memiliki bukti rekaman CCTV yang menghilang secara ajaib sebagai bukti untuk diserahkan pada ayahnya, ia pun hanya bisa mendekam dalam kamarnya sambil berkhayal andai ia memiliki kekuatan super untuk bisa membalas dendam —mirip seperti cerita yang Anna sampaikan padanya tadi. Merasa malu dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya, Silvia hanya melihat dan mengabaikan puluhan pesan yang sudah dikirimkan oleh anggota gengnya, padahal mereka ingin berdiskusi padanya tentang rencana membalas
Anna masih diam terpaku menatap Joseph dengan ekspresi tak percaya. Wajah terkejutnya baru berangsur normal setelah menebak kalau Dewa memang tidak menghapus ingatan mereka bertiga, hanya mengubah keadaan ‘Anna’ saja.“Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!”Teriakan marah terdengar dari dalam bangunan. Sosok pria berekspresi dingin yang menjadi orang kepercayaan Simon untuk memimpin pasukan penculik menodongkan senjata api ke arah mereka.Takut dengan ancamannya, Joseph buru-buru menarik lengan Anna, membawanya pergi memasuki bangunan.Begitu masuk ke dalam bangunan, Anna langsung melihat Sherly yang spontan meronta-ronta begitu melihatnya muncul di pintu. Menggeleng pelan pada Sherly, Anna berbicara penuh percaya diri berusaha menenangkan Sherly dan berjanji akan menyelamatkannya tanpa memedulikan ejekan para penculik pada perkataannya.Setelah memastikan ketiga sandera baik-baik saja—selain hanya diikat di kursi—Anna mengalihkan pandangan pada Richard Lee yang berdiri mematung
Pukul 7.55 malam di Cross X Cafe.Sudah hampir jam 8 malam namun Sherly, William, dan Ivy Lee—manajer She Will—tak kunjung tiba di Cross X Cafe padahal para tamu undangan sudah berkumpul.Orin dan Anna baru tahu ponsel ketiganya tidak aktif setelah mencoba menghubungi untuk menanyakan posisi mereka.Merasa ada yang mencurigakan, Anna mencoba menghubungi Rosana untuk menanyakan apakah Sherly singgah di rumah pantai untuk menjemput, namun Rosana mengatakan Sherly tidak singgah dan hanya meneleponnya untuk datang ke Cross X Cafe bersama pengawal yang Elvin tugaskan untuk menjaga mereka. Rosana juga sedang dalam perjalanan, malah sudah hampir tiba.“Elvin juga belum datang. Tumben sekali dia terlambat?” pikir Anna, ingat kalau Sherly juga mengundang Elvin datang ke pesta namun Elvin tak kunjung muncul setelah hampir satu jam berlalu.Kejutan lain Anna dapat ketika mengetahui nomor telepon Elvin juga sedang tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, ia pun menghubungi Rainhard dan untungnya
“Ya, Sherly?” sahut Anna riang menjawab panggilan telepon Sherly.Anna memang ingin segera kembali ke tubuh aslinya, namun merasa sedikit tidak rela jika harus terpisah dari Sherly dan Rosana yang sudah dianggapnya sebagai adik dan ibunya sendiri.Sejak hidup bersama mereka, ia seperti merasa berada di dalam keluarganya sendiri seperti di masa kanak-kanak sewaktu keluarganya masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, dan saudara untuk berbagi cerita kesehariannya.Karena itulah tiap kali berbicara dengan salah satu dari mereka—termasuk Roman Briel—hatinya selalu merasa nyaman seakan mereka adalah keluarga kandungnya sendiri.“Apa Kakak ada kesibukan malam ini?”“Pengambilan gambar mungkin sudah berakhir di sore hari. Kakak akan meluangkan waktu untukmu kalau kau ingin bersama Kakak,” sahut Anna.Sherly tidak langsung menanggapi. Ia tersenyum gembira, senang karena Anna selalu mau meluangkan waktu untuknya saat dibutuhkan.“Sherly? Apa ada masalah?”“Oh… tidak… Itu…, Sherly mau mengundang Kakak
Di sebuah bangunan terbengkalai berlantai dua, di pinggiran Kota X…Richard Lee mengorek-ngorek tungku perapian menggunakan ranting yang biasa dipakainya untuk memperbaiki posisi kayu bakar dan arang dalam tungku tersebut.Sudah selama 3 minggu lebih sejak pelariannya dari kejaran orang-orang Rainhard Rover, Richard yang terbiasa hidup berdampingan dengan peralatan modern harus hidup dalam keadaan yang disebutnya sebagai dunia primitif.Tidak bisa menggunakan internet takut pihak pencari jejak Rainhard bisa mengendus keberadaannya, membuat Richard yang tidak pernah lepas dari internet dan perlengkapan modern sudah hampir gila.Selain itu ia juga harus bersembunyi di bangunan terbengkalai tersebut tanpa berani menyalakan listrik, takut drone pencari menemukan lokasi persembunyiannya di malam hari.Semenakutkan itulah tim pemburu Rainhard Rover, juga Leon yang bisa melacak keberadaan seseorang melalui sinyal SIM card.Richard menghentikan kegiatan memperbesar bara api untuk merebus air s
