Share

Bab 517

Author: Galang Damares
Setelah aku tersadar, aku mendorong Kak Nancy menjauh.

"Kak Nancy, apa yang kamu lakukan?"

"Hehe, tadi aktingku bagus, nggak?" tanya Kak Nancy sambil tersenyum manis.

Aku tercengang. Sebenarnya apa yang terjadi?

Setelah beberapa saat, aku berkata, "Apa maksudmu? Tadi, kamu sengaja?"

"Kalau nggak? Dia cuma wanita simpanan, buat apa bertengkar dengannya?"

Kak Nancy sangat santai, tidak terlihat seperti sedang berpura-pura.

Namun, aku kebingungan.

Kemampuan aktingnya sungguh menakjubkan.

Aku sama sekali tidak menyadari ada yang aneh.

Aku bertanya dengan heran, "Tapi, kenapa kamu melakukan itu?"

Kak Nancy merangkul leherku sambil berkata dengan genit, "Kalau aku nggak seperti itu, kamu bakal bawa aku ke sini?"

"Teddy, aku datang untuk temui kamu, tapi kamu malah didampingi wanita cantik."

Ucapan Kak Nancy membuatku teringat bahwa suaminya, Carmin sudah pulang, kok dia berani datang menemuiku?

Mengingat adegan dia bermesraan dengan suaminya, aku agak kesal.

Aku otomatis menurunkan lengannya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 518

    "Kok kamu seperti itu? Kalau kamu nggak mau menjadi istri dan ibu yang baik, jangan menikah."Aku makin tidak memahaminya. Bagaimana bisa ada wanita seperti ini?Nancy mencubit pinggangku dengan kuat. "Kuperingatkan terakhir kali. Berhenti berbicara dengan nada seperti ini, kalau nggak, kuhabisi kamu."Saat ini, aku sangat marah dan tidak ingin mendengarkannya.Aku merasa dia mempermainkanku dan suaminya.Nancy menghiburku dengan tenang. "Edo, kamu masih terlalu muda, kukasih tahu pun, kamu nggak mengerti. Waktu kamu mulai dewasa, kamu mungkin akan memaklumi tindakanku.""Pada dasarnya, aku memang sulit diatur. Kalau bukan karena dipaksa keluargaku, aku nggak bakal mau menikah.""Aku merasa menikah sangat nggak bermakna. Tapi, karena sudah menikah, aku pun berusaha mempertahankan dan membangun rumah tangga kami.""Menurutku, aku melakukannya dengan baik. Aku berperan menjadi istri dan ibu yang baik.""Tapi, selain menjadi istri dan ibu, aku perlu memikirkan diriku sendiri. Aku juga per

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 519

    "Kamu pernah bertemu dengan suamiku? Kapan? Waktu di mobil?" tebak Nancy.Aku tidak menjawab.Karena adegan itu kembali melintas di benakku.Nancy mempererat genggamannya hingga tubuhku pun tertekan ke bawah. "Malam itu, benar?"Setelah diusik olehnya, pikiranku menjadi makin kacau.Aku ingin menghindar, tetapi tidak bisa menghindar."Sepertinya kita nggak pernah berhubungan di mobil, mau coba?" Nancy mulai menggodaku lagi.Nafsuku langsung terpancing.Darah di sekujur tubuhku bergejolak.Namun, akal sehatku memberitahuku bahwa aku tidak boleh berbuat seperti itu."Nggak, berhentilah menggodaku. Aku nggak bakal terjebak.""Benaran nggak mau? Berani biarkan aku menyentuhmu?" Sembari berbicara, Nancy memasukkan tangannya ke pakaianku.Dia seperti seekor rubah licik.Aku tahu apa yang ingin dia lakukan.Aku segera meraih tangannya sambil berkata, "Berhentilah berulah, aku masih harus bekerja."Setelah berkata demikian, aku mendorongnya menjauh.Namun, Nancy menjepit pinggangku dengan sala

