"Wanita?"Aku memikirkan semua wanita di Kota Jimba yang kukenal, tetapi tidak dapat menebak siapa wanita itu."Pak Hasan, tolong beri tahu aku siapa orangnya.""Pak Hasan berkata sambil tersenyum, "Istri bos.""Hah?"Istri bos?Aku bahkan tidak mengenal istri bos, mengapa dia menyuruh Pak Hasan untuk lebih memperhatikanku?Aku tercengang."Pak Hasan, siapa nama nyonya kita?"Aku ingin memastikan apakah dia adalah kenalanku.Pak Hasan menjawab, "Nama nyonya kita Yuna Linara."Yuna Linara! Aku tidak kenal!Aku bahkan tidak tahu usia dan wajah Yuna?Aku makin merasa aneh."Pak Hasan, kenapa Nyonya mau membantuku?""Aku nggak tahu, aku hanya melaksanakan perintah Nyonya.""Edo, kuberi tahu beberapa hal yang harus diperhatikan."Pak Hasan benar-benar tidak peduli. Dia hanya menuruti instruksi nyonya dan mengajariku dengan detail.Aku tidak fokus.Aku bahkan tidak mengenalnya, tetapi dia meminta Pak Hasan lebih memperhatikanku, bagaimana mungkin aku tidak memikirkan hal ini?Aku sudah beker
"Sekarang, aku sungguh iri pada kalian. Kalian bisa nikmati hidup dan punya kebebasan. Nggak sepertiku, selain kaya dan cantik, aku nggak punya apa pun."Charlene berkata dengan nada dingin, "Itu ulahmu, mau salahkan siapa?"Helena segera membantah. "Memang ulahku, tapi aku terpaksa. Hei, Tuan Putri Bella, kamu nggak bisa menghiburku?"Tanpa ragu-ragu, Bella langsung menjawab, "Nggak! Kamu yang cari masalah, nggak pantas dikasihani!"Mendengar ucapan sinis Bella, Yuna dan Jessy hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Sepertinya mereka sudah terbiasa.Sedangkan Helena, dia bukan hanya tidak marah, dia sengaja memancing Charlene."Ya, aku nggak pantas dikasihani, tapi ada yang lebih kasihan dariku. Sudah tua, masih belum pernah tidur dengan pria. Wanita seperti ini sungguh nggak menarik.""Helena! Kamu kira semua orang seliar kamu?"Ketiga wanita lainnya tidak soal hubungan Bella dan Henry, apalagi aku.Meskipun keempat wanita ini bersahabat, tidak semuanya berhubungan baik.
Bagaimanapun, Yuna bersahabat dengan Bella. Dia tidak mungkin meninggalkan Bella sendirian."Ya sudah, nggak main lagi, ayo pergi minum dan makan camilan."Yuna mengusulkan.Helena berkata dengan penuh maksud, "Kalian pergi dulu, aku mau balas pesan pemuda tampan itu.""Helena, kusarankan jangan sembarangan. Kamu tahu betapa menakutkannya Tiano."Yuna memperingatkan dengan serius.Helena menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku tahu batas. Aku cuma bosan dan ingin mengisi waktu luang, nggak ada maksud lain."Yuna mengembuskan napas lega.Kemudian, dia dan Jessy pergi ke ruang tamu.Helena kembali ke kamar. Dia membalas pesanku sambil tersenyum. "Edo, kamu kangen aku?"Setelah mengirimkan pesan pada Helena, aku menunggu balasannya dengan gugup.Begitu melihat balasan Helena, aku tahu dia baik-baik saja dan hanya tidak datang ke klinik.Akhirnya, kekhawatirkanku lenyap dan hatiku lega.Suasana hatiku kembali tenang.Aku membalas wanita itu dengan tenang. "Nggak, aku cuma penasaran. Syukurlah
Aku sangat merindukan Kak Nia dan ingin bertemu dengannya.Jadi, aku mengiakan dan langsung berkendara menuju Pearl Hotel.Di kamar pribadi lantai dua, akhirnya aku bertemu dengan Kak Nia yang kurindukan.Entah mengapa aku memiliki suatu perasaan pada Kak Nia.Kak Nia banyak mewarnai masa mudaku.Posturnya ketika sedang berhubungan membekas di benakku.Kak Lina adalah orang yang ingin kunikahi, sedangkan Kak Nia adalah orang yang ingin kupelajari.Kalau bukan karena Kak Lina dan kakakku, aku pasti akan mengejar Kak Nia."Kak Nia!" Begitu masuk, aku langsung memanggil Kak Nia dengan penuh semangat.Kami baru beberapa hari tidak bertemu, tetapi terasa sangat lama.Entah mengapa aku merasa Kak Nia menjadi makin menawan dan karismatik.Aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Nancy bercanda. "Edo, ada apa denganmu? Aku dan Kak Lina bukan manusia? Kamu cuma lihat Kak Nia?"Ucapan Nancy membuatku kaget.Aku segera melihat Kak Lina. "Kak Lina, aku nggak bermaksud seperti itu. Jangan deng
