Edo tidak tahu.Namun, dia juga tidak yakin.Edo merokok dalam diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Wiki juga menyalakan sebatang rokok. Kemudian, dia menanyakan pertanyaan yang membuatku sangat bingung, "Kamu tahu masalahku, bagaimana dengan masalahmu? Katakan dengan jujur, apa kamu suka dengan kakak iparmu?""Nggak." Edo menoleh ke samping. Edo merasa bersalah. Dia juga takut Wiki akan menyadari sesuatu.Wiki tertawa, "Nggak? Kalau nggak, kenapa kamu masuk ke kamar kami?""Aku hanya penasaran. Apa nggak boleh?""Edo, aku melihatmu tumbuh dewasa. Aku sangat memahami orang seperti apa kamu.""Apa kamu tahu kenapa aku membiarkanmu tinggal di rumahku? Karena aku tahu kamu jujur. Kamu nggak berani memiliki pemikiran yang nggak pantas pada istriku. Jadi, aku membiarkanmu tinggal di rumahku.""Tapi, aku nggak bodoh. Aku tahu apakah kamu berubah atau tidak."Kata-kata Wiki langsung membuatku panik.Edo hanya bisa merokok untuk menyembunyikan kepanikannya.Edo tidak peduli apakah Wiki aka
Edo berkata sambil tersenyum sinis, "Jangan mengajariku karena kamu lebih tua. Kamu hanya beberapa tahun lebih tua dariku. Jangan berpura-pura menjadi orang bijak."Jika Wiki benar-benar sukses, Edo akan setuju dengan apa yang dia katakan. Namun, sekarang Wiki adalah seorang pecundang. Atas dasar apa dia mengajari Edo?Edo benar-benar meremehkan apa yang dikatakan oleh Wiki.Setelah Wiki mengisap rokok di tangannya, dia berkata dengan nada dingin, "Dulu, kamu terus memanggilku Kak Wiki. Sekarang, kamu bahkan berbicara padaku seperti ini.""Sejujurnya, aku cukup senang. Hal ini menunjukkan bahwa kamu sudah dewasa."Edo berpikir dalam hati kenapa Wiki merasa bahagia?Jika Wiki merasa bahagia, dia tidak akan menunjukkan ekspresi seperti ini.Sekarang, Edo telah mengetahui sifat asli Wiki.Wiki adalah pria yang egois dan sombong.Wiki masih ingin menggunakan metode ini untuk mengontrol Edo.Apakah dia mengira Edo masih seperti dulu?Kekanakan sekali.Sekarang, selain merasa jijik dan merem
Wiki kembali membangkitkan kemarahan Edo.Edo berkata dengan marah, "Aku akan menyampaikan semua kata-katamu pada Kak Nia. Aku akan menyuruh Kak Nia menceraikanmu."Wiki tersenyum sinis. Dia tidak menghentikan Edo, tetapi dia malah berkata, "Oke. Katakan saja. Kalau kamu berani bilang. Aku akan memberi tahu orang tuamu tentang kamu yang menjadi gigolo."Edo memandang Wiki dengan ekspresi linglung. Dia tidak menyangka Wiki akan berbicara seperti itu.Sekarang, akhirnya Edo mengerti kenapa Wiki begitu percaya diri. Hal ini karena dia tahu kelemahan Edo.Edo adalah anak yang berbakti. Dia tidak bisa tidak peduli dengan harga diri orang tuanya.Namun, Edo merasa sangat marah.Dia marah karena tidak bisa melakukan apa pun pada Wiki. Dia marah karena tidak mampu melindungi Nia dengan baik.Edo sangat marah hingga dia membanting asbak di depannya.Dia membanting asbak hingga sepotong ubin hancur.Wiki masih tampak tenang. "Demi persaudaraan kita, aku nggak memintamu ganti rugi untuk ubin ini.
