Aku tidak seharusnya berkata demikian, dia pasti tidak akan menyerah begitu saja.Aku tidak menanggapinya.Helena kembali mencubit kakiku. "Mana fotonya? Cepat tunjukkan ke aku.""Nggak, aku nggak mau tunjukkan ke kamu." Aku langsung menolak.Helena memperkuat cubitannya. Aku sontak mendesis kesakitan.Aku berkata dengan tertekan, "Ah, sakit sekali. Bisakah kamu lebih pelan?"Helena sangat galak. "Siapa suruh kamu nggak patuh? Kamu cukup tunjukkan fotonya ke aku.""Sepertinya ini privasiku, kamu nggak berhak memaksaku.""Aku nggak memaksamu, aku cuma penasaran. Kamu nggak harus tunjukkan fotonya, tapi aku bakal terus cubit kamu."Helena berencana untuk mencubitku habis-habisan.Sembari berbicara, dia menggaruk kakiku.Rasanya lebih tidak menyenangkan daripada dicubit.Garukannya membuat sekujur tubuhku tidak nyaman.Hatiku terasa sangat geli.Aku memohon ampun. "Berhentilah menggaruk, aku nggak tahan.""Aku nggak peduli, aku mau melakukannya."Kuku Helena sangat panjang, tetapi dia men
Pertama, aku takut mati. Kedua, aku tidak nyaman.Menimpa wanita cantik tanpa berbuat apa pun terasa sangat menyiksa.Namun, Helena memeluk erat pinggangku. "Kemarin, kamu membiarkanku tidur di pelukanmu. Hari ini, kok nggak mau berbaring di atas tubuhku?""Beda.""Apanya yang beda? Apa berbaring di pelukanmu bukan termasuk kontak fisik?"Menurutku, kedua hal ini berbeda, tetapi aku tidak bisa mengutarakan alasannya.Pada akhirnya, aku pun berkata, "Oke, kuturuti kemauanmu. Tapi, kamu harus janji, nggak boleh ajukan permintaan aneh-aneh.""Kali ini, kamu harus tepat janji. Kalau nggak, aku nggak bakal layani kamu lagi."Dengan adanya pengalaman sebelumnya, aku pun memperingatkan Helena.Dengan begitu, Helena tidak akan mengingkari janjinya.Mendengar ucapanku, Helena tersenyum puas. "Oke, aku setuju. Aku janji, kali ini aku akan menepati janjiku."Setelah Helena berkata demikian, aku perlahan-lahan mendekatkan tubuhku.Helena menatapku dengan sepasang mata belo. Alhasil, aku agak malu.
"Jawab, cepat jawab." Helena memaksaku untuk memilih.Namun, sebenarnya hatiku lebih mengarah ke Kak Nia.Kak Lina bagaikan dewi yang memberiku kebebasan untuk memilih. Namun, di saat aku membutuhkan, dia siap menjadi sandaranku.Dia seperti pasangan hidupku! Aku bersedia bekerja keras untuknya, menikah dan mempunyai anak dengannya, bahkan menghabiskan sisa hidup bersamanya!Sedangkan sejak pertama kali Wiki membawa Kak Nia pulang ke desa, dia sangat cantik dan memukau. Dia menciptakan kesan yang mendalam di hatiku.Beberapa tahun ini, Kak Nia sering muncul di mimpiku. Kak Nia-lah yang mengubahku dari anak laki-laki menjadi pria dewasa!Kak Nia berperan penting dalam proses pertumbuhanku.Kalau dia bukan kakak iparku, aku pasti akan mengejarnya.Jadi, kalau dibandingkan, Kak Nia lebih berarti dari Kak Lina.Namun, aku tidak mungkin berbuat seperti itu dan tidak boleh berbuat seperti itu!Bagaimanapun, kita harus menerima kenyataan.Jadi, aku berbohong. "Tentu saja, Kak Lina. Dia adalah
