Share

Bab 476

Author: Galang Damares
last update Last Updated: 2024-11-22 18:00:24
Sialan, bisakah kamu kecilkan suaramu?

Apa hal seperti ini pantas dibicarakan di depan umum?

Aku sungguh tidak berdaya menghadapi wanita ini.

"Ssst, kecilkan suaramu! Aku ingat. Tapi, kamu nggak pergi ke klinik, aku mana bisa pijat kamu?"

"Bukannya klinik kalian sediakan layanan rumah? Kamu bisa pijat aku di rumah sahabatku."

Aku berkata dengan kesal, "Layanan rumah lebih mahal. Kamu punya waktu, kenapa nggak pergi ke klinik?"

Tiara memandang Bella. Ekspresi Bella sangat dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Tiara terpaksa berkata, "Siapa bilang aku punya waktu? Aku sibuk. Memangnya kenapa kalau lebih mahal? Aku punya uang. Hari ini, pijat aku di rumah sahabatku."

Aku melihat ke arah Bella, Bella mendelikku dengan galak.

Aku tidak ingin berbicara dengannya, tetapi tatapannya membuatku tidak nyaman.

Aku sengaja menyetujui permintaan Tiara. "Oke, kirimkan alamat sahabatmu. Nanti, aku pergi layani kamu."

Bella tiba-tiba mengerutkan keningnya. Dia seolah-olah ingin menerkamku.

Ak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 477

    Aku tertawa. "Kak, hal seperti ini nggak perlu diajari. Aku nggak bodoh.""Hmph, kamu bodoh. Kamu itu anjing yang paling berengsek.""Apa maksudmu? Kok sebut aku anjing? Sekalipun aku berengsek, kamu lebih berengsek.""Kamu mau cari masalah denganku?""Aku cari masalah? Jelas-jelas kamu yang mulai. Bisakah kamu ngomong baik-baik? Aku nggak berutang sama kamu.""Jangan lupa, kamu yang duluan terkam aku ...."Mendengar ucapanku, wajah Bella sontak memerah. "Diam. Kelak, jangan bahas hal itu lagi.""Oke, nggak kubahas lagi. Kelak, jangan selalu mengasariku.""Manusia harus saling menghormati. Kamu nggak hormati aku, tapi suruh aku hormati kamu. Apa mungkin?"Bella tidak menanggapi hal ini, tetapi dia memahami maksudku."Aku bakal perbaiki sikapku, tapi kejadian sebelumnya, anggap nggak pernah terjadi.""Oke?"Aku langsung mengiakan. "Tenang saja, aku janji."Aku berkata demikian untuk menunjukkan ketulusanku.Namun, Bella mengira aku sudah kapok.Bagaimanapun, aku mengambil keuntungan dar

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 478

    "Malam ini nggak bisa."Awalnya, aku sangat gembira. Namun, begitu membaca balasan Kak Lina, suasana hatiku memburuk.Aku bertanya, "Kenapa?"Kak Lina membalas, "Nancy menyuruhku menemaninya satu malam lagi."Aku menjawab dengan kesal, "Ada apa dengannya? Suaminya pulang, kok masih suruh kamu tinggal di rumahnya?"Lina bertanya, "Carmin pulang? Kapan?"Aku menjawab, "Kamu nggak tahu? Semalam. Waktu aku antar kamu dan Kak Nia naik, aku ketemu suami Kak Nancy."Kak Lina membalas, "Aku nggak tahu. Semalam aku mabuk, nggak ingat. Pagi ini waktu bangun, aku nggak lihat suaminya. Jadi, aku nggak tahu suaminya pulang. Coba kutanyakan pada Nancy."Aku sangat bersemangat. Semoga malam ini Kak Lina pulang!Karena tidur sendirian sungguh tidak menyenangkan.Ketika menunggu balasan dari Kak Lina, Tiara sudah menelepon klinik untuk memesan layanan.Aku sudah mengemas barang-barang dan bersiap untuk berangkat.Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan dari Tiara dan kembali ke klinik.Aku kembali ke