Edo tidak tahu apakah ini kekhawatirannya yang tidak berdasar. Namun, Edo tahu bahwa dia sama sekali tidak bisa membiarkan hal ini terjadi.Edo pernah mengatakan bahwa dia akan melindungi Nia. Meskipun mereka tidak memiliki masa depan, Edo akan tetap menepati janjinya.Edo berpikir sejenak. Akhirnya, dia memutuskan untuk memberi tahu Nia tentang ponsel dan sifat asli Wiki.Setidaknya, Nia dapat berjaga-jaga agar tidak memiliki anak.Edo menuliskan semua yang terjadi tadi malam. Kemudian, dia mengirimkan pesan WhatsApp pada Nia.Setelah melakukan semua ini, akhirnya Edo dapat bernapas lega.Nia tidak membalas pesannya.Sekarang, waktu sudah pukul dua malam. Nia pasti sudah tertidur.Edo hanya berharap keesokan harinya, Nia akan melihat pesan di ponselnya.Akhirnya, Edo dapat menghilangkan kekhawatirannya. Dia bisa tidur nyenyak.Keesokan harinya, Edo bangun seperti biasa.Dia menyadari Nia tidak membalas pesannya.Hal ini membuat jantung Edo berdetak kencang.Biasanya, Nia bangun pagi.
Nia selalu ingin memiliki anak. Di dalam hatinya, dia sangat ingin memiliki anaknya sendiri.Sejujurnya, saat melihat Nia seperti ini, Edo merasa sangat kasihan."Kak Nia, terkadang menurutku kamu menjalani kehidupan yang sangat nyata. Tapi, terkadang menurutku kamu sedikit linglung.""Sebelumnya, saat kamu membujuk Kak Lina, kamu sangat adil dan nyata. Tapi, setelah masalah menimpamu, kenapa kamu begitu bimbang?"Nia berkata sambil tersenyum getir, "Memang seperti itu, 'kan? Saat membujuk orang lain, kita lebih nyata dibanding siapa pun. Tapi, kalau masalah terjadi pada kita, kita nggak bisa berpendapat sama sekali."Edo merasa sangat kasihan pada Nia. Namun, dia tidak bisa membantunya memilih.Nia tetap harus menentukan pilihannya sendiri.Edo benar-benar merasa kasihan pada Nia. Jadi, dia berkata sambil memegang tangannya, "Kak Nia, apa pun pilihanmu, aku akan mendukungmu. Aku akan selalu melindungimu.""Jangan bersedih. Melihatmu seperti ini, aku juga sedih.""Aku harap kamu bahagi
Setelah Edo mempersiapkan bahan layanan pijat lengkap, dia mulai memijat Dora secara menyeluruh.Edo merasa memberikan pijatan pada wanita yang terawat merupakan suatu kesenangan.Dora berbaring di ranjang. Tampaknya, dia telah tertidur.Edo memanggil dengan suara pelan, "Bu Dora, Bu Dora?"Dora tidak menjawabnya.Sekarang, Edo yakin bahwa Dora benar-benar telah tertidur.Setelah layanan pijat lengkap selesai, Dora tertidur lagi.Dora hanya bisa menyelimuti Dora. Dia bersiap untuk beristirahat di luar.Kamar pribadi Yasan masih tergantung papan tulisan "istirahat".Saat ini, sudah hampir jam 10. Kenapa Yasan belum datang?Selain itu, Yasan tidak menelepon Edo.Aneh sekali.Tepat ketika Edo bertanya-tanya, sosok Yasan berjalan masuk dari pintu.Dia menunjukkan senyum bangga.Edo berjalan mendekat dan bertanya, "Ada apa? Kenapa kamu terlambat hari ini? Kamu nggak mengangkat telepon dan nggak membalas pesan WhatsApp-ku."Yasan menuang segelas air, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku ada u
"Apa Pak Edo puas dengan masalah Pak Dono?"Saat Edo baru mengambil tip itu, dia mendengar Dora berkata seperti itu. Edo langsung tercengang."Bu Dora, maksudmu Dono dipecat karena kamu?"Dora berkata pada Edo sambil tersenyum, "Aku nggak perlu turun tangan untuk mengurus orang seperti dia. Aku dan suami Anna memiliki hubungan bisnis. Pria itu nggak suka dengan Dono. Aku hanya perlu memberitahunya tempat Dono bekerja. Dia pasti akan memikirkan cara untuk mengusir Dono."Ternyata begitu.Namun, kenapa tiba-tiba Dora ingin mengusir Dono?"Bukankah semua ini karena kamu? Aku tahu Dono sangat picik. Dia juga sangat iri.""Dia melihat kamu bersamaku. Dia pasti akan iri dan mencari masalah denganmu.""Nggak disangka Bu Dora sangat memedulikanku. Terima kasih, Bu Dora," kata Edo dengan sepenuh hati.Edo dan Dora jarang bertemu. Dia juga tidak tahu banyak tentang wanita kaya ini.Namun, Dora berniat membantu tukang pijat biasa seperti Edo. Edo merasa sangat bersyukur.Dora tersenyum pada Edo.
