Aku menjawab dengan kesal, "Teman-temanku juga sudah punya pacar."Tak disangka, Tiara begitu gigih. "Bagaimana dengan teman dari temanmu? Aku nggak percaya, nggak ada satu pun pria di sekitarmu yang lajang.""Kamu sengaja? Kubilang nggak ada, berarti nggak ada yang cocok.""Bagaimanapun, kamu sahabatnya. Jangan sembarangan jodohkan sahabatmu dengan pria, kamu tahu latar belakang pria itu? Kamu tahu karakternya?"Aku tidak sanggup menahan diri dan langsung menegur Tiara.Tiara tidak menganggap serius, dia tertawa terbahak-bahak. "Kok marah? Aku cuma bercanda, nggak boleh? Kok kurasa kamu peduli sama sahabatku?""Kenapa kamu merasa begitu? Aku cuma pendengar, nggak boleh kasih saran?"Aku merasa wanita ini tidak memiliki logika, dia hanya ingin mencari masalah denganku.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatainya."Maksudmu, aku nggak pantas jadi sahabatnya?""Aku nggak bilang begitu, kamu yang bilang." Aku membenarkan ucapannya secara tidak langsung.Karena menurutku dia memang tidak
Aku berpikir dalam hati, 'Untung ayahmu ketahuan korupsi. Kalau nggak, kamu bakal jadi penerus ayahmu. Entah berapa banyak orang yang bakal menderita.'Aku sangat kesal. Jadi, aku menjawab dengan sembrono, "Nggak, puas?""Lumayan."Tiara kembali berbaring.Aku menatap payudaranya. Makin dipikirkan, aku makin kesal.Di tengah memijatnya, suatu ide buruk terlintas di benakku.Awalnya, titik akupunktur berada di bagian bawah payudara. Namun, kali ini aku sengaja meraba ke bagian atas.Tiara menyadari ada yang aneh, dia bertanya dengan curiga, "Hei, kamu mau apa?"Aku tersenyum palsu sambil menjawab, "Pijat titik akupunkturmu, bagian ini lebih efektif.""Serius? Kenapa sebelumnya kamu nggak pijat area ini?"Meskipun wanita ini ceroboh, dia tidak bodoh dan sulit dikelabui.Namun, aku sama sekali tidak gugup. "Sebelumnya buru-buru, nggak sempat oleskan minyak. Kali ini, sudah oleskan minyak, harus dipijat biar minyaknya meresap.""Oh."Aku berpikir dalam hati, 'Dasar kurcaci, sok-sokan mau l
Jauh lebih baik dari sesuatu yang dipermak dengan teknologi."Aku tiba-tiba merasa ucapanmu benar. Aku jadi nggak ingin perbesar payudara lagi."Sembari berbicara, Tiara membusungkan dadanya dengan bangga.Terlihat jelas dia sangat gembira.Aku tidak menyangka ucapanku akan menimbulkan reaksi sebesar ini."Sudah selesai, tolong selesaikan pembayaran."Aku menyodorkan kode pembayaran padanya.Tanpa basa-basi, Tiara langsung membayar.Layanan yang diinginkan Tiara cukup sederhana. Hanya memijat area dada, jadi harganya lebih murah, total 1,6 juta.Setelah menerima uang, aku pergi.Pertama, aku takut wanita itu berubah pikiran. Kedua, Kak Lina meneleponku, tetapi aku tidak angkat karena sedang sibuk.Aku kembali ke dalam mobil dan segera menelepon kembali.Kak Lina mengangkat panggilan videoku.Dia berkata, "Nancy bilang suasana hatinya kurang baik, malam ini dia minta ditemani."Ini bukan jawaban yang kuinginkan.Aku berharap Kak Lina pulang.Selain itu, bagaimana mungkin suasana hati Na