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 520

    "Teddy, bukannya kamu bilang nggak bakal sentuh aku lagi?"Setelah berkata demikian, Nancy menatapku sambil tersenyum menawan.Aku malu.Aku memang berkata seperti itu dan bahkan bersumpah dalam hati. Namun kenyataannya, aku menjilat ludah sendiri.Aku pun menyesal.Aku sungguh ingin menampar diriku sendiri.Kenapa aku tidak bisa memutus hubungan dengan wanita ini?Setelah merapikan pakaiannya, Nancy mendatangiku dan mencubit pipiku. "Sudah, jangan sedih. Aku cuma bercanda.""Aku sangat menyukaimu dan kamu nggak boleh nggak menyentuhku."Artinya, wanita ini akan terus menggangguku.Aku sungguh kewalahan.Aku menggaruk rambutku dengan frustrasi.Kemudian, aku menjelaskan padanya, "Tadi salahku, aku nggak seharusnya sentuh kamu. Kuharap itu adalah terakhir kalinya. Ke depannya, sebaiknya kita jangan menghubungi satu sama lain lagi, oke?"Nancy sama sekali tidak marah, dia malah menatapku sambil tersenyum, "Oke, kamu boleh nggak menghubungiku, tapi kamu nggak bisa melarangku menghubungimu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 521

    Melihat Bu Yuna akan pergi, aku agak tidak rela.Ketika bergaul dengan Bu Yuna, aku merasa sangat bermartabat dan cerdas.Suasana hatiku sangat baik.Terlebih lagi, sekujur tubuh Bu Yuna memancarkan aura elegan. Aku dapat merasakan bahwa dia memang berasal dari keluarga terpelajar.Namun, aku tidak memiliki alasan untuk melarangnya pergi.Aku memandang Helena dengan tidak berdaya.Helena tiba-tiba berjalan mendekat, tatapannya sangat aneh.Tanpa sadar, aku mundur dua langkah. "Kamu mau apa? Kenapa menatapku seperti ini?"Helena tersenyum menawan dan mengalihkan pandangannya ke salah satu anggota tubuhku. "Tadi, sahabatku ada di sini, aku harus jaga diri. Sekarang, dia sudah pergi, aku nggak usah mengendalikan diri lagi.""Mengendalikan diri apaan? Kamu mau apa?" Aku makin waspada. Karena aku merasa Helena akan melancarkan serangan diam-diam.Dugaanku benar. Setelah mendekatiku, Helena tiba-tiba meraihku.Untungnya, aku tangkas dan langsung menghindar ke samping.Namun, aku cukup kaget.

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 522

    Bukankah ini mudah?Aku cukup mengatakan bahwa kami tidak melakukan apa pun dan hanya mengobrol.Namun, Helena segera memperingatkanku. "Syaratnya, kamu nggak boleh bohong. Nanti, aku bakal pastikan dengan wanita itu. Kalau kamu ketahuan bohong, habis kamu."Aku berpikir dalam hati, 'Apa wanita ini iblis?'Bisa-bisanya ingin memastikan dengan Kak Nancy?Ini hanya masalah kecil, apa perlu dibesar-besarkan seperti ini?Kenapa aku merasa disudutkan olehnya?Aku sungguh kewalahan. "Nona Helena, apa maksudmu? Kita cuma teman biasa, apa kamu perlu mempersulitku seperti ini?"Helena bertanya padaku, "Aku mempersulitmu? Setiap aku datang buat dipijat, tip yang kukasih kurang banyak?""Cukup banyak.""Kalau begitu, apa aku meremehkan keterampilanmu atau menjelek-jelekkanmu?""Nggak.""Jadi, kenapa kamu bilang aku mempersulitmu?""Kamu terus menanyakan masalah pribadiku, bukankah ini mempersulitku?" Aku mengungkapkan isi hatiku.Helena mendengus dingin, lalu berkata, "Hei, aku kekasih Tiano. Aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 523

    Mendengar ucapan ini, detak jantungku berdebar kencang. Aku segera menjawab dengan ekspresi dingin, "Jangan sembarangan ngomong. Dia kakak iparku, mana mungkin aku punya niat lain padanya?""Hmph, siapa tahu? Bukannya ada pepatah, bermain dengan kakak ipar lebih asyik. Pria memang berbahaya."Aku menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu berpikir demikian, aku bisa apa?"Helena menendangku dengan kakinya. "Jangan melamun, lanjut pijat aku."Aku mengembuskan napas dan berjalan ke hadapannya.Helena kembali berbaring di meja pijat.Aku menuangkan minyak esensial ke tanganku, lalu mulai memijat punggungnya.Sejujurnya, rasanya sangat nikmat.Bagaimanapun, jarang ada wanita yang memiliki punggung secantik ini.Aku berharap Helena berbaring tenang dan tidak lanjut bertanya padaku. Aku kewalahan menjawab pertanyaannya.Namun, wanita ini sangat aktif berbicara.Dia lanjut bertanya padaku, "Kamu punya pacar, nggak? Aku mau dengar jawaban jujur."Aku berpikir dalam hati, 'Kamu kira aku bodoh?'