"Nggak apa-apa kalau kamu memiliki kebutuhan lain," kata Dora padaku sambil menunjukkan senyuman misterius.Hal ini membuat Edo berpikir apa maksud dengan Dora? Apakah dia mengisyaratkan sesuatu?Seharusnya tidak seperti itu.Dora adalah seorang wanita bermartabat. Bagaimana mungkin dia menyukai orang seperti Edo?Bukankah Edo terlalu percaya diri?Namun, Edo merasa malu dan tidak nyaman."Oke, aku mengerti," kata Edo tanpa sadar.Dora tiba-tiba menghampiri Edo, lalu membantunya merapikan pakaiannya.Tindakannya itu membuat Edo berpikir aneh-aneh.Karena tindakan Dora terlalu ambigu.Edo tanpa sadar ingin berjalan mundur. Namun, begitu dia mencium aroma tubuh Dora, lalu melihat kulit Dora yang harus dan putih.Sosoknya yang seksi.Selain itu, auranya yang bermartabat.Pemandangan itu membuat Edo tidak bisa menahan dirinya.Sebenarnya, Dora dan Helena adalah tipe wanita yang sama. Mereka sangat memesona dan memikat. Pada saat bersamaan, mereka juga menunjukkan aura bermartabat.Namun, E
"Nggak bisa," tolak Edo langsung atas usulan Lina."Kak Lina, aku hanyalah adalah pekerja biasa. Aku juga masih muda dan nggak memiliki prestasi.""Kalau aku pergi ke rumahmu untuk meminta bantuan dari ayahmu. Ayahmu akan semakin meremehkanku. Semakin kecil kemungkinan dia akan mengizinkan kita bersama."Karena hal ini, Edo tidak akan pernah pergi ke rumah Lina.Lina memegang tangan Edo, lalu dia berkata sambil menghibur Edo, "Aku mengerti maksudmu. Tapi, sekarang keselamatanmu terancam. Kamu harus memastikan keselamatanmu terlebih dahulu.""Aku bisa melindungi diriku sendiri, percayalah!" kata Edo dengan sangat yakin.Hal yang terpenting adalah Edo ingin memberi tahu Lina bahwa dia adalah pria dewasa. Edo tidak bisa mengandalkan Lina untuk membantunya dalam segala hal.Lina menatap Edo dengan sedih. "Kenapa kamu begitu sungkan padaku? Aku bahkan nggak keberatan ....""Kak Lina, jangan katakan lagi. Aku sudah memutuskan," sela Edo dengan nada serius.Lina menghela napas dalam-dalam. "B
Helena mengangkat kepalanya, lalu menatap Tiano dengan matanya yang besar dan berkaca-kaca.Tiano menciumnya dengan kuat. "Jangan seperti ini. Aku akan merasa tertekan.""Apa kamu akan merasa tertekan? Kamu menyuruh Larto pergi ke Kota Jimba untuk menyelidiki keberadaanku. Kamu meragukanku. Kamu nggak percaya padaku sama sekali."Tiano mencubit pipinya. "Aku salah. Aku akan menelepon Larto sekarang untuk memintanya kembali."Saat berkata, Tiano mengeluarkan ponselnya. "Larto, kembalilah.""Lihatlah, aku melakukan apa yang kamu katakan. Kamu seharusnya bahagia, 'kan?"Helena bersandar ke pelukannya. "Nggak ada yang perlu aku banggakan. Kalau kamu mendengarkanku, aku sudah merasa sangat puas.""Kamu selalu bilang aku berubah. Nyatanya, kamu juga banyak berubah. Aku nggak bergantung padamu seperti dulu. Tapi, bisakah kamu juga berhenti mengekangku seperti sebelumnya?""Semua orang tahu aku adalah pacarmu. Apa aku bisa kabur?"Saat berkata, air mata Helena mengalir dengan perlahan.Helena