"Aku sedang buktikan. Lihat, bukankah aku sedang berusaha?""Ada apa denganmu? Kok tiba-tiba sanggup?" Suara Kak Nia makin menggebu-gebu.Wiki tidak berkata jujur.Ketika melihat Nia pulang, dia diam-diam meminum obat.Oleh karena itu, tubuhnya bereaksi.Namun, Wiki tidak berani memberi tahu Nia. Kalau tidak, Nia tidak akan membiarkan Wiki menyentuhnya."Nggak tahu, mungkin aku sudah sadar.""Nia, aku sangat mencintaimu. Aku nggak mau kehilanganmu."Aku mendengar suara erangan dari dalam.Kak Nia sangat puas, suaranya makin menggelegar.Seingatku, akulah orang terakhir yang memuaskan Kak Nia.Namun, sekarang dia tidak membutuhkanku lagi.Aku agak kecewa.Aku diam-diam meninggalkan rumah dan kembali ke mobil, suasana hatiku sangat kacau.Kak Nancy dan Kak Nia memiliki suami. Setiap suami mereka pulang, aku bukan siapa-siapa.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Seolah-olah aku hanyalah alat. Ketika dibutuhkan, mereka akan membelaiku. Ketika tidak dibutuhkan, mereka mencampakkanku.Ak
Ketika Yasan sedang makan, pria berambut kuning muncul, diikuti oleh gadis itu.Pria berambut kuning itu mendatangi Yasan, dia menunjuk hidung Yasan dengan marah. "Sialan, kamu yang namanya Yasan? Kamu yang hasut pacarku?""Aku nggak hasut dia. Aku cuma kasihani dia, suruh dia jauhi kamu," jawab Yasan dengan serius.Pria berambut kuning itu langsung menampar wajah Yasan hingga mimisan.Aku melangkah maju untuk melindungi Yasan. "Apa yang kamu lakukan? Kalau kamu main tangan lagi, aku lapor polisi!"Hari ini, pria berambut kuning itu tidak takut. Dia bahkan tidak mundur ketika aku mengancam akan melapor polisi.Dia membentakku, "Ini urusanku dengannya, nggak ada hubungan sama kamu. Jangan ikut campur."Aku melirik Yasan, hidungnya berdarah, tetapi dia sama sekali tidak takut.Kemarin, kami juga menghadapi situasi seperti ini, tetapi reaksinya berbeda jauh.Bagaimana bisa seorang gadis membawa pengaruh sebesar itu padanya?Melihat Yasan dipukul, wanita itu memohon pada pacarnya, "Willy,
Sembari berbicara, gadis itu tiba-tiba menerjang ke pelukan Yasan dan memeluk erat Yasan.Yasan kebingungan, tetapi suatu cahaya kegembiraan melintas di matanya.Aku sudah berpengalaman dalam hal percintaan. Aku dapat merasakan bahwa Yasan sangat menyukai gadis ini.Namun, dia sudah memiliki keluarga dan harus membatasi diri."Nggak apa-apa, cuma hal sepele. Kelak, kalau butuh bantuan, boleh cari aku."Sembari berbicara, Yasan otomatis mengulurkan tangan untuk memeluk gadis itu.Aku makin yakin dengan dugaanku.Melihat adegan ini, Willy pun marah. "Sialan, lepaskan tanganmu. Dia pacarku, jangan sentuh dia!"Willy menerjang ke arah Yasan.Aku menahan Willy.Namun, Willy malah berteriak padaku, "Sialan, jangan ikut campur. Kalau nggak, kuhabisi kamu."Di tengah kami berdebat, polisi datang.Setelah memahami apa yang terjadi, polisi menyimpulkan bahwa ini adalah pertengkaran dua belah pihak dan semuanya harus pergi ke kantor polisi.Aku sangat kesal. "Ini bukan pertengkaran kedua belah pi
"Gimana caramu balas budi?" tanya Helena sambil terkekeh.Aku berpikir dalam hati, 'Di saat seperti ini, kamu masih ingin mengusiliku?'Aku terpaksa menjawab, "Gimana pun boleh."Aku tahu Helena suka menggoda dan mengusiliku, dia mungkin menyukaiku.Aku berkata demikian untuk mengisyaratkan bahwa aku rela melakukan apa pun asal dia membantuku.Mengenai apakah aku menepati janjiku, kita bicarakan di lain hari.Aku hanya ingin terbebas dari kesulitan ini."Ini janjimu, aku nggak paksa kamu."Mendengar Helena mungkin akan membantuku, aku sangat emosional.Aku segera menjawab, "Aku sukarela. Semua akibatnya, aku yang tanggung. Oke?""Oke, aku telepon dulu."Helena hanya wanita simpanan, tetapi Tiano, kekasihnya bukan orang biasa!Tiano bahkan tidak ragu untuk membawa wanita simpanannya menghadiri berbagai acara penting.Jadi, Helena mengenal banyak orang. Bahkan sebagian orang mencoba untuk mendekati Tiano melalui Helena.Inilah alasan mengapa begitu banyak orang menghadiri pesta yang diad