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 524

    Aku tidak seharusnya berkata demikian, dia pasti tidak akan menyerah begitu saja.Aku tidak menanggapinya.Helena kembali mencubit kakiku. "Mana fotonya? Cepat tunjukkan ke aku.""Nggak, aku nggak mau tunjukkan ke kamu." Aku langsung menolak.Helena memperkuat cubitannya. Aku sontak mendesis kesakitan.Aku berkata dengan tertekan, "Ah, sakit sekali. Bisakah kamu lebih pelan?"Helena sangat galak. "Siapa suruh kamu nggak patuh? Kamu cukup tunjukkan fotonya ke aku.""Sepertinya ini privasiku, kamu nggak berhak memaksaku.""Aku nggak memaksamu, aku cuma penasaran. Kamu nggak harus tunjukkan fotonya, tapi aku bakal terus cubit kamu."Helena berencana untuk mencubitku habis-habisan.Sembari berbicara, dia menggaruk kakiku.Rasanya lebih tidak menyenangkan daripada dicubit.Garukannya membuat sekujur tubuhku tidak nyaman.Hatiku terasa sangat geli.Aku memohon ampun. "Berhentilah menggaruk, aku nggak tahan.""Aku nggak peduli, aku mau melakukannya."Kuku Helena sangat panjang, tetapi dia men

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 525

    Pertama, aku takut mati. Kedua, aku tidak nyaman.Menimpa wanita cantik tanpa berbuat apa pun terasa sangat menyiksa.Namun, Helena memeluk erat pinggangku. "Kemarin, kamu membiarkanku tidur di pelukanmu. Hari ini, kok nggak mau berbaring di atas tubuhku?""Beda.""Apanya yang beda? Apa berbaring di pelukanmu bukan termasuk kontak fisik?"Menurutku, kedua hal ini berbeda, tetapi aku tidak bisa mengutarakan alasannya.Pada akhirnya, aku pun berkata, "Oke, kuturuti kemauanmu. Tapi, kamu harus janji, nggak boleh ajukan permintaan aneh-aneh.""Kali ini, kamu harus tepat janji. Kalau nggak, aku nggak bakal layani kamu lagi."Dengan adanya pengalaman sebelumnya, aku pun memperingatkan Helena.Dengan begitu, Helena tidak akan mengingkari janjinya.Mendengar ucapanku, Helena tersenyum puas. "Oke, aku setuju. Aku janji, kali ini aku akan menepati janjiku."Setelah Helena berkata demikian, aku perlahan-lahan mendekatkan tubuhku.Helena menatapku dengan sepasang mata belo. Alhasil, aku agak malu.

Latest chapter

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1184

    Aku merasa sangat puas dengan jawaban ini.Karena jawaban itu benar-benar menonjolkan kelebihan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik sendiri.Namun, Dama dan Kendru tidak merasa puas."Edo, kami memintamu untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda, bukan pertanyaan esai."Dama juga berkata dengan nada dingin, "Kamu harus memilih salah satu dari keduanya.""Aku nggak akan memilih opsi mana pun. Aku berpikir keduanya hebat."Sebagai orang dewasa, saat diminta untuk memilih antara dua pilihan yang bagus, aku menginginkan keduanya.Tentu saja aku tidak berani mengatakannya dengan lantang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hatiku.Setelah berkata, aku bergegas pergi. Tempat itu berbahaya. Aku tidak bisa tinggal di sini sedetik pun.Aku berlari turun ke bawah secepat yang aku bisa. Aku ingin menghindari mereka memanggilku kembali.Aku berpikir orang tua Bella ada di sini. Aku tidak perlu tinggal di sini, jadi aku langsung meninggalkan rumah sakit.Aku pergi ke klinik.Kiki berta

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1183

    Perkataannya itu adalah pidato seorang wanita mandiri!Dulu, Lina lemah dan pemalu. Dia seperti seorang kakak yang lugu. Aku tidak pernah menyangka ada hari di mana pemikirannya akan berubah.Aku merasa sangat bahagia untuknya."Aku merasa ada lapisan cahaya di tubuhmu yang membuatmu makin menawan." Hal ini merupakan kelebihan lain yang aku temukan mengenai Lina.Mendengar kata-kataku, Lina terhibur. "Kamu sangat pandai bicara. Kamu pandai membuatku senang.""Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya."Aku melihat ke arah koridor. Aku melihat Dama masih berdebat dengan Kendru.Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ada apa dengan ayahmu? Bukankah dia selalu meremehkanku? Kenapa dia bersaing dengan Paman Kendru untuk merebutku?""Ayahku sama sekali nggak merebutmu. Dia hanya suka melawan Paman Kendru."Ternyata seperti itu. Lina telah berubah. Apakah Dama juga telah berubah?Ternyata aku terlalu berangan-angan.Namun, aku merasa menarik menyaksikan dua orang tua sukses bertengkar.Mereka tid