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 479

    Inilah perbedaan anak desa dan kota."Kamu benar. Waktu aku kecil, kondisi keluargaku kurang baik. Aku ingat, aku bahkan harus menangis seharian buat makan permen." Tiara tiba-tiba bercerita padaku.Aku pun penasaran dan bertanya, "Kamu tinggal di desa?""Nggak.""Jadi, kok keluargamu begitu miskin?""Karena waktu aku kecil, ayahku ketahuan korupsi dan aset keluargaku disita.""Tak lama kemudian, aku memasuki masa pubertas. Tapi, waktu itu keluargaku sangat miskin. Syukur bisa kenyang, ibuku mana bisa pedulikan soal nutrisiku lagi."Aku merasa sangat konyol.Kenapa kamu asal memberi tahu orang bahwa ayahmu adalah koruptor?Aku tidak bisa berkata-kata.Setelah menyiapkan peralatan, aku berkata pada Tiara, "Lepaskan pakaianmu, aku sudah mau mulai."Tanpa basa-basi, Tiara melepas pakaiannya.Aku mengoleskan minyak terlebih dahulu, lalu memijatnya.Sejujurnya, menghadapi tubuh seperti ini, aku sama sekali tidak bernafsu.Karena dadanya terlalu rata.Kalau bukan karena wajahnya cantik, aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 480

    Aku menjawab dengan kesal, "Teman-temanku juga sudah punya pacar."Tak disangka, Tiara begitu gigih. "Bagaimana dengan teman dari temanmu? Aku nggak percaya, nggak ada satu pun pria di sekitarmu yang lajang.""Kamu sengaja? Kubilang nggak ada, berarti nggak ada yang cocok.""Bagaimanapun, kamu sahabatnya. Jangan sembarangan jodohkan sahabatmu dengan pria, kamu tahu latar belakang pria itu? Kamu tahu karakternya?"Aku tidak sanggup menahan diri dan langsung menegur Tiara.Tiara tidak menganggap serius, dia tertawa terbahak-bahak. "Kok marah? Aku cuma bercanda, nggak boleh? Kok kurasa kamu peduli sama sahabatku?""Kenapa kamu merasa begitu? Aku cuma pendengar, nggak boleh kasih saran?"Aku merasa wanita ini tidak memiliki logika, dia hanya ingin mencari masalah denganku.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatainya."Maksudmu, aku nggak pantas jadi sahabatnya?""Aku nggak bilang begitu, kamu yang bilang." Aku membenarkan ucapannya secara tidak langsung.Karena menurutku dia memang tidak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 481

    Aku berpikir dalam hati, 'Untung ayahmu ketahuan korupsi. Kalau nggak, kamu bakal jadi penerus ayahmu. Entah berapa banyak orang yang bakal menderita.'Aku sangat kesal. Jadi, aku menjawab dengan sembrono, "Nggak, puas?""Lumayan."Tiara kembali berbaring.Aku menatap payudaranya. Makin dipikirkan, aku makin kesal.Di tengah memijatnya, suatu ide buruk terlintas di benakku.Awalnya, titik akupunktur berada di bagian bawah payudara. Namun, kali ini aku sengaja meraba ke bagian atas.Tiara menyadari ada yang aneh, dia bertanya dengan curiga, "Hei, kamu mau apa?"Aku tersenyum palsu sambil menjawab, "Pijat titik akupunkturmu, bagian ini lebih efektif.""Serius? Kenapa sebelumnya kamu nggak pijat area ini?"Meskipun wanita ini ceroboh, dia tidak bodoh dan sulit dikelabui.Namun, aku sama sekali tidak gugup. "Sebelumnya buru-buru, nggak sempat oleskan minyak. Kali ini, sudah oleskan minyak, harus dipijat biar minyaknya meresap.""Oh."Aku berpikir dalam hati, 'Dasar kurcaci, sok-sokan mau l