Perubahan situasi ini membuat Willy tercengang."Ada apa? Bukannya bosku sudah ....""Diam! Cepat masuk." Dalam sekejap, sikap polisi yang bertugas berubah drastis. Dia menjadi sangat tegas dan serius.Dia langsung membawa Willy pergi.Dia juga meminta Yasan dan Tasya Naranda masing-masing membayar denda dua juta.Yasan kebingungan. "Ada apa? Tadi, polisi itu masih bela Willy, kok tiba-tiba bela kita?"Tentu saja, aku mengetahui apa yang terjadi.Perlu diakui, orang berkuasa memang efektif dalam menangani masalah.Kami menghabiskan tenaga dan waktu untuk bernegosiasi dengan polisi, tetapi sama sekali tidak membuahkan hasil.Helena hanya perlu menelepon untuk mengatasi masalah ini.Memang benar, koneksi sangat penting!Ini adalah hukum alam.Namun, aku tidak banyak berbicara dan hanya berkata, "Masalah sudah beres, ayo pergi."Aku menarik Yasan ke samping untuk memperingatkannya. "Kamu sudah berkeluarga, jangan macam-macam. Masalah Tasya, jangan ikut campur.""Aku tahu, aku hanya mengan
Kiki ingin membawa Yasan kembali ke toko. Namun, Yasan mendorong Kiki dan melarikan diri tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah mengejar dalam waktu lama, Kiki tidak berhasil mengejar Yasan.Kiki tidak memiliki pilihan selain kembali ke toko.Kiki menarikku ke samping, lalu dia menceritakan apa yang terjadi pada Yasan.Setelah mendengarnya, aku merasa sangat sedih dan kesal.Yasan adalah orang yang jujur. Orang-orang itu mempermalukannya hingga dia tidak memiliki harga diri sama sekali. Yasan pasti merasa sangat tidak nyaman.Aku segera menelepon Yasan. Namun, dia tidak menjawab panggilannya.Aku memiliki firasat buruk, seakan sesuatu akan terjadi pada Yasan.Aku merasa semakin tertekan."Sialan." Kali ini adalah pertama kalinya aku mengumpat. Hal ini karena pikiranku sedang kacau. Aku tidak tahu harus berbuat apa.Namun, aku juga tahu bahwa aku tidak boleh panik. Pak Harmin telah menyerahkan Aula Damai padaku. Sekarang, aku harus mencegah Willy dan Hairu membuat masalah lagi."Mul
Kemudian, Willy bergegas mendekat dan mencoba menarik celana Yasan.Yasan meronta dengan sekuat tenaga.Willy berkata pada bawahannya, "Apa yang kalian semua lakukan di sana? Datang bantu aku!"Beberapa bawahannya bergegas mendekat, lalu mereka menekan Yasan ke tanah.Celana Yasan dilepas di depan umum.Hairu mencibir, lalu berkata kepada Tasya, "Duduk di atasnya."Tasya gemetar ketakutan, Wajahnya tampak pucat pasi."Kak Hairu, ada banyak orang ....""Plak!"Hairu menampar wajahnya. "Cepat pergi. Kenapa kamu beromong kosong?"Tasya dipukuli begitu keras hingga matanya berlinang air mata. Namun, dia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Dia berjalan ke sana dengan patuh.Yasan ditekan ke tanah oleh orang-orang itu, lalu celananya ditarik hingga lepas.Dia tampak sangat menyedihkan.Tasya melihat perasaan marah dan terhina yang tidak berujung di mata Yasan yang awalnya lembut dan baik itu.Tasya tahu karena dirinya, Yasan berakhir seperti ini.Dia merasa bersalah. Dia bahkan tidak b