"Helena bertanya, "Apa yang aku lakukan padamu?"Edo menjawab dengan marah, "Karena kamu, pacarmu mengirim orang ke Kota Jimba untuk membunuhku. Dia hampir membunuhku siang tadi. Sekarang, dia mengejarku lagi. Aku benar-benar hampir terbunuh olehmu."Di vila.Saat dia melihat pesan yang Edo kirim, Helena mengerutkan keningnya. "Apa kamu baik-baik saja?"Edo mengambil foto dirinya dan mengirimkan pada Helena. "Lihatlah sendiri, lenganku digips. Dua tulang rusukku patah. Aku masih dalam masa pemulihan. Saat aku keluar makan malam, pria itu muncul seperti hantu. Kalau aku nggak kabur dengan cepat, aku mungkin sudah menjadi mayat sekarang."Helena membalasnya, "Kalau kamu mati, aku akan mendoakanmu sesegera mungkin."Edo mengumpat, "Sialan, aku sudah seperti ini. Kamu masih mengolok-olokku. Kamu benar-benar wanita yang nggak berperasaan!"Edo sangat marah. Jika Helena ada di sisinya, dia pasti akan memberinya pelajaran.Helena membalas Edo, "Aku memang wanita yang nggak berperasaan. Kalau
Lina berkata, "Edo, ini sudah larut. Cepatlah kembali."Edo terkekeh. "Kak Lina, apa kamu merindukanku?""Jangan membuat masalah. Aku mengkhawatirkanmu. Ini sudah larut. Kamu juga terluka. Bagaimana kalau kamu bertemu orang jahat?""Mana ada orang jahat .... Sialan!"Edo langsung tercengang.Lina bertanya dengan cepat, "Ada apa? Edo, apa yang terjadi?"Edo melangkah mundur dengan gemetar.Tidak jauh di depan Edo, Larto yang berambut putih itu menatap Edo dengan ekspresi masam.Edo benar-benar tidak beruntung, bukan?Edo baru mengatakan dia tidak akan bertemu orang jahat. Alhasil, orang jahat itu muncul.Terlebih lagi, jalan ini relatif jauh. Edo bahkan tidak dapat menghubungi siapa pun untuk meminta bala bantuan.Edo tidak punya waktu untuk menjelaskannya pada Lina. Dia langsung menutup telepon, lalu berbalik dan melarikan diri.Larto mengikuti dengan perlahan.Edo menoleh ke belakang. Dia melihat sosok Larto semakin menjauh.Begitu Edo menghela napas lega, Larto tiba-tiba mulai berlar
"Edo, apa katamu?" Kiki menatap Edo dengan mata terbelalak. Ekspresinya tampak tidak percaya.Edo berkata dengan jujur, "Ibunya bilang dia merindukan seorang pria.""Eh, benarkah?""Sungguh. Untuk apa aku berbohong padamu?"Ekspresi Kiki menjadi semakin aneh. "Kuncinya, ibunya Agnes punya suami."Edo mulai berbicara omong kosong dengan serius, "Apa salahnya punya suami? Punya suami bukan berarti ibunya akan puas. Mungkin sekarang ayahnya sudah setengah baya dan lemah. Sementara ibunya masih sangat bergairah di usia ini."Saat berkata, Edo melihat ke arah Agnes. "Agnes, apa kata-kataku benar?""Bagaimana aku tahu?" teriak Agnes.Edo mencibir dalam hati.Siapa yang meminta Agnes menjadikan ibunya sebagai tameng? Apa kamu pikir Edo bodoh?Karena Agnes ingin bermain, Edo akan bermain dengannya."Agnes, aku sarankan kamu membawa ibumu ke dokter sesegera mungkin. Kalau nggak, depresi jangka panjang akan membuatnya sakit."Kalimat ini sebenarnya merupakan petunjuk bagi Agnes. Edo meminta Agne
Keduanya akan bertemu nanti.Kiki berkata dengan penuh semangat, "Edo, tunggu di sini. Aku akan menjemput Agnes.""Aku nggak akan menunggu lagi. Kalian berdua akan bertemu. Aku nggak mau menjadi obat nyamuk."Kiki berkata dengan cepat, "Nggak bisa. Kamu adalah penyelamatku. Tanpa kamu, aku masih akan menghindari Agnes.""Aku dan Agnes harus mengucapkan terima kasih secara langsung. Dengarkan aku. Tunggulah di sini."Setelah berkata, Kiki mengendarai sepeda listriknya dengan gembira.Setelah Kiki pergi, Edo segera mengeluarkan ponselnya dan membaca obrolannya dengan Agnes kemarin.Terutama pesan suara yang masih membuat Edo tersipu hingga saat ini.Edo segera menghapus percakapan itu.Dengan begitu, dia tidak memiliki bukti lagi.Saat ini, ponselnya menerima pesan WhatsApp dari Agnes, "Halo, aku ibunya Agnes. Aku adalah orang yang mengobrol denganmu kemarin menggunakan ponsel Agnes. Aku hanya ingin menguji apakah kamu dan Agnes berhubungan?"Bagaimana mungkin Edo memercayainya?Jelas-je