Aku panik dan gelisah. Pada saat yang sama, aku pun takut Bella salah paham.Tatapan kaget Bella perlahan-lahan diselimuti dengan amarah.Namun, hal yang tidak kuduga adalah dia tidak melampiaskan amarahnya padaku. Dia malah menatap Helena dengan ekspresi dingin!"Helena! Apa yang kamu lakukan?" seru Bella pada Helena. Suaranya sangat kuat, seolah-olah jantungnya akan meledak.Sedangkan Helena menjawab dengan acuh tak acuh, "Apa yang aku lakukan? Bukannya kamu sudah lihat?""Kamu sudah bosan hidup? Kalau kamu mau mati, jauhi aku. Jangan permalukan diri sendiri!"Sialan, ucapan Bella kasar sekali.Bukankah mereka bersahabat? Mempermalukan diri sendiri? Bisa-bisanya dia mengucapkan kata-kata seperti ini?Dilihat dari sikapnya, dia seolah-olah ingin menerkam Helena."Hari ini, suasana hatiku baik. Aku nggak mau berdebat denganmu." Helena sangat murah hati, dia sama sekali tidak marah.Dia perlahan-lahan memakai pakaiannya.Aku cukup mengagumi wanita ini.Setelah dimarahi oleh sahabatnya s
Aku memasukkan tip itu ke kantong. Di bawah tatapan kagum para rekanku, aku mengantar Helena meninggalkan klinik.Helena memintaku mengantarnya sampai ke depan Porsche.Aku tahu dia sengaja.Aku sudah terbiasa dipersulit olehnya, ini bukanlah apa-apa.Aku membukakan pintu Porsche, lalu membungkukkan badan untuk mempersilakannya masuk.Apa boleh buat? Tamu adalah raja!Wanita ini baru memberiku tip besar, aku harus melayaninya dengan baik.Bagaimanapun, aku harus menghormati uang yang dia berikan.Ketika Helena masuk ke Porsche, aku bertanya padanya, "Wanita itu mengataimu seperti itu, kamu nggak marah?""Kenapa aku harus marah?""Menghadapi situasi seperti itu, bukankah wajar kalau kamu marah?""Siapa pun yang mengalaminya, pasti akan marah. Justru aneh kalau kamu nggak marah."Helena menatapku sambil tersenyum, "Singkatnya, aku merasa aku nggak perlu marah. Marah bisa menimbulkan kerutan, aku nggak mau jadi jelek."Aku bertanya dengan penasaran, "Bagaimana dengan keseluruhan?""Keselu
"Kalau begitu, biar kucoba." Yasan menjadi sangat bersemangat.Kemudian, dia memasuki ruanganku.Kurang dari satu menit, dia keluar dengan tergesa-gesa.Dia berkata padaku dengan ekspresi masam, "Nggak, nggak. Wanita ini terlalu pemarah, aku nggak sanggup menghadapinya."Aku mencoba membujuk rekan lainnya, tetapi semuanya menyerah.Apa boleh buat? Aku terpaksa turun tangan.Aku menenangkan diri, lalu memberanikan diri untuk masuk ke ruanganku.Bella menyilangkan tangannya dengan ekspresi muram, dia menatapku dengan galak.Saking takutnya, aku tidak berani masuk.Aku berbalik pergi."Berhenti!" seru Bella padaku.Kemudian, dia bertanya padaku, "Apa hubunganmu dengan wanita itu?"Karena tidak bisa melarikan diri, aku terpaksa menjawab dengan jujur, "Nggak ada hubungan, dia pelangganku."Bella menghampiriku dan menatapku dengan dingin. "Cuma pelanggan? Kalau cuma pelanggan, kenapa kamu berbaring di atas tubuhnya?"Aku menjawab dengan jujur, "Dia memintaku berbaring seperti itu, aku bisa a
Ternyata inilah tujuan Bella.Aku mengumpat dalam hati, 'Dasar licik!'Aku tidak akan menuruti kemauannya.Jadi, aku menggertakkan gigi dan berkata, "Jangan mimpi, aku nggak bakal menuruti kemauanmu. Pergi dari sini sekarang juga."Bella sama sekali tidak takut. Dia menyilangkan tangannya sambil menatapku dengan tenang. "Kamu yakin ingin mengusirku? Aku datang buat dipijat.""Yakin, sangat yakin!" Saking marahnya, aku tidak memedulikan hal lain.Bella tersenyum sinis sambil berkata, "Oke, tapi kujamin kamu bakal minta aku kembali."Setelah berkata demikian, dia berbalik pergi.Aku tahu dia pasti akan mengadu pada bosku. Tidak masalah, aku tidak takut.Aku tidak mungkin tunduk padanya hanya karena takut dilaporkan.Selain itu, aku mempunyai bukti bahwa dialah yang semena-mena.Aku percaya Pak Harmin adalah bos yang adil. Dia tidak akan memercayai wanita itu secara sepihak.Setelah Bella pergi, alat vitalku sangat kesakitan. Aku ingin melepas celana untuk memeriksanya.Karena takut Bella