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 482

    Jauh lebih baik dari sesuatu yang dipermak dengan teknologi."Aku tiba-tiba merasa ucapanmu benar. Aku jadi nggak ingin perbesar payudara lagi."Sembari berbicara, Tiara membusungkan dadanya dengan bangga.Terlihat jelas dia sangat gembira.Aku tidak menyangka ucapanku akan menimbulkan reaksi sebesar ini."Sudah selesai, tolong selesaikan pembayaran."Aku menyodorkan kode pembayaran padanya.Tanpa basa-basi, Tiara langsung membayar.Layanan yang diinginkan Tiara cukup sederhana. Hanya memijat area dada, jadi harganya lebih murah, total 1,6 juta.Setelah menerima uang, aku pergi.Pertama, aku takut wanita itu berubah pikiran. Kedua, Kak Lina meneleponku, tetapi aku tidak angkat karena sedang sibuk.Aku kembali ke dalam mobil dan segera menelepon kembali.Kak Lina mengangkat panggilan videoku.Dia berkata, "Nancy bilang suasana hatinya kurang baik, malam ini dia minta ditemani."Ini bukan jawaban yang kuinginkan.Aku berharap Kak Lina pulang.Selain itu, bagaimana mungkin suasana hati Na

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1

    Pada pukul sebelas malam.Aku pergi lari malam di taman di bawah rumah kakakku.Tiba-tiba aku mendengar suara gemerisik seorang pria dan seorang wanita yang datang dari rerumputan."Wiki, kamu sebenarnya mampu nggak? Kamu bilang kamu nggak terangsang kalau di rumah. Aku ikut ke sini bersamamu, kenapa kamu masih seperti ini?"Saat aku mendengarnya, bukankah ini suara anggun Kak Nia?Bukankah kakakku dan Kak Nia pergi makan malam? Kenapa muncul di taman, bahkan di rerumputan?Biarpun belum pernah punya pacar, aku sudah menonton banyak video instruksional, jadi aku langsung mengerti bahwa mereka sedang mencari sensasi.Nggak kuduga kakakku dan Kak Nia jago mainnya! Mereka ternyata melakukannya di taman ... ini seru sekali.Mau tak mau aku pun mendekat dan menguping.Kak Nia sangat cantik dan memiliki bodi yang super seksi. Mendengar rintihan Kak Nia adalah impianku.Aku berjingkat ke rumput dan diam-diam menjulurkan kepalaku.Kulihat Kak Nia duduk di atas kakakku. Walaupun punggungnya men

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 2

    "Lina, kamu sudah sampai, ayo masuk, duduk dulu." Selagi aku bertanya-tanya, Kak Nia menghampiri dan berkata kepada wanita itu dengan sangat antusias.Wanita itu masuk ke dalam rumah atas ajakan Kak Nia.Kak Nia memperkenalkan kami satu sama lain.Ternyata wanita itu adalah sahabatnya yang bernama Lina Lasma yang tinggal di sebelah."Lina, ini adik Wiki dari desa yang sama. Namanya Edo Didi. Dia baru tiba kemarin."Lina menatapku dengan heran, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak menyangka adiknya Wiki begitu muda dan tampan!""Edo baru saja lulus kuliah, bagaimana mungkin nggak muda? Selain itu, dia bukan hanya muda, dia juga sangat kuat."Entah apakah itu hanya imajinasiku, aku merasa perkataan Kak Nia ada maksud lain dan matanya menatap bagian tertentu di tubuhku.Itu membuatku merasa sangat tidak nyaman.Lina menatapku dari atas ke bawah dan bertanya, "Nia, kalau begitu tukang pijat yang kamu bicarakan itu adikmu ini 'kan?""Benar, itu Edo. Dia belajar ilmu pijat dari kakeknya

