"Aku juga panas, mau buka baju."Sepertinya Kak Lina tertular Nancy. Dia hendak mengikuti Nancy melepas pakaian.Aku segera menghentikan Kak Lina. "Kak Lina, jangan!"Kak Nancy sangat liar, Kak Lina tidak boleh mencontohi Nancy. Aku tidak ingin Kak Lina terpengaruhi.Namun, Kak Lina malah bergumam, "Tapi, aku kepanasan. Sangat tersiksa."Malam ini, Kak Lina memang minum banyak bir. Efek alkohol dan ruang gerak terbatas di dalam mobil membuatnya kepanasan.Aku segera menurunkan jendela. "Kalian jangan lepaskan baju. Aku buka jendela, nanti bakal sejuk kalau mobil sudah jalan."Sembari berbicara, aku menyalakan mobil.Angin malam cukup kencang. Begitu mobil berjalan, suasana di dalam mobil lebih sejuk.Aku menoleh ke belakang dan ketiga wanita itu tidak merengek ingin melepas pakaian lagi.Aku mengembuskan napas lega.Aku pernah pergi ke rumah Kak Nancy, jadi aku mengetahui di mana rumahnya berada.Aku langsung berkendara menuju kompleks tersebut.Di antara mereka bertiga, Kak Nancy yang
"Kak Nancy masih di mobil. Aku nggak bisa bawa begitu banyak orang sekaligus, jadi aku bawa Kak Nia dan Kak Lina naik terlebih dahulu.""Kalau begitu, kamu jaga mereka. Aku pergi jemput istriku.""Mobil Kak Nia, Chevrolet, nomor pelatnya ...."Setelah aku selesai berbicara, Carmin turun ke bawah.Entah mengapa aku merasa agak kecewa.Aku berharap Carmin tidak pulang.Namun, mereka adalah suami istri. Bukankah wajar kalau mereka tinggal serumah?Mengapa aku berharap Carmin tidak pulang?Aku duduk di sofa dengan linglung.Tiba-tiba, aku teringat akan kondom yang kusiapkan masih di mobil. Kalau sampai dilihat Carmin, dia mungkin akan mencurigaiku.Setelah memastikan Kak Nia dan Kak Lina sudah berbaring, aku berlari ke bawah.Aku harus mengejar Carmin dan menyembunyikan kondom itu.Namun, ketika aku turun, aku sudah tidak melihat Carmin. Dia mungkin sudah sampai di mobil.Tanpa pikir panjang, aku langsung mengejarnya.Lampu di dalam mobil Chevrolet menyala.Aku melihat Carmin dan Kak Nancy
Melihat istrinya seperti ini, Carmin sangat puas.Dia termasuk hebat, sanggup memuaskan istrinya.Umumnya, wanita yang sudah terpuaskan tidak akan sembarangan di luar.Aku kurang nyaman mendengar percakapan mereka dan memutuskan untuk pergi.Di dalam mobil Chevrolet, Nancy berbaring di pelukan suaminya sambil berkata, "Kok tiba-tiba pulang? Bukannya kamu bilang dua hari lagi baru pulang?""Aku kangen kamu. Pulang buat ketemu kamu." Sembari berbicara, Carmin mengecup kening Nancy.Tanpa sengaja, Carmin melihat bekas cupang di leher Nancy.Carmin pun curiga. "Apa itu yang ada di lehermu?"Nancy mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Malam itu, kami sangat bergairah dan dia menyuruhku mengisap lehernya.Dia memandang Carmin sambil menjawab, "Buatan berondong, kamu percaya?""Tentu nggak. Kamu bukan orang macam itu. Tapi, aku penasaran dari mana datangnya bekas ini."Nancy memutar bola matanya yang indah. "Hari ini, aku pergi pijat seluruh badan. Tukang pijat bilang bagian dalam tubu
