Gerald sedang menikmati teh nya di sore hari. Matanya tidak dapat lepas menatap Alexa yang sedang duduk di dekat jendela sambil membaca buku. Sepertinya perempuan itu sangat bosan sampai bingung ingin melakukan apa. Gerald langsung pura-pura mengalihkan perhatiannya pada ponsel saat Ana tiba-tiba menutup bukunya. Gerald mencuri lirik gerakan Ana tanpa sepengetahuan gadis itu.
Ana berjalan mendekati bi Asri yang baru saja melewati ruang tengah."Bibi mau kemana?" tanya Ana."Bibi mau menyiram tanaman non.""Kenapa bibi yang menyiram? Tukang kebunnya kemana?" Ana mengerutkan keningnya, bi Asri sebelumnya tidak pernah melakukan tugas tukang kebun setaunya."Kebetulan tukang kebunnya lagi libur non." balas bi Asri."Biar aku bantu ya bi, bibi kan masih belum sehat banget." Alexa dengan senang hati menawarkan bantuan kepada bi Asri."Aduh nggak perlu non." ujar bi Asri merasa tidak enak.Ana sedang tiduran di atas kasur sambil bermain ponsel. Setelah selesai menyiram tanaman ia hanya berada di kamar. Saat jarinya sedang sibuk menekan berbagai tombol di layar ponsel. Untuk mengusir rasa penatnya Ana memutuskan untuk bermain game. Tak perlu khawatir masalah kuota karena di rumah ini memiliki beberapa wifi di setiap lantai. Dan itu semua sinyalnya sangat cepat tidak perlu takut loading lama.CeklekAna refleks menegakkan badannya ketika pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Ana mengerutkan melihat dua orang perempuan masuk ke dalam kamarnya dengan membawa banyak pakaian yang digantung. "Selamat sore nona Ana." sapa salah satu perempuan dengan seragam seperti seorang pramugari dengan menunduk hormat."Kami ditugaskan oleh tuan Sleeve untuk membawakan beberapa baju untuk di pilih." ujar perempuan itu sambil menunjukkan berbagai model pakaian yang mereka bawa.Ana masih dalam keadaan kebingungan, ia tidak t
Ana tengah duduk di depan meja rias untuk melihat penampilannya. Ia bahkan kagum sendiri dengan riasannya. Sebelum-sebelumnya ia belum pernah berdandan seperti ini, paling kalau pergi hanya memakai riasan seadanya dan baju seadanya.Ting tongApa itu Gerald? Ana beranjak ke luar kamar. Ia berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Tapi jika Gerald yang datang kenapa harus menekan bel rumah. Laki-laki itu kan biasanya langsung masuk seperti biasanya. Ana berpapasan dengan Asti yang baru saja membuka pintu."Siapa yang datang?" tanya Ana ke Asti.Asti terlihat menatap Ana dari atas sampai bawah. Senyum sinis terukir di bibir Asti. Asti melenggang begitu saja tanpa berniat membalas pertanyaan dari Ana.Ana ingin memanggil Asti tapi ia urungkan. Asti sepertinya sangat membencinya entah apa alasannya. Ana mengedikkan bahunya berusaha untuk tidak ambil pusing sikap Asti kepadanya. Ana melanju
Ana menggaruk tengkuknya, ia merasa risih ditatap seperti itu oleh Gerald. Ia juga menarik ujung bawah gaunnya agar lebih turun. Ana merasa tidak nyaman memakai gaun ini. Ini adalah gaun yang sebelumnya ia coba. Gaun berwarna hitam yang panjangnya hanya setengah paha dan ketat yang membentuk tubuhnya. "Apa aku tidak bisa memakai gaun yang lain saja?" tanya Ana dengan wajah memelasnya. Gaun yang ia pakai terlalu mengekspos kaki jenjangnya. Ia yakin jika ia berjongkok maka pantatnya akan kelihatan."Pakai saja yang ku beri." ujar Gerald.Ana menghela nafas pelan. Bagaimana jika kakinya kedinginan karena udara malam ini terasa dingin. Seharusnya Gerald tadi memilih gaun yang panjang agar ia tidak kedinginan.Tiba-tiba bi Asri berlari tergopoh-gopoh menghampiri Ana dan Gerald. Di belakang bi Asri ada Asti yang juga berlari mengikuti bi Asri."Tuan." bi Asri menundukkan kepalanya dengan hormat, tapi itu tidak bisa men