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1182

    "Charlene telah banyak membantuku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuknya. Aku tahu dia nggak butuh uang. Kamu juga nggak butuh uang. Tapi, ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan."Tiara baru saja mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia tidak bisa tinggal untuk menjaga Bella, jadi dia ingin berusaha sebaik mungkin untuk membantu.Aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, jadi aku menerima kartu itu.Adapun penggunaan uangnya, itu terserah padaku."Jangan beri tahu Charlene," kataku Tiara mengingatkanku lagi.Aku mengangguk sambil berkata aku mengerti. Kemudian, dia masuk dengan tenang.Setelah beberapa saat, Kendru dan Diana muncul.Bangsal itu penuh dengan orang. Aku membuat keputusan tepat untuk keluar dari bangsal.Namun, tidak seorang pun dari mereka yang tinggal. Akhirnya, mereka pergi satu demi satu.Kendru juga mengingatkanku, "Edo, aku tahu kamu masih peduli dengan Charlene. Manfaatkan kesempatan ini untuk memupuk hubungan kalian. Aku sangat optimis dengan kalian."Dian

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1181

    Aku mengusap kepalaku dan berkata, "Bu Jessy, kamu memukulku terlalu keras. Kamu membuat kepalaku berdengung.""Huh, siapa yang menyuruhmu memanfaatkan Charlene? Menurutmu, kamu bisa memanfaatkan Charlene?"Semuanya telah berakhir.Suasana yang indah hancur seperti ini. Aku khawatir aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertanya lagi.Bella diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia menatap Jessy dan Yuna sambil tersenyum."Jessy, Yuna, kalian sudah tiba."Yuna duduk di dekat jendela. Dia memegang tangan Bella dengan lembut. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?""Aku nggak sengaja terkena air panas. Ini nggak parah.""Itu bukan versi yang aku dengar. Aku dengar kamu membuat dirimu seperti ini demi seseorang," tanya Jessy sambil tersenyum.Bella merasa bersalah hingga tatapannya mengelak. "Siapa yang memberitahumu hal itu?""Yani, sahabatmu yang berprofesi sebagai polisi. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Dia yang memberitahuku.""Jangan dengarkan omong

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1180

    Bella memiliki semua yang dia butuhkan. Dia adalah putri dari Keluarga Lugos. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Kota Jimba.Dia tidak kekurangan pelamar di sekelilingnya, termasuk segala pemuda berprestasi dan pengawal yang gesit ....Secara logika, dia seharusnya tidak mempunyai perasaan yang aneh-aneh padaku. Namun, entah kenapa dia mempunyai perasaan yang berbeda padaku.Suasana hati Bella kacau balau. Tiba-tiba, dia menjadi tersinggung lagi. "Edo, turunkan aku."Saat itu, aku memeluknya dengan baik. Tiba-tiba, dia bersikap seperti ini, sehingga aku merasa bingung lagi."Kenapa? Apa aku menyakitimu?""Nggak!" Bella kembali ke menunjukkan ekspresi cuek yang biasa. Dia bahkan menargetkanku. "Aku nggak membutuhkan perhatianmu lagi, pergilah.""Kenapa?""Nggak apa-apa. Pergilah.""Apa kamu merasa kamu bertingkah sedikit aneh dua hari terakhir ini?" Aku tidak pergi. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi padanya.Bella tidak menjawabku.Aku menghitung tindakannya dengan

