"Kamu pernah bertemu dengan suamiku? Kapan? Waktu di mobil?" tebak Nancy.Aku tidak menjawab.Karena adegan itu kembali melintas di benakku.Nancy mempererat genggamannya hingga tubuhku pun tertekan ke bawah. "Malam itu, benar?"Setelah diusik olehnya, pikiranku menjadi makin kacau.Aku ingin menghindar, tetapi tidak bisa menghindar."Sepertinya kita nggak pernah berhubungan di mobil, mau coba?" Nancy mulai menggodaku lagi.Nafsuku langsung terpancing.Darah di sekujur tubuhku bergejolak.Namun, akal sehatku memberitahuku bahwa aku tidak boleh berbuat seperti itu."Nggak, berhentilah menggodaku. Aku nggak bakal terjebak.""Benaran nggak mau? Berani biarkan aku menyentuhmu?" Sembari berbicara, Nancy memasukkan tangannya ke pakaianku.Dia seperti seekor rubah licik.Aku tahu apa yang ingin dia lakukan.Aku segera meraih tangannya sambil berkata, "Berhentilah berulah, aku masih harus bekerja."Setelah berkata demikian, aku mendorongnya menjauh.Namun, Nancy menjepit pinggangku dengan sala
"Teddy, bukannya kamu bilang nggak bakal sentuh aku lagi?"Setelah berkata demikian, Nancy menatapku sambil tersenyum menawan.Aku malu.Aku memang berkata seperti itu dan bahkan bersumpah dalam hati. Namun kenyataannya, aku menjilat ludah sendiri.Aku pun menyesal.Aku sungguh ingin menampar diriku sendiri.Kenapa aku tidak bisa memutus hubungan dengan wanita ini?Setelah merapikan pakaiannya, Nancy mendatangiku dan mencubit pipiku. "Sudah, jangan sedih. Aku cuma bercanda.""Aku sangat menyukaimu dan kamu nggak boleh nggak menyentuhku."Artinya, wanita ini akan terus menggangguku.Aku sungguh kewalahan.Aku menggaruk rambutku dengan frustrasi.Kemudian, aku menjelaskan padanya, "Tadi salahku, aku nggak seharusnya sentuh kamu. Kuharap itu adalah terakhir kalinya. Ke depannya, sebaiknya kita jangan menghubungi satu sama lain lagi, oke?"Nancy sama sekali tidak marah, dia malah menatapku sambil tersenyum, "Oke, kamu boleh nggak menghubungiku, tapi kamu nggak bisa melarangku menghubungimu
Melihat Bu Yuna akan pergi, aku agak tidak rela.Ketika bergaul dengan Bu Yuna, aku merasa sangat bermartabat dan cerdas.Suasana hatiku sangat baik.Terlebih lagi, sekujur tubuh Bu Yuna memancarkan aura elegan. Aku dapat merasakan bahwa dia memang berasal dari keluarga terpelajar.Namun, aku tidak memiliki alasan untuk melarangnya pergi.Aku memandang Helena dengan tidak berdaya.Helena tiba-tiba berjalan mendekat, tatapannya sangat aneh.Tanpa sadar, aku mundur dua langkah. "Kamu mau apa? Kenapa menatapku seperti ini?"Helena tersenyum menawan dan mengalihkan pandangannya ke salah satu anggota tubuhku. "Tadi, sahabatku ada di sini, aku harus jaga diri. Sekarang, dia sudah pergi, aku nggak usah mengendalikan diri lagi.""Mengendalikan diri apaan? Kamu mau apa?" Aku makin waspada. Karena aku merasa Helena akan melancarkan serangan diam-diam.Dugaanku benar. Setelah mendekatiku, Helena tiba-tiba meraihku.Untungnya, aku tangkas dan langsung menghindar ke samping.Namun, aku cukup kaget.