"Dia adalah calon istri saya." ujar Gerald kepada wartawan di depannya.Ana membulatkan matanya mendengar jawaban Gerald. Jika ditanya apa ia terkejut? Pastinya ia sangat terkejut. Ana menatap ke arah Gerald mencari kebohongan di wajah pria itu. Tapi ia tidak bisa menebak apa yang dikatakan Gerald benar atau bohong. "Selamat tuan Gerald." semua wartawan memberikan selamat kepada Ana dan Gerald."Kapan rencana pernikahan anda tuan?" tanya salah satu wartawan perempuan."Secepatnya, doakan saja yang terbaik." ujar Gerald dengan tersenyum singkat.Gerald langsung menggandeng tangan Ana turun dari panggung. Jika terlalu lama di atas panggung Gerald tidak yakin Ana bisa menahan berdiri lebih lama lagi. Apalagi Ana memakai sepatu hak tinggi yang pastinya akan membuat kakinya pegal jika berdiri terlalu lama."Kita temui teman dan rekan bisnis saya." ujar Gerald menggandeng tangan Ana mendekat ke arah kumpu
"Kau sudah datang?" tanya Peter berbasa basi."Aku pikir kau tidak akan datang ke sini." ujar Peter yang mendapat dengusan oleh Gerald.Apa ayahnya pikir ia tidak berani datang ke sini karena ayahnya berhasil mengambil rekan bisnisnya. Huh, ayahnya sama sekali tidak mengenal sifatnya. Bagaimana mau tahu sifatnya jika ayahnya tidak pernah ada di hidupnya."Kenapa? Bukankah yang seharusnya malu adalah anda?" ujar Gerald tersenyum sinis.Peter mengabaikan perkataan Gerald. Ia sudah terbiasa dengan ucapan Gerald yang selalu menyindirnya. Tatapan Peter berhenti ke arah Ana yang berdiri di samping Gerald. "Siapa dia? Kekasihmu huh?" tanya Peter."Bukan urusanmu." balas Gerald tak peduli.Perdebatan mereka terhenti saat seorang pelayan menawari makanan dan minuman. Ana mengambil segelas minuman. Jujur jika Ana benar-benar merasa haus sedari tadi. Gerald bahkan tidak mengajaknya untuk mencicip
Sepanjang perjalanan kepala Ana terus terantuk ke jendela mobil. Ana sudah tidak bisa menahan kantuknya lagi. Gerald yang melihat itu menyuruh Jack untuk memelankan laju mobilnya. Gerald menarik kepala Ana agar bersandar di bahunya."Biar saya yang membawa nona Ana ke kamar sir." tawar Jack ke Gerald begitu mereka sampai di rumah."Tidak perlu, saya yang akan membawa Ana ke kamar." ujar Gerald seraya menggendong Ana.Sesampainya di kamar Ana Gerald membaringkan tubuh Ana dengan perlahan di tempat tidur. Gerald melepas jas dan membuka beberapa kancing teratas kemejanya. Gerald ikut membaringkan dirinya di samping Ana. Matanya menatap langit-langit kamar Ana. Pikirannya tiba-tiba teringat ke masa lalunya. # Flashback"Ma." panggil seorang anak laki-laki berseragam smp.Sang perempuan berbaju hitam yang di panggil 'mama' terlihat hanya menatap kosong jendela besar di depannya. Badannya tidak bergerak s
"Ibu," Gerald bergumam dalam tidurnya."Ibu, jangan tinggalkan aku!" teriak Gerald dengan tangan yang berusaha menggapai sesuatu."Ibu! Ibu!" teriak Gerald dengan kencang.Ana yang tidur di samping Gerald langsung terbangun dari tidurnya karena mendengar suara teriakan yang sangat mengganggu tidurnya. Ana mengusap dadanya. Pertama ia terkejut dengan suara Gerald, dan yang ke dua ia terkejut melihat Gerald tidur di tempat tidurnya. Ana refleks langsung melihat ke tubuhnya untuk memastikan jika pakaiannya masih lengkap."Ibu," gumam Gerald lagi.Ana menengokkan kepalanya ke arah Gerald. Laki-laki itu terus menyebutkan kata 'ibu' sedari tadi. Sepertinya Gerald sedang bermimpi buruk sehingga ia mengatakan sesuatu dalam tidurnya. Ana menoel pipi Gerald pelan. Ia sedikit takut untuk membangunkan Gerald di tengah tidurnya. Tapi ia juga khawatir melihat Gerald yang terus menggumamkan kata 'ibu'. Bahkan keringat sudah memb
Saat Ana kembali ke meja makannya, ia melihat Gerald sudah ada disana sedang memakan sarapannya. Ana kembali duduk di kursi yang tadi ia duduki. Ia kembali melanjutkan sarapannya yang tadi tertunda.Ana melirik Gerald, pria itu tidak menanyakannya apapun. Padahal pria itu melihatnya habis dari luar barusan. Entahlah mungkin saja Gerald tidak ingin berbicara kepadanya karena soal semalam.Tapi yang Ana lihat pria itu menjadi lebih dingin karena kejadian semalam. Ana tidak tahu seperti apa masa lalu pria itu. Tapi yang Ana tahu, laki-laki itu memiliki sisi rapuh di balik sisi kejamnya. Dan semalam menurut Ana Gerald lebih terlihat manusiawi dari biasanya."Kenapa kau menatapku?" tanya Gerald datar."Ha," Ana langsung menundukkan kepalanya menatap ke piring sarapannya. Ia tidak sadar jika ia dari tadi memperhatikan Gerald. Ana mengumpat dalam hati karena tindakan bodohnya. Bagaimana ekspresinya tadi saat menatap Ger