Share

Bab 464

Penulis: Galang Damares
Bagaimanapun, Yuna bersahabat dengan Bella. Dia tidak mungkin meninggalkan Bella sendirian.

"Ya sudah, nggak main lagi, ayo pergi minum dan makan camilan."

Yuna mengusulkan.

Helena berkata dengan penuh maksud, "Kalian pergi dulu, aku mau balas pesan pemuda tampan itu."

"Helena, kusarankan jangan sembarangan. Kamu tahu betapa menakutkannya Tiano."

Yuna memperingatkan dengan serius.

Helena menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku tahu batas. Aku cuma bosan dan ingin mengisi waktu luang, nggak ada maksud lain."

Yuna mengembuskan napas lega.

Kemudian, dia dan Jessy pergi ke ruang tamu.

Helena kembali ke kamar. Dia membalas pesanku sambil tersenyum. "Edo, kamu kangen aku?"

Setelah mengirimkan pesan pada Helena, aku menunggu balasannya dengan gugup.

Begitu melihat balasan Helena, aku tahu dia baik-baik saja dan hanya tidak datang ke klinik.

Akhirnya, kekhawatirkanku lenyap dan hatiku lega.

Suasana hatiku kembali tenang.

Aku membalas wanita itu dengan tenang. "Nggak, aku cuma penasaran. Syukurlah
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 465

    Aku sangat merindukan Kak Nia dan ingin bertemu dengannya.Jadi, aku mengiakan dan langsung berkendara menuju Pearl Hotel.Di kamar pribadi lantai dua, akhirnya aku bertemu dengan Kak Nia yang kurindukan.Entah mengapa aku memiliki suatu perasaan pada Kak Nia.Kak Nia banyak mewarnai masa mudaku.Posturnya ketika sedang berhubungan membekas di benakku.Kak Lina adalah orang yang ingin kunikahi, sedangkan Kak Nia adalah orang yang ingin kupelajari.Kalau bukan karena Kak Lina dan kakakku, aku pasti akan mengejar Kak Nia."Kak Nia!" Begitu masuk, aku langsung memanggil Kak Nia dengan penuh semangat.Kami baru beberapa hari tidak bertemu, tetapi terasa sangat lama.Entah mengapa aku merasa Kak Nia menjadi makin menawan dan karismatik.Aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Nancy bercanda. "Edo, ada apa denganmu? Aku dan Kak Lina bukan manusia? Kamu cuma lihat Kak Nia?"Ucapan Nancy membuatku kaget.Aku segera melihat Kak Lina. "Kak Lina, aku nggak bermaksud seperti itu. Jangan deng

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 466

    "Selamat datang di keluarga besarku, Nia."Nancy membuka tangannya ke arah Kak Nia, mereka pun berpelukan.Nancy memandang Kak Lina sambil berkata, "Lina, Nia pun sudah tersadar, kapan giliranmu?"Lina menggelengkan kepalanya. "Kalian bersenang-senanglah. Sekarang, aku sudah bahagia.""Bahagia apanya? Kamu begitu cantik, sayang sekali kalau nggak menikmati hidup."Nancy terus menghasut Kak Lina.Aku segera berkata dengan kesal, "Kak Nancy, bersenang-senanglah sendiri, jangan menghasut Kak Lina-ku."Kak Lina sangat polos dan manis, aku tidak ingin dia berubah menjadi seperti Nancy.Aku tidak berniat untuk menikahi Nancy. Jadi, aku tidak peduli dengan keliarannya.Berbeda dengan Kak Lina. Aku yakin akan menikahinya.Dia adalah wanita yang akan menemaniku di masa tua, bagaimana boleh begitu liar?Setelah menikah, aku hanya ingin menjalani hidup tenang."Aku menghasutnya? Aku hanya menyuruh sahabatku menikmati hidup.""Bukannya kamu juga menikmati hidup?""Kamu boleh, wanita nggak boleh?"

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 467

    Aku bertanya dengan gelisah, "Kak Nia, kalian makan malam bersama, kenapa nggak beri tahu ku?""Edo, aku nggak berencana mengajakmu, Nancy yang mengajakmu."Mendengar Kak Nia berkata demikian, hatiku sangat sakit.Mengapa Kak Nia tiba-tiba mengasingkanku?Aku bertanya dengan gugup, "Kenapa? Bukankah kita berhubungan baik? Kenapa aku merasa kamu berubah?""Masalah kita sudah berlalu. Ke depannya, jangan diungkit lagi. Lina dan Johan sudah bercerai, kelak, kamu bisa tinggal di rumah Lina."Kak Nia ingin mengusirku?Aku kebingungan. Ada apa dengannya? Mengapa seperti ini?Apa aku melakukan kesalahan?"Kak Nia, apa maksudmu?" Aku heran dan gugup, suasana hatiku sangat buruk.Kak Nia menatapku dengan linglung. "Nggak ada yang salah dengan ucapanku. Aku nggak mungkin menyuruhmu tinggal di rumahku dan lanjut berselingkuh denganmu.""Wiki nggak tahu masalah kita, bagaimana kalau ketahuan?""Dia berulah di luar, aku berulah di rumah? Apa pantas?"Aku berkata dengan kesal, "Berulah apaan? Aku tu

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 468

    Aku sangat tidak rela. Namun, mengingat ucapan Kak Nia, aku tidak berdaya.Semua orang di desa tahu Wiki baik padaku. Tanpa Wiki, aku tidak akan berada di sini.Kalau orang-orang di desa tahu aku berselingkuh dengan istri Wiki, aku dan orang tuaku akan dihujat habis-habisan.Aku tidak peduli dengan pandangan mereka, tetapi aku harus memikirkan orang tuaku.Kecuali aku sanggup membawa orang tuaku datang ke kota. Dengan begitu, mereka tidak akan mendengar hujatan-hujatan itu dan tersakiti.Aku diam-diam bersumpah. 'Aku akan kerja keras buat beli rumah.'Setelah membawa orang tuaku datang ke kota, aku akan menyuruh Kak Nia bercerai dengan Wiki.Aku melamun di depan pintu toilet. Ketika Kak Nia keluar dari toilet, aku masih belum pergi.Pipi Kak Nia memerah. Dia menatapku dengan linglung. "Kenapa belum pergi?"Aku tidak menanggapinya, hanya saja, aku sangat sedih.Kak Nia mendatangiku. Dia membelai pipiku dengan penuh kasih sayang. "Kita nggak mungkin bersama. Singkirkan niatmu, jalani hid

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 469

    Kak Nia mendelikku dengan galak sambil berkata, "Apa aku harus mencari pria lain untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan?""Bukankah makan enak, tidur nyenyak, bersenang-senang juga adalah cara untuk menikmati hidup?"Ternyata ini yang dimaksud oleh Kak Nia.Namun, aku malah mengajukan pertanyaan sensitif. "Lalu, bagaimana kalau kamu punya keinginan? Kamu tahan?""Bisa kuatasi sendiri. Paling-paling beli alat dari internet."Mendengar ucapan ini, aku makin tidak tega.Demi aku, Kak Nia tidak memutus hubungan dengan Kak Wiki, tidak ingin mencari pria lain dan berencana untuk mengatasi hasrat sendiri.Teman-teman sekalian, apa kalian punya solusi?"Aku nggak mau melihatmu seperti itu. Kalau nggak, kamu coba minta bantuan Wiki."Aku mengalah demi kebaikannya.Kak Nia mengembuskan napas. "Sudahlah, kami sudah lama nggak harmonis, apalagi beberapa tahun belakangan ini.""Karena aku terlalu bergairah di masa muda dan sudah menunjukkan semua pesonaku.""Jadi, aku harus ingatkan kamu. Sebe

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 470

    "Nggak boleh. Selain itu, singkirkan semua pikiran jahatmu. Mulai sekarang, jangan mengincarku lagi."Kak Nia memperingatkanku dengan tegas.Hatiku sangat gundah, aku berpikir, 'Apa ini ujian bagiku?'Aku bukan makhluk suci, hanya manusia biasa. Bagaimana mungkin aku tidak bereaksi pada godaan Kak Nia?Terlebih lagi, aku tahu Kak Nia butuh perhatian lebih dalam hal seperti ini.Aku tidak menyerah dan terus membujuk Kak Nia. "Kalau begitu, ayo lakukan sekali lagi. Kujamin, kelak nggak bakal mengincarmu lagi.""Omongan pria nggak bisa dipercaya. Kamu kira aku bakal percaya?"Kak Nia sudah berpengalaman dan sulit dikelabui.Aku mencoba dengan berbagai cara, tetapi dia tidak luluh.Alhasil, aku menyerah."Baiklah, aku menurutimu, demi kamu dan aku."Aku tidak ingin membuat Kak Nia kesal. Akhirnya, aku memilih untuk menurutinya.Kak Nia tersenyum menawan. "Kalau begitu, aku kembali dulu. Kamu tunggu sebentar di luar. Kalau nggak, mereka pasti bakal merasa ada yang aneh dengan kita. Oh ya, b