Namun, aku tidak menunjukkannya.Sekarang, Bella memegang kunci kamar pribadiku. Aku takut jika membuat Bella marah, Bella akan segera keluar, lalu berbicara omong kosong pada orang-orang.Aku memaksakan diri untuk tenang, lalu berkata, "Oke. Katakan apa maumu."Senyuman di wajah Bella menghilang. Kemudian, dia berkata sambil memandangku dengan ekspresi serius, "Seperti yang aku bilang sebelumnya, menjauh dari Helena. Ke depan, jangan berhubungan dengannya lagi.""Nggak masalah. Aku bisa melakukannya, tapi syaratnya sahabatmu juga bisa menjauh dariku."Bella berkata dengan ekspresi datar, "Ke depan, kalau dia datang menemuimu, jangan pedulikan dia.""Aku juga mau. Kuncinya, apa aku bisa mengambil keputusan sendiri?""Aku nggak perlu menjelaskan identitas Helena lagi, 'kan? Dia bisa mengendalikanku seperti kamu mengendalikanku. Apa yang bisa aku lakukan?""Kalian adalah orang bermartabat dan berstatus. Aku hanyalah orang biasa. Aku mohon jangan mempermainkanku lagi, oke?"Aku sangat mar
Aku mengacungkan 4 jariku. "40 juta."Hal semacam ini harus dilakukan selangkah demi selangkah. Aku tidak bisa meminta terlalu banyak sekaligus. Jika seperti itu, aku akan membuat orang tua itu takut.Jika dibandingkan dengan keuntungan selama dua hari terakhir, 40 juta hanyalah setetes air di lautan.Pria tua itu menggertakkan giginya. "Oke. Aku akan memberikannya."Saat berkata, dia mengeluarkan ponsel dan hendak mentransfer uang padaku."Aku nggak mau terima transfer, aku hanya mau uang tunai!" Hal ini untuk menghindari tertinggalnya bukti apapun.Pria tua itu mengerutkan keningnya. "Bagaimana mungkin aku punya uang tunai? Saat ini, aku hanya menggunakan aplikasi ....""Ada bank di seberang kompleksmu. ATM-nya buka 24 jam sehari. Aku akan menunggumu di sini."Pria tua itu melotot tajam ke arahku, lalu dia berbalik dan pergi.Saat Zudith mendengar pintu terbuka, dia segera bersembunyi di tangga.Sementara aku menunggu dengan tenang di dalam rumah.Wanita menawan itu muncul lagi. Dia
Kami tinggal di sana sampai setelah pukul sepuluh malam. Saat ini, jumlah pelanggan di sini berangsur-angsur berkurang.Pemilik klinik itu begitu gembira hingga tersenyum lebar.Setelah dia masuk ke mobil dan pergi, aku dan Zudith segera mengikutinya.Kami mengikutinya sampai ke kompleksnya.Kami mengikuti hingga di depan rumahnya.Pria tua ini sudah tua, tetapi istrinya masih muda, cantik, bertubuh indah, berkulit putih, menawan dan memesona."Sialan, dia suka daun muda," kata Zudith dengan rasa iri.Menurutku, wanita itu bukan istrinya, tetapi lebih seperti simpanannya.Namun, ini tidak penting."Kamu siap?" tanyaku pada Zudith.Tiba-tiba, Zudith merasa sedikit gugup. Dia menepuk dadanya dengan kuat, "Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini. Aku sangat takut. Apa yang harus aku lakukan?""Tenangkan suasana hatimu. Sekarang kamu sudah di sini, kamu harus berhasil."Zudith segera menepuk dadanya.Setelah menenangkan diri, akhirnya Zudith merasa lebih baik."Kalau begitu, aku
Kiki adalah orang yang paling tidak sabaran. Karena dia kekurangan uang, dia tidak berani membiarkan klinik rugi."Pergilah."Aku memaksanya untuk kembali dan memilah-milah tanaman herba.Aku melihat apotek di sana. Perang harga makin sengit. Arus pelanggan pun makin meningkat.Aku juga ingin menjadi seperti Harmin yang tenang, tetapi aku tidak bisa tinggal diam.Jika Xander ingin macam-macam denganku, dia pasti tidak akan membiarkan pihak lain mengakhiri perang harga secepat ini.Jika ini terus berlanjut, klinik kami tidak akan mampu bertahan.Aku harus menemukan cara untuk menyelesaikannya.Aku kembali ke klinik, lalu menarik Zudith ke kantorku."Kemarilah, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.""Apa yang kamu lakukan? Kamu sangat misterius. Kenapa kamu nggak mengajak Kiki?"Aku menjelaskan, "Kiki nggak sabaran. Aku khawatir kalau aku memberitahunya, dia nggak akan bisa menahan diri sedetik pun. Selain itu, masalah ini agak berbahaya. Kita nggak bisa mendapat masalah di saat bersa
Setelah Cindy pergi, aku berbaring di ranjang. Aku ingin beristirahat dengan nyaman.Telepon itu tiba-tiba berdering. Panggilan itu adalah panggilan Xander.Aku tidak menjawabnya. Aku langsung mematikannya.Namun, Xander meneleponku lagi.Aku langsung memblokirnya.Xander mengirimkanku pesan WhatsApp, [Edo, aku nggak menyangka kamu begitu berbakat. Kamu bahkan membuat salinannya. Karena kamu nggak menginginkannya lagi, aku akan menghancurkannya.]Di bawahnya adalah sebuah video.Xander melemparkan buku medis peninggalan kakekku ke dalam anglo. Buku itu dilalap api, lalu terbakar sedikit demi sedikit.Meskipun aku memiliki salinannya, aku tetap merasa iba melihat kerja keras kakekku dirusak.Aku membalas Xander, [Apa gunanya ini bagimu?]Xander segera membalasku, [Nggak ada gunanya, tapi ini bisa membuatmu kesal.]Orang ini benar-benar gila!Aku bahkan memblokir kontak WhatsApp-nya.Sore harinya, aku pergi ke Aula Damai dan memberi tahu Harmin tentang masalah Xander.Harmin berkata samb
Aku merasa sangat puas dengan jawaban ini.Karena jawaban itu benar-benar menonjolkan kelebihan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik sendiri.Namun, Dama dan Kendru tidak merasa puas."Edo, kami memintamu untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda, bukan pertanyaan esai."Dama juga berkata dengan nada dingin, "Kamu harus memilih salah satu dari keduanya.""Aku nggak akan memilih opsi mana pun. Aku berpikir keduanya hebat."Sebagai orang dewasa, saat diminta untuk memilih antara dua pilihan yang bagus, aku menginginkan keduanya.Tentu saja aku tidak berani mengatakannya dengan lantang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hatiku.Setelah berkata, aku bergegas pergi. Tempat itu berbahaya. Aku tidak bisa tinggal di sini sedetik pun.Aku berlari turun ke bawah secepat yang aku bisa. Aku ingin menghindari mereka memanggilku kembali.Aku berpikir orang tua Bella ada di sini. Aku tidak perlu tinggal di sini, jadi aku langsung meninggalkan rumah sakit.Aku pergi ke klinik.Kiki berta
Perkataannya itu adalah pidato seorang wanita mandiri!Dulu, Lina lemah dan pemalu. Dia seperti seorang kakak yang lugu. Aku tidak pernah menyangka ada hari di mana pemikirannya akan berubah.Aku merasa sangat bahagia untuknya."Aku merasa ada lapisan cahaya di tubuhmu yang membuatmu makin menawan." Hal ini merupakan kelebihan lain yang aku temukan mengenai Lina.Mendengar kata-kataku, Lina terhibur. "Kamu sangat pandai bicara. Kamu pandai membuatku senang.""Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya."Aku melihat ke arah koridor. Aku melihat Dama masih berdebat dengan Kendru.Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ada apa dengan ayahmu? Bukankah dia selalu meremehkanku? Kenapa dia bersaing dengan Paman Kendru untuk merebutku?""Ayahku sama sekali nggak merebutmu. Dia hanya suka melawan Paman Kendru."Ternyata seperti itu. Lina telah berubah. Apakah Dama juga telah berubah?Ternyata aku terlalu berangan-angan.Namun, aku merasa menarik menyaksikan dua orang tua sukses bertengkar.Mereka tid