Latest chapter

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 482

    Jauh lebih baik dari sesuatu yang dipermak dengan teknologi."Aku tiba-tiba merasa ucapanmu benar. Aku jadi nggak ingin perbesar payudara lagi."Sembari berbicara, Tiara membusungkan dadanya dengan bangga.Terlihat jelas dia sangat gembira.Aku tidak menyangka ucapanku akan menimbulkan reaksi sebesar ini."Sudah selesai, tolong selesaikan pembayaran."Aku menyodorkan kode pembayaran padanya.Tanpa basa-basi, Tiara langsung membayar.Layanan yang diinginkan Tiara cukup sederhana. Hanya memijat area dada, jadi harganya lebih murah, total 1,6 juta.Setelah menerima uang, aku pergi.Pertama, aku takut wanita itu berubah pikiran. Kedua, Kak Lina meneleponku, tetapi aku tidak angkat karena sedang sibuk.Aku kembali ke dalam mobil dan segera menelepon kembali.Kak Lina mengangkat panggilan videoku.Dia berkata, "Nancy bilang suasana hatinya kurang baik, malam ini dia minta ditemani."Ini bukan jawaban yang kuinginkan.Aku berharap Kak Lina pulang.Selain itu, bagaimana mungkin suasana hati Na

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 481

    Aku berpikir dalam hati, 'Untung ayahmu ketahuan korupsi. Kalau nggak, kamu bakal jadi penerus ayahmu. Entah berapa banyak orang yang bakal menderita.'Aku sangat kesal. Jadi, aku menjawab dengan sembrono, "Nggak, puas?""Lumayan."Tiara kembali berbaring.Aku menatap payudaranya. Makin dipikirkan, aku makin kesal.Di tengah memijatnya, suatu ide buruk terlintas di benakku.Awalnya, titik akupunktur berada di bagian bawah payudara. Namun, kali ini aku sengaja meraba ke bagian atas.Tiara menyadari ada yang aneh, dia bertanya dengan curiga, "Hei, kamu mau apa?"Aku tersenyum palsu sambil menjawab, "Pijat titik akupunkturmu, bagian ini lebih efektif.""Serius? Kenapa sebelumnya kamu nggak pijat area ini?"Meskipun wanita ini ceroboh, dia tidak bodoh dan sulit dikelabui.Namun, aku sama sekali tidak gugup. "Sebelumnya buru-buru, nggak sempat oleskan minyak. Kali ini, sudah oleskan minyak, harus dipijat biar minyaknya meresap.""Oh."Aku berpikir dalam hati, 'Dasar kurcaci, sok-sokan mau l

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 480

    Aku menjawab dengan kesal, "Teman-temanku juga sudah punya pacar."Tak disangka, Tiara begitu gigih. "Bagaimana dengan teman dari temanmu? Aku nggak percaya, nggak ada satu pun pria di sekitarmu yang lajang.""Kamu sengaja? Kubilang nggak ada, berarti nggak ada yang cocok.""Bagaimanapun, kamu sahabatnya. Jangan sembarangan jodohkan sahabatmu dengan pria, kamu tahu latar belakang pria itu? Kamu tahu karakternya?"Aku tidak sanggup menahan diri dan langsung menegur Tiara.Tiara tidak menganggap serius, dia tertawa terbahak-bahak. "Kok marah? Aku cuma bercanda, nggak boleh? Kok kurasa kamu peduli sama sahabatku?""Kenapa kamu merasa begitu? Aku cuma pendengar, nggak boleh kasih saran?"Aku merasa wanita ini tidak memiliki logika, dia hanya ingin mencari masalah denganku.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatainya."Maksudmu, aku nggak pantas jadi sahabatnya?""Aku nggak bilang begitu, kamu yang bilang." Aku membenarkan ucapannya secara tidak langsung.Karena menurutku dia memang tidak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 479