“Nona Green! Kenapa tidak melakukan pergerakan sesuai dengan koreografi yang sudah dilatih?!” teriak Lucas dari depan monitor pemantaunya.Terlihat jelas Lucas tidak repot-repot menyembunyikan kemarahannya. Ia merasa sangat frustrasi karena kesalahan yang Sharon lakukan telah merusak suasana bagus di gelanggang buatan itu, dan mungkin akan susah untuk didapatkan kembali apabila adegannya sampai diulangi.“M-maaf, Tuan Rose. S-saya…”“Tidak apa-apa, Tuan Rose. Kita bisa mengulanginya,” Anna menyela sembari berjalan menghampiri Sharon. “Ayo kita ulangi dari awal, Sharon,” Anna berdiri di hadapan Sharon sembari mengulurkan tangan, kemudian membantu Sharon berdiri dengan mengaitkan lengannya ke lengan Sharon.“Astaga… kau ini…” Sharon langsung membungkukkan badan begitu berdiri, menopang tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan di atas paha. “Sial… aku benar-benar ketakutan serasa sedang berhadapan dengan Sasha asli,” ucap Sharon sembari mendongak, menatap Anna yang kini sedang tidak bera
Mengikuti kebiasaan Sasha Volkova dalam tiap pertandingan, Anna berjalan menuju ring dengan langkah lebar, seperti terburu-buru ingin segera menyelesaikan pertarungan lalu pulang setelahnya. Itulah kesan yang selalu Sasha tinggalkan pada para penggemar.Seperti kebiasaan Sasha juga, Anna tidak menoleh sekalipun pada para penonton yang bersorak menyemangati, ia terus berjalan dengan kepala menunduk menyembunyikan wajah, memberikan kesan misterius sekaligus memengaruhi mental lawan.Tidak ada gaya mengepalkan tinju di depan dada seperti yang sering terlihat dari para petinju yang suka berjalan sembari meninju udara. Anna hanya berjalan dengan langkah cepat bagai pembunuh berdarah dingin yang ingin segera menghabisi lawan.Untuk apa yang dilakukannya sedari muncul dari balik tirai, Anna sudah benar-benar berhasil membuat dirinya terlihat seperti Sasha asli, membuat Dimitri yang melihatnya merasa bernostalgia dan mulai berkaca-kaca teringat pada mendiang putrinya.Bahkan atlet yang berpera
Setelah Anna pergi, Thomas mengajak Lucas mengobrol, membahas tentang lokasi pengambilan gambar yang ia rasa kurang terasa seperti di sebuah arena tinju. Walau kru film berhasil mendekorasi sasana tinju dan menyulapnya mirip seperti arena tinju sungguhan, tetap saja —menurut Thomas— akan jauh lebih baik lagi jika pengambilan gambar dilakukan di arena tinju yang sebenarnya. Akan lebih hidup.Lucas mengangguk setuju. Sangat disayangkan Kota X tidak memiliki gelanggang tinju besar. Kota X memang sangat maju, namun hanya ada aula-aula bisnis dan gedung pertunjukan saja di sana. Luasnya pun hanya sedikit lebih besar dari sasana tinju Cross X. Karena itulah Lucas lebih memilih untuk menggunakan sasana tinju milik Joey itu saja dibandingkan harus menyewa sebuah gedung pertunjukkan walau dana yang mereka miliki —setelah disponsori Wright Entertainment— cukup besar.Awalnya, Lucas juga merasakan hal yang sama setelah melihat lokasi pengambilan gambar itu. Namun demikian Lucas tetap optimis film
Seluruh persiapan untuk memulai proyek film Sasha Volkova sudah mencapai tahap final. Pemeran Sasha dan Vernon remaja sudah di audisi. She Will juga sudah memulai rekaman untuk lagu tema film.Baik Anna, Carmen, dan 3 atlet tinju wanita yang akan memerankan tokoh pendukung —sebagai 3 lawan berat Sasha sebelum bertemu Sabrina Witch— juga rutin berlatih di sasana tinju Cross X, milik Joey, yang RHP sewa sebagai pusat pelatihan para aktris, juga akan menjadi tempat pengambilan gambar untuk 3 pertandingan awal.Setelah pesta yang Felix Quil dan Chen Feng Yu —produser— adakan untuk menciptakan chemistry di antara para aktor, aktris, dan seluruh kru film yang bekerja sama dalam film Sasha Volkova, hari di mana pengambilan gambar perdana film Sasha Volkova pun akhirnya tiba.William dan Sherly adalah aktor dan aktris pemula yang pertama kali melakukan pengambilan gambar. Sebagai cameo pemeran Vernon dan Sasha, siapa sangka Sherly memiliki bakat akting yang cukup baik jika harus dibandingkan d
Melihat bagaimana manis dan lembutnya profil wajah Anna yang menurutnya jauh lebih cocok sebagai seorang idol dibandingkan aktris seni peran, Dimitri tidak begitu antusias saat mengetahui bahwa Anna lah yang akan memerankan Sasha. Hanya karena Anna putri sahabatnya saja pria itu memilih diam dan setuju menggunakan Anna sebagai pemeran utama.Awalnya Lucas pernah menyodorkan profil Jessica pada Dimitri. Melihat bagaimana ketegasan wajah Jessica yang mirip dengan Sasha, Dimitri menyetujui untuk mengangkat kisah mendiang putrinya itu ke layar lebar. Namun setelah tahu Jessica sedang mendapatkan musibah, ia pun pasrah karena tidak bisa meminta Lucas untuk memakai jasa Jessica lagi —mereka sudah menandatangani kontrak, dan Dimitri sudah menghabiskan sebagian besar uangnya.Baru setelah Roman meminta Anna untuk menunjukkan aksi bertinjunya, Dimitri akhirnya bersemangat kembali. Walau Anna masih belum menunjukkan gaya bertarung yang serupa dengan Sasha, namun semua gerakan dan teknik tinju da