Kiki menanggapinya, lalu dia segera mengikuti Yasan keluar.Aku meminta orang lain melakukan pekerjaan masing-masing.Semua orang kembali ke bekerja satu demi satu. Namun, banyak orang diam-diam mendiskusikan urusan Yasan.Aku merasa tertekan.Sementara, di sisi Yasan.Yasan mengajak Tasya ke tempat terpencil, lalu dia berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku melakukan ini dengan tulus demi kebaikanmu. Aku benar-benar berharap kamu bisa menjadi lebih baik. Tapi, sekarang kamu malah merendahkan dirimu."Tasya berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu benar-benar peduli padaku, apa kamu akan meninggalkanku hanya karena perkataan Edo?""Meskipun nggak ada Edo, kita mustahil untuk bersama. Aku punya keluarga, istri dan anak-anak. Aku selalu memperlakukanmu sebagai adik. Aku nggak pernah memiliki pikiran yang nggak pantas tentangmu."Tasya menampar pipi Yasan dengan keras.Tasya menggertakkan giginya dan berkata, "Kamu nggak punya pikiran yang nggak pantas padaku? Kalau kamu nggak punya pikiran y
Masalah telah menjadi seperti ini. Akhirnya, Tasya mengatakan tujuan aslinya.Tujuannya bukan untuk memfitnah Yasan. Tujuan sebenarnya adalah membuat masalah untuk Aula Damai.Melihat semua orang terus berkomentar, aku berjalan mendekat dan berkata pada Tasya, "Apa Willy yang memerintahkanmu untuk melakukan ini? Atau kamu sukarela untuk bekerja sama dengan Willy?"Tatapan mata Tasya langsung mengelak. "Aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Aku tidak memarahinya. Aku berkata dengan wajah cemberut, "Aku tahu aku seharusnya nggak boleh memerasmu. Aku juga nggak bisa mengharapkan kamu untuk berubah pikiran. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Saat Willy memukulmu, memarahimu dan menindasmu, siapa yang melindungimu?""Tanpa Yasan, kamu masih akan disiksa oleh Willy. Kamu nggak bisa memfitnah dan menghancurkan hidupnya hanya karena dia nggak jatuh ke dalam perangkapmu, 'kan?"Tasya berkata dengan marah, "Kapan aku memfitnahnya? Jangan berbicara omong kosong. Aku tahu kamu dan Aula Damai
Kami berbalik, lalu melihat Tasya berteriak di toko.Wanita ini tidak berakting lagi. Dia mewarnai rambutnya dengan berbagai warna dan berpakaian seperti gangster.Tasya menunjuk hidung Yasan dan berkata, "Beraninya kamu nggak menjawab panggilanku? Apa maksudmu?"Yasan segera berjalan mendekat, lalu berkata, "Bukankah aku sudah memberitahumu dengan jelas dalam pesan? Ke depan, jangan datang menemuiku lagi.""Kamu bilang kamu nggak ingin menemuiku? Kamu sudah tidur denganku. Kamu ingin mencampakkanku begitu saja?"Suara Tasya sangat keras. Terlihat jelas dia sengaja membuat onar.Wajah Yasan langsung menjadi masam. "Kapan aku tidur denganmu? Aku sama sekali nggak pernah menyentuhmu."Tasya berkata sambil mencibir, "Kamu bilang seperti itu. Tanyakan pada orang-orang di toko apa mereka percaya?"Yasan melihat ke sekelilingnya. Dia melihat semua orang menatapnya dengan aneh.Yasan berkata, "Aku nggak berbuat salah, aku nggak takut. Aku sudah bilang aku nggak pernah tidur denganmu.""Kamu n
Kiki terkekeh. "Rumahmu jauh lebih baik daripada rumah kontrakanku. Aku nggak mau kembali.""Kalau begitu, tidurlah di sofa. Jangan tidur denganku lagi. Sialan, kamu bermimpi dan menyentuhku. Kamu bertingkah seperti orang mesum.""Kenapa aku nggak menyadari kamu punya kebiasaan ini saat kuliah?"Kiki berkata sambil menghela napas, "Terutama karena aku menahannya. Mungkin tubuhku mengalami respons.""Siapa suruh! Hari itu, aku memintamu untuk pergi ke hotel bersama Agnes. Tapi, kamu nggak melakukan apa pun.""Aku ingin. Tapi, aku takut.""Kamu takut segala hal. Pantas saja kamu masih perjaka.""Pergi selesaikan di kamar mandi."Saat aku melihat selangkangan Kiki, aku merasa pemandangan itu sungguh tidak enak dipandang.Jika itu adalah wanita, aku akan menikmatinya. Namun, jika pria melihat selangkangan pria lain, itu sama seperti melihat tangan kiri dan tangan kanan. Aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan merasa jijik.Kiki juga merasa tidak nyaman, jadi dia berkata, "Oke. Kalau begitu