"Charlene telah banyak membantuku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuknya. Aku tahu dia nggak butuh uang. Kamu juga nggak butuh uang. Tapi, ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan."Tiara baru saja mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia tidak bisa tinggal untuk menjaga Bella, jadi dia ingin berusaha sebaik mungkin untuk membantu.Aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, jadi aku menerima kartu itu.Adapun penggunaan uangnya, itu terserah padaku."Jangan beri tahu Charlene," kataku Tiara mengingatkanku lagi.Aku mengangguk sambil berkata aku mengerti. Kemudian, dia masuk dengan tenang.Setelah beberapa saat, Kendru dan Diana muncul.Bangsal itu penuh dengan orang. Aku membuat keputusan tepat untuk keluar dari bangsal.Namun, tidak seorang pun dari mereka yang tinggal. Akhirnya, mereka pergi satu demi satu.Kendru juga mengingatkanku, "Edo, aku tahu kamu masih peduli dengan Charlene. Manfaatkan kesempatan ini untuk memupuk hubungan kalian. Aku sangat optimis dengan kalian."Dian
Aku mengusap kepalaku dan berkata, "Bu Jessy, kamu memukulku terlalu keras. Kamu membuat kepalaku berdengung.""Huh, siapa yang menyuruhmu memanfaatkan Charlene? Menurutmu, kamu bisa memanfaatkan Charlene?"Semuanya telah berakhir.Suasana yang indah hancur seperti ini. Aku khawatir aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertanya lagi.Bella diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia menatap Jessy dan Yuna sambil tersenyum."Jessy, Yuna, kalian sudah tiba."Yuna duduk di dekat jendela. Dia memegang tangan Bella dengan lembut. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?""Aku nggak sengaja terkena air panas. Ini nggak parah.""Itu bukan versi yang aku dengar. Aku dengar kamu membuat dirimu seperti ini demi seseorang," tanya Jessy sambil tersenyum.Bella merasa bersalah hingga tatapannya mengelak. "Siapa yang memberitahumu hal itu?""Yani, sahabatmu yang berprofesi sebagai polisi. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Dia yang memberitahuku.""Jangan dengarkan omong
Bella memiliki semua yang dia butuhkan. Dia adalah putri dari Keluarga Lugos. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Kota Jimba.Dia tidak kekurangan pelamar di sekelilingnya, termasuk segala pemuda berprestasi dan pengawal yang gesit ....Secara logika, dia seharusnya tidak mempunyai perasaan yang aneh-aneh padaku. Namun, entah kenapa dia mempunyai perasaan yang berbeda padaku.Suasana hati Bella kacau balau. Tiba-tiba, dia menjadi tersinggung lagi. "Edo, turunkan aku."Saat itu, aku memeluknya dengan baik. Tiba-tiba, dia bersikap seperti ini, sehingga aku merasa bingung lagi."Kenapa? Apa aku menyakitimu?""Nggak!" Bella kembali ke menunjukkan ekspresi cuek yang biasa. Dia bahkan menargetkanku. "Aku nggak membutuhkan perhatianmu lagi, pergilah.""Kenapa?""Nggak apa-apa. Pergilah.""Apa kamu merasa kamu bertingkah sedikit aneh dua hari terakhir ini?" Aku tidak pergi. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi padanya.Bella tidak menjawabku.Aku menghitung tindakannya dengan