"Agnes, aku nggak ingin bersembunyi darimu. Aku hanya nggak tahu bagaimana menghadapimu. Aku ....""Berhenti bicara omong kosong. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Kamu mau menemuiku atau nggak?"Edo mengangguk dengan panik untuk memberi isyarat Kiki agar menyetujuinya.Kiki masih sedikit ragu. "Eh ... bisakah kamu menunggu sampai besok? Kalau aku berhasil dalam wawancara besok, kita akan bertemu. Kalau nggak ... kamu carilah pria lain.""Cari kelapamu! Kiki, kamu juga tahu orang yang aku suka saat itu bukan kamu. Tapi pada akhirnya, aku memutuskan untuk bersamamu.""Aku selalu serius pada keputusanku. Sekarang, aku sudah bersamamu. Aku nggak pernah berpikir untuk bersama pria lain lagi.""Aku sudah bertahan selama bertahun-tahun. Sekarang, kamu menyuruhku mencari pria lain. Kenapa kamu nggak mati saja?"Agnes menangis dan mengutuk.Edo mendengarnya dengan tidak berdaya. Dia tidak menyangka wanita ini begitu galak.Kiki sangat malu. "A ... aku juga nggak ingin seperti ini. Aku sanga
Karena ini belum terlalu larut, Edo tahu Harmin belum tertidur. Jadi, dia mengiriminya pesan WhatsApp.Harmin membalas Edo dengan cepat, "Oke. Minta temanmu datang besok untuk wawancara."Edo mengarahkan telepon ke arah Kiki. "Bos kami memintamu untuk pergi ke sana dan wawancara besok."Kiki sangat bersemangat sehingga dia menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian dia berkata pada Edo, "Edo, kamu adalah penyelamatku. Aku akan bersulang untukmu.""Sialan, jangan berlebihan."Kiki meminum segelas anggur dalam satu tarikan napas, lalu dia berkata pada Edo dengan mata memerah, "Aku nggak melebih-lebihkan. Kamu bahkan nggak tahu betapa sulitnya hidupku selama ini."“Pekerjaanku nggak berjalan dengan baik. Kehidupan cintaku juga nggak berjalan dengan baik. Aku juga nggak disukai oleh orang tuanya Agnes.""Kadang-kadang aku merasa apa aku benar-benar nggak pantas hidup?"Edo segera berkata, "Setiap orang mempunyai nilainya masing-masing. Jangan berpikir macam-macam.""Tapi, ap
Kiki masih sangat hebat. Dengan satu lawan tiga, dia menghajar ketiga orang itu hingga mereka menjerit kesakitan.Akhirnya, keempat pria itu melarikan diri.Sekujur tubuh Edo kesakitan hingga air matanya berlinang. Namun, dia memandang Kiki dengan bahagia. "Bro, aku nggak menyangka kamu memiliki keterampilan ini. Kamu menyembunyikannya terlalu dalam."Kenapa saat kuliah, Edo tidak menyadarinya?Kiki membantu Edo berdiri. Namun, tubuh Kiki juga terasa sakit.Meski gerakan Kiki sangat kejam, bagaimanapun lawan mereka berjumlah empat orang. Saat mereka bertarung, Kiki benar-benar tidak mampu menahannya.Namun, bagaimanapun juga, Kiki pasti jauh lebih baik dari Edo.Mereka saling memapah, lalu duduk di tepi jalan.Perban di lengan Edo terlepas, sehingga lengan kanannya terkulai lemas.Tulang Edo mungkin patah lagi.Kiki melihat bekas luka Edo sambil berkata, "Edo, maafkan aku. Aku telah merepotkanmu.""Kita adalah teman, kenapa kamu begitu sungkan?""Omong-omong, kemarin aku bilang aku ing