Meskipun Sharlina dan aku tinggal serumah, ini adalah pertama kali aku memasuki kamarnya.Kamar ini terlihat seperti kamar seorang gadis. Kamar itu dipenuhi hiasan merah muda yang sangat imut.Sebenarnya, aku mengantuk. Bagaimanapun, aku berhubungan begitu lama. Aku sangat lelah.Namun, aku telah berjanji pada Sharlina bahwa aku akan membimbingnya belajar. Aku harus memenuhi janjiku."Sharlina, apa kamu mengerti apa yang aku katakan?""Sebenarnya, mata kuliah ini sangat mudah. Kalau kamu membandingkan berbagai bagian tubuh manusia, kamu dapat mengingat poin-poin pengetahuan ini dengan mudah."Saat berkata, aku menguap.Sekarang, sudah lewat jam satu pagi. Aku benar-benar kelelahan.Sharlina mengangguk dan berkata, "Aku mengerti dasarnya. Tapi, masih ada beberapa hal yang nggak begitu aku pahami.""Tapi, itu nggak masalah. Pengetahuan ini cukup untuk melewati tes besok.""Kak Edo, aku lihat kamu sangat lelah. Kamu kembali dan istirahatlah."Aku tidak sungkan lagi. Aku berkata sambil ber
Setelah memasuki asramanya, aku langsung mendorong Jessy ke dinding ...."Siapa yang menyuruhmu memarahiku tadi. Siapa yang menyuruhmu memarahiku ...." Aku merobek pakaiannya dengan kasar.Jessy terhibur olehku hingga terkikik. "Mau bagaimana lagi. Kalau aku nggak seperti itu, mereka akan menyadarinya."Aku tidak memedulikan banyak hal lagi ....Awalnya, aku ingin menyelesaikannya dengan cepat. Namun, begitu aku benar-benar berhubungan, aku bahkan lupa akan waktu dan Sharlina.Satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah wanita menawan ini.Ini bukan pertama kalinya Jessy dan aku berhubungan. Namun, kali ini, dia menunjukkan beberapa gerakan sulit yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.Selain itu, dia bahkan meminta hingga tiga kali.Akhirnya, aku sangat kelelahan.Kali ini juga pertama kalinya aku menyadari bahwa ketika wanita berkuasa, pria tidak bisa melakukan apa pun.Aku berbaring di ranjang dengan lemas. Sementara Jessy menatapku sambil tersenyum."Baru tiga kali, kamu sudah k
"Kamu gila, ya! Kamu itu dekan. Bagaimana kalau murid-murid melihatmu?"Tempat ini adalah sekolah, bukan Vila Dragonfly. Aku berpikir, "Bagaimana Jessy bisa begitu berani?"Jessy tidak berkata apa-apa. Namun, tangannya yang halus menjulur masuk ke dalam pakaianku ....Tangannya menggarukku dengan lembut."Tatap mataku." Napas Jessy semanis bunga anggrek. Tubuhnya menempel erat padaku, hingga aku merasa bergairah dengan perlahan.Aku segera meraih tangannya dan berkata, "Jangan. Aku nggak ingin menjadi seperti dulu.""Aku ingin menjadi kuat seperti Kak Andre."Jessy berdiri berjinjit, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Napasnya yang hangat itu pun mengembus di daguku."Sekalipun kamu menjadi sekuat Andre. Itu nggak akan memengaruhi kamu tidur denganku.""Nggak ... nggak bisa seperti itu."Sebelum aku selesai berbicara, Jessy tiba-tiba menggigit daguku.Namun, gigitannya sangat lembut.Dia sengaja menggodaku. Tangan yang berada di balik pakaianku telah bergerak ke bawah dengan perla