Bukankah ini mudah?Aku cukup mengatakan bahwa kami tidak melakukan apa pun dan hanya mengobrol.Namun, Helena segera memperingatkanku. "Syaratnya, kamu nggak boleh bohong. Nanti, aku bakal pastikan dengan wanita itu. Kalau kamu ketahuan bohong, habis kamu."Aku berpikir dalam hati, 'Apa wanita ini iblis?'Bisa-bisanya ingin memastikan dengan Kak Nancy?Ini hanya masalah kecil, apa perlu dibesar-besarkan seperti ini?Kenapa aku merasa disudutkan olehnya?Aku sungguh kewalahan. "Nona Helena, apa maksudmu? Kita cuma teman biasa, apa kamu perlu mempersulitku seperti ini?"Helena bertanya padaku, "Aku mempersulitmu? Setiap aku datang buat dipijat, tip yang kukasih kurang banyak?""Cukup banyak.""Kalau begitu, apa aku meremehkan keterampilanmu atau menjelek-jelekkanmu?""Nggak.""Jadi, kenapa kamu bilang aku mempersulitmu?""Kamu terus menanyakan masalah pribadiku, bukankah ini mempersulitku?" Aku mengungkapkan isi hatiku.Helena mendengus dingin, lalu berkata, "Hei, aku kekasih Tiano. Aku
Mendengar ucapan ini, detak jantungku berdebar kencang. Aku segera menjawab dengan ekspresi dingin, "Jangan sembarangan ngomong. Dia kakak iparku, mana mungkin aku punya niat lain padanya?""Hmph, siapa tahu? Bukannya ada pepatah, bermain dengan kakak ipar lebih asyik. Pria memang berbahaya."Aku menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu berpikir demikian, aku bisa apa?"Helena menendangku dengan kakinya. "Jangan melamun, lanjut pijat aku."Aku mengembuskan napas dan berjalan ke hadapannya.Helena kembali berbaring di meja pijat.Aku menuangkan minyak esensial ke tanganku, lalu mulai memijat punggungnya.Sejujurnya, rasanya sangat nikmat.Bagaimanapun, jarang ada wanita yang memiliki punggung secantik ini.Aku berharap Helena berbaring tenang dan tidak lanjut bertanya padaku. Aku kewalahan menjawab pertanyaannya.Namun, wanita ini sangat aktif berbicara.Dia lanjut bertanya padaku, "Kamu punya pacar, nggak? Aku mau dengar jawaban jujur."Aku berpikir dalam hati, 'Kamu kira aku bodoh?'
Aku tidak seharusnya berkata demikian, dia pasti tidak akan menyerah begitu saja.Aku tidak menanggapinya.Helena kembali mencubit kakiku. "Mana fotonya? Cepat tunjukkan ke aku.""Nggak, aku nggak mau tunjukkan ke kamu." Aku langsung menolak.Helena memperkuat cubitannya. Aku sontak mendesis kesakitan.Aku berkata dengan tertekan, "Ah, sakit sekali. Bisakah kamu lebih pelan?"Helena sangat galak. "Siapa suruh kamu nggak patuh? Kamu cukup tunjukkan fotonya ke aku.""Sepertinya ini privasiku, kamu nggak berhak memaksaku.""Aku nggak memaksamu, aku cuma penasaran. Kamu nggak harus tunjukkan fotonya, tapi aku bakal terus cubit kamu."Helena berencana untuk mencubitku habis-habisan.Sembari berbicara, dia menggaruk kakiku.Rasanya lebih tidak menyenangkan daripada dicubit.Garukannya membuat sekujur tubuhku tidak nyaman.Hatiku terasa sangat geli.Aku memohon ampun. "Berhentilah menggaruk, aku nggak tahan.""Aku nggak peduli, aku mau melakukannya."Kuku Helena sangat panjang, tetapi dia men
Pertama, aku takut mati. Kedua, aku tidak nyaman.Menimpa wanita cantik tanpa berbuat apa pun terasa sangat menyiksa.Namun, Helena memeluk erat pinggangku. "Kemarin, kamu membiarkanku tidur di pelukanmu. Hari ini, kok nggak mau berbaring di atas tubuhku?""Beda.""Apanya yang beda? Apa berbaring di pelukanmu bukan termasuk kontak fisik?"Menurutku, kedua hal ini berbeda, tetapi aku tidak bisa mengutarakan alasannya.Pada akhirnya, aku pun berkata, "Oke, kuturuti kemauanmu. Tapi, kamu harus janji, nggak boleh ajukan permintaan aneh-aneh.""Kali ini, kamu harus tepat janji. Kalau nggak, aku nggak bakal layani kamu lagi."Dengan adanya pengalaman sebelumnya, aku pun memperingatkan Helena.Dengan begitu, Helena tidak akan mengingkari janjinya.Mendengar ucapanku, Helena tersenyum puas. "Oke, aku setuju. Aku janji, kali ini aku akan menepati janjiku."Setelah Helena berkata demikian, aku perlahan-lahan mendekatkan tubuhku.Helena menatapku dengan sepasang mata belo. Alhasil, aku agak malu.