    Inilah perbedaan anak desa dan kota."Kamu benar. Waktu aku kecil, kondisi keluargaku kurang baik. Aku ingat, aku bahkan harus menangis seharian buat makan permen." Tiara tiba-tiba bercerita padaku.Aku pun penasaran dan bertanya, "Kamu tinggal di desa?""Nggak.""Jadi, kok keluargamu begitu miskin?""Karena waktu aku kecil, ayahku ketahuan korupsi dan aset keluargaku disita.""Tak lama kemudian, aku memasuki masa pubertas. Tapi, waktu itu keluargaku sangat miskin. Syukur bisa kenyang, ibuku mana bisa pedulikan soal nutrisiku lagi."Aku merasa sangat konyol.Kenapa kamu asal memberi tahu orang bahwa ayahmu adalah koruptor?Aku tidak bisa berkata-kata.Setelah menyiapkan peralatan, aku berkata pada Tiara, "Lepaskan pakaianmu, aku sudah mau mulai."Tanpa basa-basi, Tiara melepas pakaiannya.Aku mengoleskan minyak terlebih dahulu, lalu memijatnya.Sejujurnya, menghadapi tubuh seperti ini, aku sama sekali tidak bernafsu.Karena dadanya terlalu rata.Kalau bukan karena wajahnya cantik, aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 478

    "Malam ini nggak bisa."Awalnya, aku sangat gembira. Namun, begitu membaca balasan Kak Lina, suasana hatiku memburuk.Aku bertanya, "Kenapa?"Kak Lina membalas, "Nancy menyuruhku menemaninya satu malam lagi."Aku menjawab dengan kesal, "Ada apa dengannya? Suaminya pulang, kok masih suruh kamu tinggal di rumahnya?"Lina bertanya, "Carmin pulang? Kapan?"Aku menjawab, "Kamu nggak tahu? Semalam. Waktu aku antar kamu dan Kak Nia naik, aku ketemu suami Kak Nancy."Kak Lina membalas, "Aku nggak tahu. Semalam aku mabuk, nggak ingat. Pagi ini waktu bangun, aku nggak lihat suaminya. Jadi, aku nggak tahu suaminya pulang. Coba kutanyakan pada Nancy."Aku sangat bersemangat. Semoga malam ini Kak Lina pulang!Karena tidur sendirian sungguh tidak menyenangkan.Ketika menunggu balasan dari Kak Lina, Tiara sudah menelepon klinik untuk memesan layanan.Aku sudah mengemas barang-barang dan bersiap untuk berangkat.Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan dari Tiara dan kembali ke klinik.Aku kembali ke

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 477

    Aku tertawa. "Kak, hal seperti ini nggak perlu diajari. Aku nggak bodoh.""Hmph, kamu bodoh. Kamu itu anjing yang paling berengsek.""Apa maksudmu? Kok sebut aku anjing? Sekalipun aku berengsek, kamu lebih berengsek.""Kamu mau cari masalah denganku?""Aku cari masalah? Jelas-jelas kamu yang mulai. Bisakah kamu ngomong baik-baik? Aku nggak berutang sama kamu.""Jangan lupa, kamu yang duluan terkam aku ...."Mendengar ucapanku, wajah Bella sontak memerah. "Diam. Kelak, jangan bahas hal itu lagi.""Oke, nggak kubahas lagi. Kelak, jangan selalu mengasariku.""Manusia harus saling menghormati. Kamu nggak hormati aku, tapi suruh aku hormati kamu. Apa mungkin?"Bella tidak menanggapi hal ini, tetapi dia memahami maksudku."Aku bakal perbaiki sikapku, tapi kejadian sebelumnya, anggap nggak pernah terjadi.""Oke?"Aku langsung mengiakan. "Tenang saja, aku janji."Aku berkata demikian untuk menunjukkan ketulusanku.Namun, Bella mengira aku sudah kapok.Bagaimanapun, aku mengambil keuntungan dar