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 471

    Sekarang, Kak Nia agak linglung. Namun, dia tampak sangat gembira.Aku tidak ingin merusak suasana, jadi aku berkata pada Wiki, "Dalam dua hari ini, bersabarlah."Mendengar jawabanku, Wiki pun lega. "Benarkah? Bagus sekali! Edo, bilang ke kakak iparmu. Dua hari ini, aku nggak pergi ke kantor. Aku tunggu dia di rumah.""Begitu kakakmu pulang, aku mau langsung minta maaf padanya. Dengan begitu, dia bisa merasakan ketulusanku."Aku berpikir dalam hati, 'Sekarang baru tahu salah?'Kak Nia begitu cantik dan memiliki tubuh ideal. Kamu bukannya menyayanginya, malah selingkuh di luar.Setelah semuanya terbongkar, kamu baru memikirkan segala cara untuk meminta maaf.Kamu tidak patut dikasihani.Tentu, aku tidak akan mengucapkan kata-kata ini pada Wiki. Kak Nia menyuruhku untuk tidak mencampuri urusan mereka, aku akan menuruti permintaan Kak Nia.Aku mengiakan dengan pelan, lalu mengakhiri panggilan.Namun, aku penasaran. Apa malam ini Kak Nia akan pulang?"Kak Nia."Aku tidak bisa menahan diri

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 472

    "Aku juga panas, mau buka baju."Sepertinya Kak Lina tertular Nancy. Dia hendak mengikuti Nancy melepas pakaian.Aku segera menghentikan Kak Lina. "Kak Lina, jangan!"Kak Nancy sangat liar, Kak Lina tidak boleh mencontohi Nancy. Aku tidak ingin Kak Lina terpengaruhi.Namun, Kak Lina malah bergumam, "Tapi, aku kepanasan. Sangat tersiksa."Malam ini, Kak Lina memang minum banyak bir. Efek alkohol dan ruang gerak terbatas di dalam mobil membuatnya kepanasan.Aku segera menurunkan jendela. "Kalian jangan lepaskan baju. Aku buka jendela, nanti bakal sejuk kalau mobil sudah jalan."Sembari berbicara, aku menyalakan mobil.Angin malam cukup kencang. Begitu mobil berjalan, suasana di dalam mobil lebih sejuk.Aku menoleh ke belakang dan ketiga wanita itu tidak merengek ingin melepas pakaian lagi.Aku mengembuskan napas lega.Aku pernah pergi ke rumah Kak Nancy, jadi aku mengetahui di mana rumahnya berada.Aku langsung berkendara menuju kompleks tersebut.Di antara mereka bertiga, Kak Nancy yang

Bab terbaru

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1188

    Aku mengacungkan 4 jariku. "40 juta."Hal semacam ini harus dilakukan selangkah demi selangkah. Aku tidak bisa meminta terlalu banyak sekaligus. Jika seperti itu, aku akan membuat orang tua itu takut.Jika dibandingkan dengan keuntungan selama dua hari terakhir, 40 juta hanyalah setetes air di lautan.Pria tua itu menggertakkan giginya. "Oke. Aku akan memberikannya."Saat berkata, dia mengeluarkan ponsel dan hendak mentransfer uang padaku."Aku nggak mau terima transfer, aku hanya mau uang tunai!" Hal ini untuk menghindari tertinggalnya bukti apapun.Pria tua itu mengerutkan keningnya. "Bagaimana mungkin aku punya uang tunai? Saat ini, aku hanya menggunakan aplikasi ....""Ada bank di seberang kompleksmu. ATM-nya buka 24 jam sehari. Aku akan menunggumu di sini."Pria tua itu melotot tajam ke arahku, lalu dia berbalik dan pergi.Saat Zudith mendengar pintu terbuka, dia segera bersembunyi di tangga.Sementara aku menunggu dengan tenang di dalam rumah.Wanita menawan itu muncul lagi. Dia