"Jawab, cepat jawab." Helena memaksaku untuk memilih.Namun, sebenarnya hatiku lebih mengarah ke Kak Nia.Kak Lina bagaikan dewi yang memberiku kebebasan untuk memilih. Namun, di saat aku membutuhkan, dia siap menjadi sandaranku.Dia seperti pasangan hidupku! Aku bersedia bekerja keras untuknya, menikah dan mempunyai anak dengannya, bahkan menghabiskan sisa hidup bersamanya!Sedangkan sejak pertama kali Wiki membawa Kak Nia pulang ke desa, dia sangat cantik dan memukau. Dia menciptakan kesan yang mendalam di hatiku.Beberapa tahun ini, Kak Nia sering muncul di mimpiku. Kak Nia-lah yang mengubahku dari anak laki-laki menjadi pria dewasa!Kak Nia berperan penting dalam proses pertumbuhanku.Kalau dia bukan kakak iparku, aku pasti akan mengejarnya.Jadi, kalau dibandingkan, Kak Nia lebih berarti dari Kak Lina.Namun, aku tidak mungkin berbuat seperti itu dan tidak boleh berbuat seperti itu!Bagaimanapun, kita harus menerima kenyataan.Jadi, aku berbohong. "Tentu saja, Kak Lina. Dia adalah
Aku segera berdiri. "Jadi, kamu pergi begitu saja?"Bella memutar bola matanya dengan dingin. Aku tidak mengatakan apa pun. Aku langsung berjalan keluar.Dora berkata, "Dia pasti sudah mengatur sebelumnya. Ayo kita ikuti dia dan lihat."Aku agak bingung. Apakah Bella sudah punya rencana?Aku dan Dora mengikuti Bella ke pintu masuk perusahaan Johan.Sekarang, waktu sudah lewat pukul dua pagi. Suasananya sunyi senyap. Tidak ada seorang pun di sekitar.Saat aku hendak menanyakan sesuatu, sesosok tubuh menyelinap keluar dari balik semak-semak.Namun, itu bukan Johan, melainkan Wiki.Saat melihat kami, Wiki tidak takut. Dia hanya mencibir, "Edo, kamu nggak berpikir kamu dapat menemukan Johan seperti ini, 'kan?"Aku menggertakkan gigiku dan menatap Wiki. "Cepat atau lambat Johan akan mendapat masalah. Kalau kamu terus bekerja sama dengannya, itu hanya akan merugikan dirimu sendiri. Wiki, berhentilah sebelum terlambat.""Berhenti? Haha, Edo, kualifikasi apa yang kamu miliki untuk mengatakan i
Aku segera membantah, "Nggak, nggak. Dulu, aku sering bertengkar sama dia. Tapi, sekarang dia membantuku. Jadi, aku pikir aku seharusnya mengalah.""Pukul tanda cinta, marah tanda sayang. Bukankah bertengkar juga merupakan bentuk kasih sayang?" tanya Dora dengan wajar. "Selain itu, apa kalian akan memukul dan saling menyakiti? Aku rasa paling-paling kalian hanya mencoba untuk menekan kesombongan pihak lain."Aku merasa Dora sangat menakjubkan. Saat Bella dan aku bertengkar, dia seakan berdiri di samping.Aku menatap Dora dengan tatapan terkejut. "Bu Dora, kenapa kamu sangat mengenal kami? Aku merasa analisismu benar-benar akurat."Dora berkata sambil tersenyum puas, "Aku hanya seorang pengamat, jadi aku melihat segala sesuatu dengan jelas.""Hubungan antara manusia sangatlah rumit. Ada yang saling mencintai. Ada yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Ada yang awalnya nggak suka, tapi kemudian timbul rasa suka. Ada yang suka bertengkar ....""Menurutku, kamu dan Nona Bella adalah tipe p