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 476

    Sialan, bisakah kamu kecilkan suaramu?Apa hal seperti ini pantas dibicarakan di depan umum?Aku sungguh tidak berdaya menghadapi wanita ini."Ssst, kecilkan suaramu! Aku ingat. Tapi, kamu nggak pergi ke klinik, aku mana bisa pijat kamu?""Bukannya klinik kalian sediakan layanan rumah? Kamu bisa pijat aku di rumah sahabatku."Aku berkata dengan kesal, "Layanan rumah lebih mahal. Kamu punya waktu, kenapa nggak pergi ke klinik?"Tiara memandang Bella. Ekspresi Bella sangat dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Tiara terpaksa berkata, "Siapa bilang aku punya waktu? Aku sibuk. Memangnya kenapa kalau lebih mahal? Aku punya uang. Hari ini, pijat aku di rumah sahabatku."Aku melihat ke arah Bella, Bella mendelikku dengan galak.Aku tidak ingin berbicara dengannya, tetapi tatapannya membuatku tidak nyaman.Aku sengaja menyetujui permintaan Tiara. "Oke, kirimkan alamat sahabatmu. Nanti, aku pergi layani kamu."Bella tiba-tiba mengerutkan keningnya. Dia seolah-olah ingin menerkamku.Ak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 475

    Apalagi suaminya begitu menyayanginya.Meskipun suaminya sudah berusia 40-an, staminanya sangat menggelegar.Aku agak mengaguminya.Carmin meletakkan Kak Nancy di sofa, lalu berkata dengan lembut, "Aku nggak tahu kamu sedang kumpul-kumpul dengan sahabatmu. Nanti, aku balik ke kantor, kalian lanjut.""Tapi, jangan terlalu malam tidurnya. Jaga kesehatan, aku nggak tega lihat kamu kecapekan."Kak Nancy mengangguk dengan patuh.Aku kaget. Tak disangka, Kak Nancy yang cantik dan menawan memiliki sisi manis seperti ini.Aku bahkan dapat merasakan Nancy sangat mencintai suaminya.Namun, mengapa dia mengkhianati suaminya?Pikiran wanita sungguh sulit ditebak.Setelah berbicara dengan Nancy, Carmin menatapku. Aku segera berdiri. "Aku juga sudah mau pergi.""Oke, hati-hati di jalan." Carmin tersenyum hangat.Aku agak panik.Carmin tampak seperti pria lemah lembut, tetapi sebenarnya sangat berbahaya.Kelak, aku harus mewaspadainya.Begitu turun dan masuk ke mobil, aku langsung memeriksa kondom di

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 474

    Melihat istrinya seperti ini, Carmin sangat puas.Dia termasuk hebat, sanggup memuaskan istrinya.Umumnya, wanita yang sudah terpuaskan tidak akan sembarangan di luar.Aku kurang nyaman mendengar percakapan mereka dan memutuskan untuk pergi.Di dalam mobil Chevrolet, Nancy berbaring di pelukan suaminya sambil berkata, "Kok tiba-tiba pulang? Bukannya kamu bilang dua hari lagi baru pulang?""Aku kangen kamu. Pulang buat ketemu kamu." Sembari berbicara, Carmin mengecup kening Nancy.Tanpa sengaja, Carmin melihat bekas cupang di leher Nancy.Carmin pun curiga. "Apa itu yang ada di lehermu?"Nancy mengulurkan tangan untuk menyentuh lehernya. Malam itu, kami sangat bergairah dan dia menyuruhku mengisap lehernya.Dia memandang Carmin sambil menjawab, "Buatan berondong, kamu percaya?""Tentu nggak. Kamu bukan orang macam itu. Tapi, aku penasaran dari mana datangnya bekas ini."Nancy memutar bola matanya yang indah. "Hari ini, aku pergi pijat seluruh badan. Tukang pijat bilang bagian dalam tubu

DMCA.com Protection Status