Apalagi suaminya begitu menyayanginya.Meskipun suaminya sudah berusia 40-an, staminanya sangat menggelegar.Aku agak mengaguminya.Carmin meletakkan Kak Nancy di sofa, lalu berkata dengan lembut, "Aku nggak tahu kamu sedang kumpul-kumpul dengan sahabatmu. Nanti, aku balik ke kantor, kalian lanjut.""Tapi, jangan terlalu malam tidurnya. Jaga kesehatan, aku nggak tega lihat kamu kecapekan."Kak Nancy mengangguk dengan patuh.Aku kaget. Tak disangka, Kak Nancy yang cantik dan menawan memiliki sisi manis seperti ini.Aku bahkan dapat merasakan Nancy sangat mencintai suaminya.Namun, mengapa dia mengkhianati suaminya?Pikiran wanita sungguh sulit ditebak.Setelah berbicara dengan Nancy, Carmin menatapku. Aku segera berdiri. "Aku juga sudah mau pergi.""Oke, hati-hati di jalan." Carmin tersenyum hangat.Aku agak panik.Carmin tampak seperti pria lemah lembut, tetapi sebenarnya sangat berbahaya.Kelak, aku harus mewaspadainya.Begitu turun dan masuk ke mobil, aku langsung memeriksa kondom di
Sialan, bisakah kamu kecilkan suaramu?Apa hal seperti ini pantas dibicarakan di depan umum?Aku sungguh tidak berdaya menghadapi wanita ini."Ssst, kecilkan suaramu! Aku ingat. Tapi, kamu nggak pergi ke klinik, aku mana bisa pijat kamu?""Bukannya klinik kalian sediakan layanan rumah? Kamu bisa pijat aku di rumah sahabatku."Aku berkata dengan kesal, "Layanan rumah lebih mahal. Kamu punya waktu, kenapa nggak pergi ke klinik?"Tiara memandang Bella. Ekspresi Bella sangat dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Tiara terpaksa berkata, "Siapa bilang aku punya waktu? Aku sibuk. Memangnya kenapa kalau lebih mahal? Aku punya uang. Hari ini, pijat aku di rumah sahabatku."Aku melihat ke arah Bella, Bella mendelikku dengan galak.Aku tidak ingin berbicara dengannya, tetapi tatapannya membuatku tidak nyaman.Aku sengaja menyetujui permintaan Tiara. "Oke, kirimkan alamat sahabatmu. Nanti, aku pergi layani kamu."Bella tiba-tiba mengerutkan keningnya. Dia seolah-olah ingin menerkamku.Ak
Aku tertawa. "Kak, hal seperti ini nggak perlu diajari. Aku nggak bodoh.""Hmph, kamu bodoh. Kamu itu anjing yang paling berengsek.""Apa maksudmu? Kok sebut aku anjing? Sekalipun aku berengsek, kamu lebih berengsek.""Kamu mau cari masalah denganku?""Aku cari masalah? Jelas-jelas kamu yang mulai. Bisakah kamu ngomong baik-baik? Aku nggak berutang sama kamu.""Jangan lupa, kamu yang duluan terkam aku ...."Mendengar ucapanku, wajah Bella sontak memerah. "Diam. Kelak, jangan bahas hal itu lagi.""Oke, nggak kubahas lagi. Kelak, jangan selalu mengasariku.""Manusia harus saling menghormati. Kamu nggak hormati aku, tapi suruh aku hormati kamu. Apa mungkin?"Bella tidak menanggapi hal ini, tetapi dia memahami maksudku."Aku bakal perbaiki sikapku, tapi kejadian sebelumnya, anggap nggak pernah terjadi.""Oke?"Aku langsung mengiakan. "Tenang saja, aku janji."Aku berkata demikian untuk menunjukkan ketulusanku.Namun, Bella mengira aku sudah kapok.Bagaimanapun, aku mengambil keuntungan dar