Dora meminta staf kantor detektif untuk kembali terlebih dahulu, kemudian dia mengikutiku berjaga di luar perusahaan Johan.Tidak lama kemudian, Bella juga muncul.Kedatangan Bella sangat mengejutkanku."Kenapa kamu datang?""Aku khawatir kamu akan mati di sini dan aku nggak tahu." Bella terus melontarkan pernyataan yang mengejutkan.Namun, leluconnya itu justru membuatku merasa jauh lebih rileks.Selain itu, aku tahu dia datang untuk membantuku.Aku sangat berterima kasih atas keberanian dan perhatiannya."Di mana Kak Andre? Kamu nggak mengajaknya?"Bella ada di sini. Kenapa Andre tidak datang?Alhasil, Bella berkata, "Kalau Andre muncul, menurutmu Johan berani muncul?"Tampaknya Andre bersembunyi di dekat sini.Dengan dukungan Andre, aku merasa jauh lebih tenang."Terima kasih!" kataku pada Bella dengan tulus.Awalnya, Bella tertegun. Kemudian, dia memutar bola matanya ke arahku, "Kenapa kamu tiba-tiba begitu sopan padaku?"Aku menggaruk kepalaku dengan canggung. "Kali ini dari lubuk
Barto bisa menemukan seratus atau seribu alasan untuk menipu putrinya. Jika Johan si bajingan itu tidak bersama putrinya, bukankah putrinya akan menjalani kehidupan yang lebih baik?Jika aku menjadi Barto, aku lebih baik membiarkan Johan menghilang selamanya dan tidak muncul lagi.Barto tidak mau menjawab pertanyaanku. Dia hanya berkata dengan nada dingin, "Kamu terlalu banyak bertanya. Berhati-hatilah agar nggak mendapat masalah."Dora diam-diam menarik lenganku. Dia memberi isyarat agar aku berhenti berbicara.Aku mengangguk, lalu berkata pada Barto, "Oke, aku bisa membantumu menemukan Johan. Setelah itu, utangku padamu akan lunas."Setelah berkata, aku membawa Dora pergi.Dora bertanya apakah aku punya ide?"Johan pasti takut pada Barto, jadi dia bersembunyi. Mungkin kita nggak mudah untuk menemukannya."Ada begitu banyak orang di sini. Di mana aku bisa menemukannya?Hal tidak ada bedanya dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami.Aku memikirkannya dan berkata, "Johan pasti membenc
Johan tidak menyangka bahwa orang yang dicarinya justru akan berbalik melawannya."Apa yang kalian lakukan? Apa yang kalian lakukan? Kalian mau memberontak?" Johan sangat marah hingga berteriak dengan panik.Pria dengan kemeja bermotif bunga mendengus dingin. "Pak Barto memintamu untuk kembali."Di antara orang-orang yang dikenal Johan, hanya ada satu orang yang bernama Barto. Jadi, orang yang terlintas pertama kali dalam benaknya adalah Barto, ayah mertuanya.Johan tiba-tiba menyadari bahwa ini semua adalah jebakan.Barto dan aku bekerja sama untuk membuatnya jatuh ke dalam jebakan mereka.Sayangnya, dia baru bereaksi sekarang.Johan tahu betul apa yang akan terjadi jika dia jatuh ke tangan Barto.Dia tidak bisa kembali. Dia juga tidak akan kembali."Sialan." Johan mengambil batu bata dan melemparkannya ke arah pria dengan kemeja bermotif bunga, kemudian dia segera melompat ke dalam mobil van dan melaju pergi.Tidak seorang pun yang menduga akan seperti ini.Setelah pria dengan kemeja
Hal ini menunjukkan betapa seriusnya perasaan rendah diri yang dimilikinya."Patahkan salah satu kakinya dulu!" teriak Johan pada orang-orang itu dengan marah.Para preman itu menyerbu ke arahku sambil membawa senjata di tangan.Pria dengan kemeja bermotif bunga itu mengedipkan mata padaku. Dia mengisyaratkan agar aku bersembunyi di sudut agar tidak ketahuan.Aku segera berbalik dan berlari ke sudut.Para preman itu bergegas menghampiri. Kemudian, pria kemeja bermotif bunga itu dan beberapa orang lainnya berdiri di hadapanku. Mereka tampak memukuliku, tetapi sebenarnya mereka melindungiku.Saat aku melihat waktunya hampir tiba, aku mulai memberontak.Aku menekan amarah dalam hatiku. Sekarang, aku melampiaskan amarahku pada orang-orang itu."Ah ...."Aku berteriak sambil memukul dan menendang.Aku sangat ingin membunuh orang-orang ini.Orang-orang itu ketakutan dengan tindakanku. Awalnya, mereka sangat agresif. Namun, sekarang mereka semua mundur.Emosiku meledak. Kemudian, aku berteria
Aku tahu semuanya berjalan sesuai rencanaku, tetapi aku belum bertemu Johan.Sebelum Johan muncul, aku masih merasa sedikit tidak yakin.Aku sengaja menatap kemeja bermotif bunga itu dan bertanya, "Siapa kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?""Seseorang meminta kami untuk memotong salah satu lengan dan kakimu," kata pria berbaju bunga itu dengan kooperatif.Aku sengaja bertanya, "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini? Bahkan kalau aku mati, biarkan aku mati dengan tenang."Saat berkata, aku memandang mobil van itu dan bertanya-tanya apakah Johan berada di dalam?Aku menggertakkan gigiku dan berkata dengan nada sinis, "Orang yang mempekerjakanmu benar-benar pengecut, mereka bahkan nggak berani menunjukkan wajah mereka.""Hei, Edo, bukankah kamu hanya ingin menemuiku?" Suara Johan datang dari mobil.Aku diam-diam menghela napas lega.Untungnya, Johan benar-benar datang.Akhirnya, hatiku merasa tenang.Aku menatap Johan dengan tatapan dingin. "Johan, apa yang ingin kamu lakukan? Kamu melanggar
Akhirnya, aku tidak merasa khawatir lagi.Aku menelepon Dora dan mengakui semuanya.Dora memarahiku dengan tegas, "Edo, kamu gila, ya? Siapa Barto? Siapa Johan? Beraninya kamu mendekati mereka?"Dora tidak menyalahkanku karena membocorkan informasi tentang penyelidikan Johan pada Barto, tetapi dia khawatir tentang keselamatanku.Aku merasa sangat bersalah padanya."Bu Dora, semuanya sudah seperti ini. Nggak ada ruang menyesal lagi. Aku meneleponmu untuk meminjam beberapa peralatan. Malam ini, aku akan mendapatkan bukti tentang Johan.""Pinjam apanya? Kamu karyawanku. Apa aku akan mengabaikanmu kalau kamu sedang dalam masalah?"Perkataan Dora membuatku menangis."Bu Dora, kenapa kamu begitu baik?"Dora berkata dengan marah, "Kamu cukup tahu aku baik-baik saja. Jangan sembunyikan apa pun dariku di masa mendatang. Aku merekrutmu, jadi aku harus bertanggung jawab atas keselamatanmu.""Kalau begitu, kamu nggak takut menyinggung Johan?""Tentu saja aku takut, tapi aku membuka kantor detektif
Fajar tidak mengatakan apa pun. Kemudian, dia berbalik.Setelah beberapa saat, Bella muncul.Bella juga menyadari ada yang tidak beres denganku. "Berapa lama dia berlatih hari ini?""Nona Bella, dia sudah berlatih selama lebih dari tiga jam.""Dia mau mati? Dia nggak istirahat tadi malam. Dia masih berlatih seperti ini hari ini."Bella berjalan mendekat dengan sepatu hak tinggi. "Edo, aku perintahkan kamu untuk beristirahat."Aku melirik Bella dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Aku terus berlatih.Bella sangat marah dan menamparku dengan keras. "Siapa yang ingin kamu buat terkesan? Kamu hanya membuat dirimu terkesan. Kamu nggak berolahraga dengan baik sebelumnya. Tapi, sekarang kamu merasa cemas. Apa kamu pikir kamu adalah pahlawan dalam novel?""Kembali dan istirahatlah!"Aku mengabaikan rasa terbakar di wajahku. Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku nggak berusaha membuat orang lain terkesan. Aku juga nggak melampiaskan emosiku dengan cara ini. Aku hanya ingin memanfaat