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1187

    Kami tinggal di sana sampai setelah pukul sepuluh malam. Saat ini, jumlah pelanggan di sini berangsur-angsur berkurang.Pemilik klinik itu begitu gembira hingga tersenyum lebar.Setelah dia masuk ke mobil dan pergi, aku dan Zudith segera mengikutinya.Kami mengikutinya sampai ke kompleksnya.Kami mengikuti hingga di depan rumahnya.Pria tua ini sudah tua, tetapi istrinya masih muda, cantik, bertubuh indah, berkulit putih, menawan dan memesona."Sialan, dia suka daun muda," kata Zudith dengan rasa iri.Menurutku, wanita itu bukan istrinya, tetapi lebih seperti simpanannya.Namun, ini tidak penting."Kamu siap?" tanyaku pada Zudith.Tiba-tiba, Zudith merasa sedikit gugup. Dia menepuk dadanya dengan kuat, "Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini. Aku sangat takut. Apa yang harus aku lakukan?""Tenangkan suasana hatimu. Sekarang kamu sudah di sini, kamu harus berhasil."Zudith segera menepuk dadanya.Setelah menenangkan diri, akhirnya Zudith merasa lebih baik."Kalau begitu, aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1186

    Kiki adalah orang yang paling tidak sabaran. Karena dia kekurangan uang, dia tidak berani membiarkan klinik rugi."Pergilah."Aku memaksanya untuk kembali dan memilah-milah tanaman herba.Aku melihat apotek di sana. Perang harga makin sengit. Arus pelanggan pun makin meningkat.Aku juga ingin menjadi seperti Harmin yang tenang, tetapi aku tidak bisa tinggal diam.Jika Xander ingin macam-macam denganku, dia pasti tidak akan membiarkan pihak lain mengakhiri perang harga secepat ini.Jika ini terus berlanjut, klinik kami tidak akan mampu bertahan.Aku harus menemukan cara untuk menyelesaikannya.Aku kembali ke klinik, lalu menarik Zudith ke kantorku."Kemarilah, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.""Apa yang kamu lakukan? Kamu sangat misterius. Kenapa kamu nggak mengajak Kiki?"Aku menjelaskan, "Kiki nggak sabaran. Aku khawatir kalau aku memberitahunya, dia nggak akan bisa menahan diri sedetik pun. Selain itu, masalah ini agak berbahaya. Kita nggak bisa mendapat masalah di saat bersa

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1185

    Setelah Cindy pergi, aku berbaring di ranjang. Aku ingin beristirahat dengan nyaman.Telepon itu tiba-tiba berdering. Panggilan itu adalah panggilan Xander.Aku tidak menjawabnya. Aku langsung mematikannya.Namun, Xander meneleponku lagi.Aku langsung memblokirnya.Xander mengirimkanku pesan WhatsApp, [Edo, aku nggak menyangka kamu begitu berbakat. Kamu bahkan membuat salinannya. Karena kamu nggak menginginkannya lagi, aku akan menghancurkannya.]Di bawahnya adalah sebuah video.Xander melemparkan buku medis peninggalan kakekku ke dalam anglo. Buku itu dilalap api, lalu terbakar sedikit demi sedikit.Meskipun aku memiliki salinannya, aku tetap merasa iba melihat kerja keras kakekku dirusak.Aku membalas Xander, [Apa gunanya ini bagimu?]Xander segera membalasku, [Nggak ada gunanya, tapi ini bisa membuatmu kesal.]Orang ini benar-benar gila!Aku bahkan memblokir kontak WhatsApp-nya.Sore harinya, aku pergi ke Aula Damai dan memberi tahu Harmin tentang masalah Xander.Harmin berkata samb

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1184

    Aku merasa sangat puas dengan jawaban ini.Karena jawaban itu benar-benar menonjolkan kelebihan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik sendiri.Namun, Dama dan Kendru tidak merasa puas."Edo, kami memintamu untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda, bukan pertanyaan esai."Dama juga berkata dengan nada dingin, "Kamu harus memilih salah satu dari keduanya.""Aku nggak akan memilih opsi mana pun. Aku berpikir keduanya hebat."Sebagai orang dewasa, saat diminta untuk memilih antara dua pilihan yang bagus, aku menginginkan keduanya.Tentu saja aku tidak berani mengatakannya dengan lantang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hatiku.Setelah berkata, aku bergegas pergi. Tempat itu berbahaya. Aku tidak bisa tinggal di sini sedetik pun.Aku berlari turun ke bawah secepat yang aku bisa. Aku ingin menghindari mereka memanggilku kembali.Aku berpikir orang tua Bella ada di sini. Aku tidak perlu tinggal di sini, jadi aku langsung meninggalkan rumah sakit.Aku pergi ke klinik.Kiki berta

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1183

    Perkataannya itu adalah pidato seorang wanita mandiri!Dulu, Lina lemah dan pemalu. Dia seperti seorang kakak yang lugu. Aku tidak pernah menyangka ada hari di mana pemikirannya akan berubah.Aku merasa sangat bahagia untuknya."Aku merasa ada lapisan cahaya di tubuhmu yang membuatmu makin menawan." Hal ini merupakan kelebihan lain yang aku temukan mengenai Lina.Mendengar kata-kataku, Lina terhibur. "Kamu sangat pandai bicara. Kamu pandai membuatku senang.""Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya."Aku melihat ke arah koridor. Aku melihat Dama masih berdebat dengan Kendru.Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ada apa dengan ayahmu? Bukankah dia selalu meremehkanku? Kenapa dia bersaing dengan Paman Kendru untuk merebutku?""Ayahku sama sekali nggak merebutmu. Dia hanya suka melawan Paman Kendru."Ternyata seperti itu. Lina telah berubah. Apakah Dama juga telah berubah?Ternyata aku terlalu berangan-angan.Namun, aku merasa menarik menyaksikan dua orang tua sukses bertengkar.Mereka tid

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1182

    "Charlene telah banyak membantuku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuknya. Aku tahu dia nggak butuh uang. Kamu juga nggak butuh uang. Tapi, ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan."Tiara baru saja mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia tidak bisa tinggal untuk menjaga Bella, jadi dia ingin berusaha sebaik mungkin untuk membantu.Aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, jadi aku menerima kartu itu.Adapun penggunaan uangnya, itu terserah padaku."Jangan beri tahu Charlene," kataku Tiara mengingatkanku lagi.Aku mengangguk sambil berkata aku mengerti. Kemudian, dia masuk dengan tenang.Setelah beberapa saat, Kendru dan Diana muncul.Bangsal itu penuh dengan orang. Aku membuat keputusan tepat untuk keluar dari bangsal.Namun, tidak seorang pun dari mereka yang tinggal. Akhirnya, mereka pergi satu demi satu.Kendru juga mengingatkanku, "Edo, aku tahu kamu masih peduli dengan Charlene. Manfaatkan kesempatan ini untuk memupuk hubungan kalian. Aku sangat optimis dengan kalian."Dian

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1181

    Aku mengusap kepalaku dan berkata, "Bu Jessy, kamu memukulku terlalu keras. Kamu membuat kepalaku berdengung.""Huh, siapa yang menyuruhmu memanfaatkan Charlene? Menurutmu, kamu bisa memanfaatkan Charlene?"Semuanya telah berakhir.Suasana yang indah hancur seperti ini. Aku khawatir aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertanya lagi.Bella diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia menatap Jessy dan Yuna sambil tersenyum."Jessy, Yuna, kalian sudah tiba."Yuna duduk di dekat jendela. Dia memegang tangan Bella dengan lembut. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?""Aku nggak sengaja terkena air panas. Ini nggak parah.""Itu bukan versi yang aku dengar. Aku dengar kamu membuat dirimu seperti ini demi seseorang," tanya Jessy sambil tersenyum.Bella merasa bersalah hingga tatapannya mengelak. "Siapa yang memberitahumu hal itu?""Yani, sahabatmu yang berprofesi sebagai polisi. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Dia yang memberitahuku.""Jangan dengarkan omong

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1180

    Bella memiliki semua yang dia butuhkan. Dia adalah putri dari Keluarga Lugos. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Kota Jimba.Dia tidak kekurangan pelamar di sekelilingnya, termasuk segala pemuda berprestasi dan pengawal yang gesit ....Secara logika, dia seharusnya tidak mempunyai perasaan yang aneh-aneh padaku. Namun, entah kenapa dia mempunyai perasaan yang berbeda padaku.Suasana hati Bella kacau balau. Tiba-tiba, dia menjadi tersinggung lagi. "Edo, turunkan aku."Saat itu, aku memeluknya dengan baik. Tiba-tiba, dia bersikap seperti ini, sehingga aku merasa bingung lagi."Kenapa? Apa aku menyakitimu?""Nggak!" Bella kembali ke menunjukkan ekspresi cuek yang biasa. Dia bahkan menargetkanku. "Aku nggak membutuhkan perhatianmu lagi, pergilah.""Kenapa?""Nggak apa-apa. Pergilah.""Apa kamu merasa kamu bertingkah sedikit aneh dua hari terakhir ini?" Aku tidak pergi. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi padanya.Bella tidak menjawabku.Aku menghitung tindakannya dengan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status