"Malam ini nggak bisa."Awalnya, aku sangat gembira. Namun, begitu membaca balasan Kak Lina, suasana hatiku memburuk.Aku bertanya, "Kenapa?"Kak Lina membalas, "Nancy menyuruhku menemaninya satu malam lagi."Aku menjawab dengan kesal, "Ada apa dengannya? Suaminya pulang, kok masih suruh kamu tinggal di rumahnya?"Lina bertanya, "Carmin pulang? Kapan?"Aku menjawab, "Kamu nggak tahu? Semalam. Waktu aku antar kamu dan Kak Nia naik, aku ketemu suami Kak Nancy."Kak Lina membalas, "Aku nggak tahu. Semalam aku mabuk, nggak ingat. Pagi ini waktu bangun, aku nggak lihat suaminya. Jadi, aku nggak tahu suaminya pulang. Coba kutanyakan pada Nancy."Aku sangat bersemangat. Semoga malam ini Kak Lina pulang!Karena tidur sendirian sungguh tidak menyenangkan.Ketika menunggu balasan dari Kak Lina, Tiara sudah menelepon klinik untuk memesan layanan.Aku sudah mengemas barang-barang dan bersiap untuk berangkat.Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan dari Tiara dan kembali ke klinik.Aku kembali ke
Inilah perbedaan anak desa dan kota."Kamu benar. Waktu aku kecil, kondisi keluargaku kurang baik. Aku ingat, aku bahkan harus menangis seharian buat makan permen." Tiara tiba-tiba bercerita padaku.Aku pun penasaran dan bertanya, "Kamu tinggal di desa?""Nggak.""Jadi, kok keluargamu begitu miskin?""Karena waktu aku kecil, ayahku ketahuan korupsi dan aset keluargaku disita.""Tak lama kemudian, aku memasuki masa pubertas. Tapi, waktu itu keluargaku sangat miskin. Syukur bisa kenyang, ibuku mana bisa pedulikan soal nutrisiku lagi."Aku merasa sangat konyol.Kenapa kamu asal memberi tahu orang bahwa ayahmu adalah koruptor?Aku tidak bisa berkata-kata.Setelah menyiapkan peralatan, aku berkata pada Tiara, "Lepaskan pakaianmu, aku sudah mau mulai."Tanpa basa-basi, Tiara melepas pakaiannya.Aku mengoleskan minyak terlebih dahulu, lalu memijatnya.Sejujurnya, menghadapi tubuh seperti ini, aku sama sekali tidak bernafsu.Karena dadanya terlalu rata.Kalau bukan karena wajahnya cantik, aku
Kiki ingin membawa Yasan kembali ke toko. Namun, Yasan mendorong Kiki dan melarikan diri tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah mengejar dalam waktu lama, Kiki tidak berhasil mengejar Yasan.Kiki tidak memiliki pilihan selain kembali ke toko.Kiki menarikku ke samping, lalu dia menceritakan apa yang terjadi pada Yasan.Setelah mendengarnya, aku merasa sangat sedih dan kesal.Yasan adalah orang yang jujur. Orang-orang itu mempermalukannya hingga dia tidak memiliki harga diri sama sekali. Yasan pasti merasa sangat tidak nyaman.Aku segera menelepon Yasan. Namun, dia tidak menjawab panggilannya.Aku memiliki firasat buruk, seakan sesuatu akan terjadi pada Yasan.Aku merasa semakin tertekan."Sialan." Kali ini adalah pertama kalinya aku mengumpat. Hal ini karena pikiranku sedang kacau. Aku tidak tahu harus berbuat apa.Namun, aku juga tahu bahwa aku tidak boleh panik. Pak Harmin telah menyerahkan Aula Damai padaku. Sekarang, aku harus mencegah Willy dan Hairu membuat masalah lagi."Mul
Kemudian, Willy bergegas mendekat dan mencoba menarik celana Yasan.Yasan meronta dengan sekuat tenaga.Willy berkata pada bawahannya, "Apa yang kalian semua lakukan di sana? Datang bantu aku!"Beberapa bawahannya bergegas mendekat, lalu mereka menekan Yasan ke tanah.Celana Yasan dilepas di depan umum.Hairu mencibir, lalu berkata kepada Tasya, "Duduk di atasnya."Tasya gemetar ketakutan, Wajahnya tampak pucat pasi."Kak Hairu, ada banyak orang ....""Plak!"Hairu menampar wajahnya. "Cepat pergi. Kenapa kamu beromong kosong?"Tasya dipukuli begitu keras hingga matanya berlinang air mata. Namun, dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Dia berjalan ke sana dengan patuh.Yasan ditekan ke tanah oleh orang-orang itu, lalu celananya ditarik hingga lepas.Dia tampak sangat menyedihkan.Tasya melihat perasaan marah dan terhina yang tidak berujung di mata Yasan yang awalnya lembut dan baik itu.Tasya tahu karena dirinya, Yasan berakhir seperti ini.Dia merasa bersalah. Dia bahkan tidak b