"Selamat datang di keluarga besarku, Nia."Nancy membuka tangannya ke arah Kak Nia, mereka pun berpelukan.Nancy memandang Kak Lina sambil berkata, "Lina, Nia pun sudah tersadar, kapan giliranmu?"Lina menggelengkan kepalanya. "Kalian bersenang-senanglah. Sekarang, aku sudah bahagia.""Bahagia apanya? Kamu begitu cantik, sayang sekali kalau nggak menikmati hidup."Nancy terus menghasut Kak Lina.Aku segera berkata dengan kesal, "Kak Nancy, bersenang-senanglah sendiri, jangan menghasut Kak Lina-ku."Kak Lina sangat polos dan manis, aku tidak ingin dia berubah menjadi seperti Nancy.Aku tidak berniat untuk menikahi Nancy. Jadi, aku tidak peduli dengan keliarannya.Berbeda dengan Kak Lina. Aku yakin akan menikahinya.Dia adalah wanita yang akan menemaniku di masa tua, bagaimana boleh begitu liar?Setelah menikah, aku hanya ingin menjalani hidup tenang."Aku menghasutnya? Aku hanya menyuruh sahabatku menikmati hidup.""Bukannya kamu juga menikmati hidup?""Kamu boleh, wanita nggak boleh?"
Aku bertanya dengan gelisah, "Kak Nia, kalian makan malam bersama, kenapa nggak beri tahu ku?""Edo, aku nggak berencana mengajakmu, Nancy yang mengajakmu."Mendengar Kak Nia berkata demikian, hatiku sangat sakit.Mengapa Kak Nia tiba-tiba mengasingkanku?Aku bertanya dengan gugup, "Kenapa? Bukankah kita berhubungan baik? Kenapa aku merasa kamu berubah?""Masalah kita sudah berlalu. Ke depannya, jangan diungkit lagi. Lina dan Johan sudah bercerai, kelak, kamu bisa tinggal di rumah Lina."Kak Nia ingin mengusirku?Aku kebingungan. Ada apa dengannya? Mengapa seperti ini?Apa aku melakukan kesalahan?"Kak Nia, apa maksudmu?" Aku heran dan gugup, suasana hatiku sangat buruk.Kak Nia menatapku dengan linglung. "Nggak ada yang salah dengan ucapanku. Aku nggak mungkin menyuruhmu tinggal di rumahku dan lanjut berselingkuh denganmu.""Wiki nggak tahu masalah kita, bagaimana kalau ketahuan?""Dia berulah di luar, aku berulah di rumah? Apa pantas?"Aku berkata dengan kesal, "Berulah apaan? Aku tu
Aku sangat tidak rela. Namun, mengingat ucapan Kak Nia, aku tidak berdaya.Semua orang di desa tahu Wiki baik padaku. Tanpa Wiki, aku tidak akan berada di sini.Kalau orang-orang di desa tahu aku berselingkuh dengan istri Wiki, aku dan orang tuaku akan dihujat habis-habisan.Aku tidak peduli dengan pandangan mereka, tetapi aku harus memikirkan orang tuaku.Kecuali aku sanggup membawa orang tuaku datang ke kota. Dengan begitu, mereka tidak akan mendengar hujatan-hujatan itu dan tersakiti.Aku diam-diam bersumpah. 'Aku akan kerja keras buat beli rumah.'Setelah membawa orang tuaku datang ke kota, aku akan menyuruh Kak Nia bercerai dengan Wiki.Aku melamun di depan pintu toilet. Ketika Kak Nia keluar dari toilet, aku masih belum pergi.Pipi Kak Nia memerah. Dia menatapku dengan linglung. "Kenapa belum pergi?"Aku tidak menanggapinya, hanya saja, aku sangat sedih.Kak Nia mendatangiku. Dia membelai pipiku dengan penuh kasih sayang. "Kita nggak mungkin bersama. Singkirkan niatmu, jalani hid
Kak Nia mendelikku dengan galak sambil berkata, "Apa aku harus mencari pria lain untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan?""Bukankah makan enak, tidur nyenyak, bersenang-senang juga adalah cara untuk menikmati hidup?"Ternyata ini yang dimaksud oleh Kak Nia.Namun, aku malah mengajukan pertanyaan sensitif. "Lalu, bagaimana kalau kamu punya keinginan? Kamu tahan?""Bisa kuatasi sendiri. Paling-paling beli alat dari internet."Mendengar ucapan ini, aku makin tidak tega.Demi aku, Kak Nia tidak memutus hubungan dengan Kak Wiki, tidak ingin mencari pria lain dan berencana untuk mengatasi hasrat sendiri.Teman-teman sekalian, apa kalian punya solusi?"Aku nggak mau melihatmu seperti itu. Kalau nggak, kamu coba minta bantuan Wiki."Aku mengalah demi kebaikannya.Kak Nia mengembuskan napas. "Sudahlah, kami sudah lama nggak harmonis, apalagi beberapa tahun belakangan ini.""Karena aku terlalu bergairah di masa muda dan sudah menunjukkan semua pesonaku.""Jadi, aku harus ingatkan kamu. Sebe
"Ayahmu nggak mengaturku. Tapi, kamu malah selalu mengaturku." Diana tampak kesal.Bella berkata dengan tegas, "Ayahku nggak mengaturmu, itu karena dia percaya padamu. Aku mengaturmu karena aku ingin mencegahmu berbuat macam-macam.""Apa yang aku lakukan? Apa kamu takut aku akan memakan anak itu? Aku nggak murahan seperti itu."Bella berkata dengan nada dingin, "Tetap nggak boleh. Kalau kamu merasa nggak nyaman, aku akan memijatnya.""Apa kamu bisa?""Bagaimana mungkin aku nggak bisa? Aku adalah seorang mahasiswa pengobatan tradisional.""Kalau begitu, aku nggak sakit lagi. Aku pergi beristirahat, ya?" kata Diana. Kemudian, dia kembali ke kamarnya.Bella terdiam seribu bahasa.Di sisi lain.Aku dan Tiara datang ke kamar tamu.Tiara menatap dadanya dengan ekspresi sedih. "Kenapa dada orang lain begitu besar? Kenapa dadaku begitu kecil?""Aku bahkan nggak bisa memakai rok tube top. Dadaku bahkan lebih datar dari bandara.""Ya Tuhan, kenapa aku nggak terlahir sebagai laki-laki? Aku benar-
"Aku tinggal di Vila Dragonfly selama dua hari dan menghabiskan sekitar 6 juta. Kenapa kamu nggak mengembalikan uangku?"Aku segera melepaskan tangannya dan berkata dengan marah, "Bukankah Vila Dragonfly milik keluarga sahabatmu? Kenapa kamu nggak memberi tahu dia agar kamu tinggal secara gratis?"Aku menggosok telingaku dengan keras. Aku merasa telingaku hampir terlepas.Tangan wanita ini terlalu kuat.Aku tidak menyangka dada Tiara sangat rata, tetapi kekuatan tangannya sangat kuat.Tiara menyilangkan tangannya di depan dada dan berkata, "Sahabatku membiarkanku tinggal secara gratis atau nggak, itu adalah urusannya. Tapi, kamu yang memaksaku pergi ke Vila Dragonfly untuk mencarimu. Ini adalah urusanmu.""Aku nggak peduli, kamu harus ganti rugi. Kalau kamu nggak ganti rugi, kamu harus mencari cara agar dadaku lebih besar."Aku sedikit kesal dengan Tiara sehingga aku berkata dengan marah, "Bukankah aku sudah bilang? Kalau kamu ingin dadamu membesar, kamu hamil saja.""Dadamu rata sejak
Saat Lina mendengar apa yang dikatakan ayahnya, matanya membelalak dengan ekspresi kaget. "Ayah, kenapa aku harus kembali ke rumah?""Kenapa? Kamu masih berani tanya kenapa?""Aku nggak mempermasalahkan kamu menceraikan Johan. Tapi, sekarang kamu bahkan tinggal bersama bocah seperti ini.""Apa kamu tahu berapa banyak kenalanku di kompleks ini? Apa kamu tahu apa yang mereka katakan tentang kamu di depanku?"Dama berteriak dengan marah.Lina menangis dengan sedih. "Aku nggak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Apa aku harus hidup di mata orang lain seumur hidupku?""Apa katamu?" teriak Dama dengan mata membelalak.Lina terkejut hingga wajahnya menjadi pucat.Aku melihat bahwa Lina benar-benar ketakutan, jadi aku segera berkata kepada Dama, "Paman, aku akan pergi. Aku akan pergi sekarang. Jangan mempersulit Kak Lina."Aku tidak ingin Lina dipermalukan lagi, jadi aku mengemasi barang-barangku dan bersiap untuk pergi.Lina menarik lenganku dengan enggan. "Edo, kamu mau pergi ke mana?
"Putriku menceraikan Johan karena kamu?" tanya Dama.Seketika, aku merasa gelisah.Terlihat jelas Dama salah paham padaku.Tepat ketika aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, Lina segera mendekat dan berkata, "Ayah. Masalah nggak seperti yang Ayah pikirkan. Johan yang selingkuh dariku. Dia yang berbuat salah duluan.""Kalau begitu, kamu bisa bertindak sembarangan seperti dia?" teriak Dama ke arah Lina dengan tiba-tiba meninggikan suaranya.Lina ketakutan hingga tidak berani berbicara. Saat ini, air matanya langsung berlinang.Aku melihat bahwa Lina sangat takut pada ayahnya.Aku juga merasa takut. Namun, melihat Lina dianiaya, aku merasa sangat tertekan."Paman, kamu nggak bisa menyalahkan Kak Lina untuk hal ini. Kalau kamu ingin menyalahkan, salahkan saja aku ...."Sebelum aku selesai berbicara, Dama sudah menyelanya dengan nada dingin, "Tentu saja aku harus menyalahkanmu. Nggak peduli apa yang terjadi pada putriku dan Johan, itu adalah masalah di antara mereka. Kenapa kamu ikut cam
"Nggak bisa," tolakku langsung atas usulan Lina."Kak Lina, aku hanyalah adalah pekerja biasa. Aku juga masih muda dan nggak memiliki prestasi.""Kalau aku pergi ke rumahmu untuk meminta bantuan dari ayahmu. Ayahmu akan semakin meremehkanku. Semakin kecil kemungkinan dia akan mengizinkan kita bersama."Karena hal ini, aku tidak akan pernah pergi ke rumah Lina.Lina memegang tanganku, lalu dia berkata sambil menghiburku, "Aku mengerti maksudmu. Tapi, sekarang keselamatanmu terancam. Kamu harus memastikan keselamatanmu terlebih dahulu.""Aku bisa melindungi diriku sendiri, percayalah!" kataku dengan sangat yakin.Hal yang terpenting adalah aku ingin memberi tahu Lina bahwa aku adalah pria dewasa. Aku tidak bisa mengandalkan Lina untuk membantunya dalam segala hal.Lina menatapku dengan sedih. "Kenapa kamu begitu sungkan padaku? Aku bahkan nggak keberatan ....""Kak Lina, jangan katakan lagi. Aku sudah memutuskan," selaku dengan nada serius.Lina menghela napas dalam-dalam. "Baiklah. Aku
Helena mengangkat kepalanya, lalu menatap Tiano dengan matanya yang besar dan berkaca-kaca.Tiano menciumnya dengan kuat. "Jangan seperti ini. Aku akan merasa tertekan.""Apa kamu akan merasa tertekan? Kamu menyuruh Larto pergi ke Kota Jimba untuk menyelidiki keberadaanku. Kamu meragukanku. Kamu nggak percaya padaku sama sekali."Tiano mencubit pipinya. "Aku salah. Aku akan menelepon Larto sekarang untuk memintanya kembali."Saat berkata, Tiano mengeluarkan ponselnya. "Larto, kembalilah.""Lihatlah, aku melakukan apa yang kamu katakan. Kamu seharusnya bahagia, 'kan?"Helena bersandar ke pelukannya. "Nggak ada yang perlu aku banggakan. Kalau kamu mendengarkanku, aku sudah merasa sangat puas.""Kamu selalu bilang aku berubah. Nyatanya, kamu juga banyak berubah. Aku nggak bergantung padamu seperti dulu. Tapi, bisakah kamu juga berhenti mengekangku seperti sebelumnya?""Semua orang tahu aku adalah pacarmu. Apa aku bisa kabur?"Saat berkata, air mata Helena mengalir dengan perlahan.Helena
"Helena bertanya, "Apa yang aku lakukan padamu?"Aku menjawab dengan marah, "Karena kamu, pacarmu mengirim orang ke Kota Jimba untuk membunuhku. Dia hampir membunuhku siang tadi. Sekarang, dia mengejarku lagi. Aku benar-benar hampir terbunuh olehmu."Di vila.Saat dia melihat pesan yang aku kirim, Helena mengerutkan keningnya. "Apa kamu baik-baik saja?"Aku mengambil foto diriku dan mengirimkan pada Helena. "Lihatlah sendiri, lenganku digips. Dua tulang rusukku patah. Aku masih dalam masa pemulihan. Saat aku keluar makan malam, pria itu muncul seperti hantu. Kalau aku nggak kabur dengan cepat, aku mungkin sudah menjadi mayat sekarang."Helena membalasnya, "Kalau kamu mati, aku akan mendoakanmu sesegera mungkin."Aku mengumpat, "Sialan, aku sudah seperti ini. Kamu masih mengolok-olokku. Kamu benar-benar wanita yang nggak berperasaan!"Aku sangat marah. Jika Helena ada di sisinya, aku pasti akan memberinya pelajaran.Helena membalasku, "Aku memang wanita yang nggak berperasaan. Kalau ngg
Lina berkata, "Edo, ini sudah larut. Cepatlah kembali."Aku terkekeh. "Kak Lina, apa kamu merindukanku?""Jangan membuat masalah. Aku mengkhawatirkanmu. Ini sudah larut. Kamu juga terluka. Bagaimana kalau kamu bertemu orang jahat?""Mana ada orang jahat .... Sialan!"Aku langsung tercengang.Lina bertanya dengan cepat, "Ada apa? Edo, apa yang terjadi?"Aku melangkah mundur dengan gemetar.Tidak jauh di depanku, Larto yang berambut putih itu menatapiku dengan ekspresi masam.Aku benar-benar tidak beruntung, bukan?Aku baru mengatakan aku tidak akan bertemu orang jahat. Alhasil, orang jahat itu muncul.Terlebih lagi, jalan ini relatif jauh. Aku bahkan tidak dapat menghubungi siapa pun untuk meminta bala bantuan.Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya pada Lina. Aku langsung menutup telepon, lalu berbalik dan melarikan diri.Larto mengikuti dengan perlahan.Aku menoleh ke belakang. Aku melihat sosok Larto semakin menjauh.Begitu aku menghela napas lega, Larto tiba-tiba mulai berlari.
"Edo, apa katamu?" Kiki menatapku dengan mata terbelalak. Ekspresinya tampak tidak percaya.Aku berkata dengan jujur, "Ibunya bilang dia merindukan seorang pria.""Eh, benarkah?""Sungguh. Untuk apa aku berbohong padamu?"Ekspresi Kiki menjadi semakin aneh. "Kuncinya, ibunya Agnes punya suami."Aku mulai berbicara omong kosong dengan serius, "Apa salahnya punya suami? Punya suami bukan berarti ibunya akan puas. Mungkin sekarang ayahnya sudah setengah baya dan lemah. Sementara ibunya masih sangat bergairah di usia ini."Saat berkata, aku melihat ke arah Agnes. "Agnes, apa kata-kataku benar?""Bagaimana aku tahu?" teriak Agnes.Aku mencibir dalam hati.Siapa yang meminta Agnes menjadikan ibunya sebagai tameng? Apa kamu pikir aku bodoh?Karena Agnes ingin bermain, aku akan bermain dengannya."Agnes, aku sarankan kamu membawa ibumu ke dokter sesegera mungkin. Kalau nggak, depresi jangka panjang akan membuatnya sakit."Kalimat ini sebenarnya merupakan petunjuk bagi Agnes. Aku meminta Agnes