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1179

    Dora pergi.Hanya ada aku dan Bella yang tersisa di bangsal.Bella tampak sedang beristirahat dengan mata terpejam. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu.Aku tidak dapat melihatnya. Aku juga tidak dapat menebaknya.Aku mengupas sebuah apel untuknya, lalu berkata, "Makanlah apel.""Nggak mau.""Kalau begitu, jeruk?""Nggak mau.""Anggur?""Bisakah kamu diam sebentar?"Saat dia sedang berbicara, aku memasukkan sebutir anggur ke dalam mulutnya dan berkata sambil menyeringai, "Kamu harus makan lebih banyak saat sakit. Kalau nggak, tubuhmu nggak akan pulih dengan baik.""Kamu gila." Meskipun Bella memarahiku, dia tetap memakan anggur itu dengan patuh.Setelah memakan satu anggur, dia ingin memakan yang kedua. Setelah memakan yang kedua, Bella ingin memakan yang ketiga ....Dia memang seperti itu. Dia berlidah tajam, tetapi hatinya lembut.Kali ini, dia banyak membantuku. Jadi, selama dia dirawat di rumah sakit, aku akan merawatnya dengan baik.Bella bisa melakukan segalanya sendiri kecuali

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1178

    Aku selalu berpikir bahwa Bella hanya merasa jijik dan benci kepadaku. Saat dia sesekali merasa kesepian, dia akan membutuhkan bantuanku untuk meringankan kekhawatiran dan masalahnya.Aku tidak pernah menyangka dia akan menyukaiku dan melakukan hal seperti itu.Jadi, saat ini, aku merasa agak tidak nyata. Namun, adegan-adegan ini benar-benar terjadi.Perasaan antara kenyataan dan tidak nyata silih berganti. Setelah beberapa saat, aku baru kembali sadar.Dora tersenyum dan menyenggol lenganku, "Lihatlah. Sudah aku bilang Nona Bella menyukaimu.""Menurutmu, dia juga menyukaiku?" Aku masih sedikit ragu.Dora memutar bola matanya dengan marah. "Kamu nggak mendengar pembicaraan mereka tadi? Bagaimana kamu baru akan percaya?""Nggak, menurutku itu terlalu nggak nyata. Aku sudah menyatakan cintaku padanya terakhir kali, tapi dia menolakku dengan kasar.""Selain itu, kita selalu suka berdebat. Nggak ada satu pun di antara kita yang mau mengalah?""Tak ada godaan antara sepasang kekasih, apalag

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1177

    Yani duduk di sampingnya. "Ada apa dengan kakimu?""Nggak apa-apa."Yani tidak memedulikannya. Dia langsung mengangkat rok Bella. Yani melihat area merah besar di betis Bella dengan lepuh di beberapa tempat."Apa yang terjadi? Bagaimana kamu bisa sampai ke kondisi ini?""Kamu sudah berada dalam kondisi ini, tapi kamu nggak pergi ke rumah sakit untuk mengatasinya. Sebaliknya, kamu datang untuk menolong bocah itu. Apa kamu gila?"Yani tidak dapat memahaminya. Dalam kesannya, Bella tidak akan pernah menaruh harapan pada pria, apalagi mengabaikan tubuhnya demi seorang pria.Namun, saat ini, Bella melakukan hal itu.Yani merasa ragu apakah Bella di depannya adalah Bella yang dikenalnya?"Aku pikir itu nggak akan menjadi masalah, tapi aku nggak menyangka akan seserius ini." Bella tidak menyangka akan seperti ini. Dia juga khawatir itu akan meninggalkan bekas luka atau semacamnya."Nggak bisa. Sakit sekali. Antar aku ke rumah sakit."Yani marah dan tidak berdaya, jadi dia menggendong Bella di

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1176

    Bella sangat cemas. Tiba-tiba, dia berdiri. Dia tanpa sengaja menyentuh mi instan hingga terjatuh. Air panas di dalam gelas itu tumpah dan mengalir ke kakinya.Bella tersentak kesakitan. Namun, dia membilas tubuhnya dengan air dingin, lalu mengganti pakaiannya dan berjalan keluar."Apa yang terjadi? Jelaskan padaku."Dora menjelaskan keseluruhan ceritanya.Dora langsung menelepon Yani. Yani memiliki koneksi di kantor polisi itu.Tidak lama kemudian, Bella dan Dora menemuiku di ruang interogasi."Bella? Kenapa kamu juga ada di sini?"Aku terbiasa menyebut nama ini hingga aku mengucapkannya tanpa sadar.Bella menghampiriku dengan tertatih-tatih.Melihat cara dia berjalan, aku menjadi bingung. "Ada apa dengan kakimu?""Nggak ada apa-apa." Bella tidak mengatakan yang sebenarnya. Sebaliknya, dia menarik kursi dan duduk. "Aku sudah tahu apa yang terjadi. Sekarang, orang itu bertekad nggak berdamai. Kamu benar-benar nggak akan menyerahkan buku medis itu?"Aku berkata dengan tegas, "Aku nggak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status