Kiki menanggapinya, lalu dia segera mengikuti Yasan keluar.Aku meminta orang lain melakukan pekerjaan masing-masing.Semua orang kembali ke bekerja satu demi satu. Namun, banyak orang diam-diam mendiskusikan urusan Yasan.Aku merasa tertekan.Sementara, di sisi Yasan.Yasan mengajak Tasya ke tempat terpencil, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku melakukan ini dengan tulus demi kebaikanmu. Aku benar-benar berharap kamu bisa menjadi lebih baik. Tapi, sekarang kamu malah merendahkan dirimu."Tasya berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu benar-benar peduli padaku, apa kamu akan meninggalkanku hanya karena perkataan Edo?""Meskipun nggak ada Edo, kita mustahil untuk bersama. Aku punya keluarga, istri dan anak-anak. Aku selalu memperlakukanmu sebagai adik. Aku nggak pernah memiliki pikiran yang nggak pantas tentangmu."Tasya menampar pipi Yasan dengan keras.Tasya menggertakkan giginya dan berkata, "Kamu nggak punya pikiran yang nggak pantas padaku? Kalau kamu nggak punya pikiran y
Masalah telah menjadi seperti ini. Akhirnya, Tasya mengatakan tujuan aslinya.Tujuannya bukan untuk memfitnah Yasan. Tujuan sebenarnya adalah membuat masalah untuk Aula Damai.Melihat semua orang terus berkomentar, aku berjalan mendekat dan berkata pada Tasya, "Apa Willy yang memerintahkanmu untuk melakukan ini? Atau kamu sukarela untuk bekerja sama dengan Willy?"Tatapan mata Tasya langsung mengelak. "Aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Aku tidak memarahinya. Aku berkata dengan wajah cemberut, "Aku tahu aku seharusnya nggak boleh memerasmu. Aku juga nggak bisa mengharapkan kamu untuk berubah pikiran. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Saat Willy memukulmu, memarahimu dan menindasmu, siapa yang melindungimu?""Tanpa Yasan, kamu masih akan disiksa oleh Willy. Kamu nggak bisa memfitnah dan menghancurkan hidupnya hanya karena dia nggak jatuh ke dalam perangkapmu, 'kan?"Tasya berkata dengan marah, "Kapan aku memfitnahnya? Jangan berbicara omong kosong. Aku tahu kamu dan Aula Damai
Kami berbalik, lalu melihat Tasya berteriak di toko.Wanita ini tidak berakting lagi. Dia mewarnai rambutnya dengan berbagai warna dan berpakaian seperti gangster.Tasya menunjuk hidung Yasan dan berkata, "Beraninya kamu nggak menjawab panggilanku? Apa maksudmu?"Yasan segera berjalan mendekat, lalu berkata, "Bukankah aku sudah memberitahumu dengan jelas dalam pesan? Ke depan, jangan datang menemuiku lagi.""Kamu bilang kamu nggak ingin menemuiku? Kamu sudah tidur denganku. Kamu ingin mencampakkanku begitu saja?"Suara Tasya sangat keras. Terlihat jelas dia sengaja membuat onar.Wajah Yasan langsung menjadi masam. "Kapan aku tidur denganmu? Aku sama sekali nggak pernah menyentuhmu."Tasya berkata sambil mencibir, "Kamu bilang seperti itu. Tanyakan pada orang-orang di toko apa mereka percaya?"Yasan melihat ke sekelilingnya. Dia melihat semua orang menatapnya dengan aneh.Yasan berkata, "Aku nggak berbuat salah, aku nggak takut. Aku sudah bilang aku nggak pernah tidur denganmu.""Kamu n
Kiki terkekeh. "Rumahmu jauh lebih baik daripada rumah kontrakanku. Aku nggak mau kembali.""Kalau begitu, tidurlah di sofa. Jangan tidur denganku lagi. Sialan, kamu bermimpi dan menyentuhku. Kamu bertingkah seperti orang mesum.""Kenapa aku nggak menyadari kamu punya kebiasaan ini saat kuliah?"Kiki berkata sambil menghela napas, "Terutama karena aku menahannya. Mungkin tubuhku mengalami respons.""Siapa suruh! Hari itu, aku memintamu untuk pergi ke hotel bersama Agnes. Tapi, kamu nggak melakukan apa pun.""Aku ingin. Tapi, aku takut.""Kamu takut segala hal. Pantas saja kamu masih perjaka.""Pergi selesaikan di kamar mandi."Saat aku melihat selangkangan Kiki, aku merasa pemandangan itu sungguh tidak enak dipandang.Jika itu adalah wanita, aku akan menikmatinya. Namun, jika pria melihat selangkangan pria lain, itu sama seperti melihat tangan kiri dan tangan kanan. Aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan merasa jijik.Kiki juga merasa tidak nyaman, jadi dia berkata, "Oke. Kalau begitu
Meskipun Sharlina dan aku tinggal serumah, ini adalah pertama kali aku memasuki kamarnya.Kamar ini terlihat seperti kamar seorang gadis. Kamar itu dipenuhi hiasan merah muda yang sangat imut.Sebenarnya, aku mengantuk. Bagaimanapun, aku berhubungan begitu lama. Aku sangat lelah.Namun, aku telah berjanji pada Sharlina bahwa aku akan membimbingnya belajar. Aku harus memenuhi janjiku."Sharlina, apa kamu mengerti apa yang aku katakan?""Sebenarnya, mata kuliah ini sangat mudah. Kalau kamu membandingkan berbagai bagian tubuh manusia, kamu dapat mengingat poin-poin pengetahuan ini dengan mudah."Saat berkata, aku menguap.Sekarang, sudah lewat jam satu pagi. Aku benar-benar kelelahan.Sharlina mengangguk dan berkata, "Aku mengerti dasarnya. Tapi, masih ada beberapa hal yang nggak begitu aku pahami.""Tapi, itu nggak masalah. Pengetahuan ini cukup untuk melewati tes besok.""Kak Edo, aku lihat kamu sangat lelah. Kamu kembali dan istirahatlah."Aku tidak sungkan lagi. Aku berkata sambil ber
Setelah memasuki asramanya, aku langsung mendorong Jessy ke dinding ...."Siapa yang menyuruhmu memarahiku tadi. Siapa yang menyuruhmu memarahiku ...." Aku merobek pakaiannya dengan kasar.Jessy terhibur olehku hingga terkikik. "Mau bagaimana lagi. Kalau aku nggak seperti itu, mereka akan menyadarinya."Aku tidak memedulikan banyak hal lagi ....Awalnya, aku ingin menyelesaikannya dengan cepat. Namun, begitu aku benar-benar berhubungan, aku bahkan lupa akan waktu dan Sharlina.Satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah wanita menawan ini.Ini bukan pertama kalinya Jessy dan aku berhubungan. Namun, kali ini, dia menunjukkan beberapa gerakan sulit yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.Selain itu, dia bahkan meminta hingga tiga kali.Akhirnya, aku sangat kelelahan.Kali ini juga pertama kalinya aku menyadari bahwa ketika wanita berkuasa, pria tidak bisa melakukan apa pun.Aku berbaring di ranjang dengan lemas. Sementara Jessy menatapku sambil tersenyum."Baru tiga kali, kamu sudah k
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla