"Sekarang, aku sungguh iri pada kalian. Kalian bisa nikmati hidup dan punya kebebasan. Nggak sepertiku, selain kaya dan cantik, aku nggak punya apa pun."Charlene berkata dengan nada dingin, "Itu ulahmu, mau salahkan siapa?"Helena segera membantah. "Memang ulahku, tapi aku terpaksa. Hei, Tuan Putri Bella, kamu nggak bisa menghiburku?"Tanpa ragu-ragu, Bella langsung menjawab, "Nggak! Kamu yang cari masalah, nggak pantas dikasihani!"Mendengar ucapan sinis Bella, Yuna dan Jessy hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Sepertinya mereka sudah terbiasa.Sedangkan Helena, dia bukan hanya tidak marah, dia sengaja memancing Charlene."Ya, aku nggak pantas dikasihani, tapi ada yang lebih kasihan dariku. Sudah tua, masih belum pernah tidur dengan pria. Wanita seperti ini sungguh nggak menarik.""Helena! Kamu kira semua orang seliar kamu?"Ketiga wanita lainnya tidak soal hubungan Bella dan Henry, apalagi aku.Meskipun keempat wanita ini bersahabat, tidak semuanya berhubungan baik.
Bagaimanapun, Yuna bersahabat dengan Bella. Dia tidak mungkin meninggalkan Bella sendirian."Ya sudah, nggak main lagi, ayo pergi minum dan makan camilan."Yuna mengusulkan.Helena berkata dengan penuh maksud, "Kalian pergi dulu, aku mau balas pesan pemuda tampan itu.""Helena, kusarankan jangan sembarangan. Kamu tahu betapa menakutkannya Tiano."Yuna memperingatkan dengan serius.Helena menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku tahu batas. Aku cuma bosan dan ingin mengisi waktu luang, nggak ada maksud lain."Yuna mengembuskan napas lega.Kemudian, dia dan Jessy pergi ke ruang tamu.Helena kembali ke kamar. Dia membalas pesanku sambil tersenyum. "Edo, kamu kangen aku?"Setelah mengirimkan pesan pada Helena, aku menunggu balasannya dengan gugup.Begitu melihat balasan Helena, aku tahu dia baik-baik saja dan hanya tidak datang ke klinik.Akhirnya, kekhawatirkanku lenyap dan hatiku lega.Suasana hatiku kembali tenang.Aku membalas wanita itu dengan tenang. "Nggak, aku cuma penasaran. Syukurlah
Aku sangat merindukan Kak Nia dan ingin bertemu dengannya.Jadi, aku mengiakan dan langsung berkendara menuju Pearl Hotel.Di kamar pribadi lantai dua, akhirnya aku bertemu dengan Kak Nia yang kurindukan.Entah mengapa aku memiliki suatu perasaan pada Kak Nia.Kak Nia banyak mewarnai masa mudaku.Posturnya ketika sedang berhubungan membekas di benakku.Kak Lina adalah orang yang ingin kunikahi, sedangkan Kak Nia adalah orang yang ingin kupelajari.Kalau bukan karena Kak Lina dan kakakku, aku pasti akan mengejar Kak Nia."Kak Nia!" Begitu masuk, aku langsung memanggil Kak Nia dengan penuh semangat.Kami baru beberapa hari tidak bertemu, tetapi terasa sangat lama.Entah mengapa aku merasa Kak Nia menjadi makin menawan dan karismatik.Aku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.Nancy bercanda. "Edo, ada apa denganmu? Aku dan Kak Lina bukan manusia? Kamu cuma lihat Kak Nia?"Ucapan Nancy membuatku kaget.Aku segera melihat Kak Lina. "Kak Lina, aku nggak bermaksud seperti itu. Jangan deng
"Selamat datang di keluarga besarku, Nia."Nancy membuka tangannya ke arah Kak Nia, mereka pun berpelukan.Nancy memandang Kak Lina sambil berkata, "Lina, Nia pun sudah tersadar, kapan giliranmu?"Lina menggelengkan kepalanya. "Kalian bersenang-senanglah. Sekarang, aku sudah bahagia.""Bahagia apanya? Kamu begitu cantik, sayang sekali kalau nggak menikmati hidup."Nancy terus menghasut Kak Lina.Aku segera berkata dengan kesal, "Kak Nancy, bersenang-senanglah sendiri, jangan menghasut Kak Lina-ku."Kak Lina sangat polos dan manis, aku tidak ingin dia berubah menjadi seperti Nancy.Aku tidak berniat untuk menikahi Nancy. Jadi, aku tidak peduli dengan keliarannya.Berbeda dengan Kak Lina. Aku yakin akan menikahinya.Dia adalah wanita yang akan menemaniku di masa tua, bagaimana boleh begitu liar?Setelah menikah, aku hanya ingin menjalani hidup tenang."Aku menghasutnya? Aku hanya menyuruh sahabatku menikmati hidup.""Bukannya kamu juga menikmati hidup?""Kamu boleh, wanita nggak boleh?"
Aku bertanya dengan gelisah, "Kak Nia, kalian makan malam bersama, kenapa nggak beri tahu ku?""Edo, aku nggak berencana mengajakmu, Nancy yang mengajakmu."Mendengar Kak Nia berkata demikian, hatiku sangat sakit.Mengapa Kak Nia tiba-tiba mengasingkanku?Aku bertanya dengan gugup, "Kenapa? Bukankah kita berhubungan baik? Kenapa aku merasa kamu berubah?""Masalah kita sudah berlalu. Ke depannya, jangan diungkit lagi. Lina dan Johan sudah bercerai, kelak, kamu bisa tinggal di rumah Lina."Kak Nia ingin mengusirku?Aku kebingungan. Ada apa dengannya? Mengapa seperti ini?Apa aku melakukan kesalahan?"Kak Nia, apa maksudmu?" Aku heran dan gugup, suasana hatiku sangat buruk.Kak Nia menatapku dengan linglung. "Nggak ada yang salah dengan ucapanku. Aku nggak mungkin menyuruhmu tinggal di rumahku dan lanjut berselingkuh denganmu.""Wiki nggak tahu masalah kita, bagaimana kalau ketahuan?""Dia berulah di luar, aku berulah di rumah? Apa pantas?"Aku berkata dengan kesal, "Berulah apaan? Aku tu
Aku sangat tidak rela. Namun, mengingat ucapan Kak Nia, aku tidak berdaya.Semua orang di desa tahu Wiki baik padaku. Tanpa Wiki, aku tidak akan berada di sini.Kalau orang-orang di desa tahu aku berselingkuh dengan istri Wiki, aku dan orang tuaku akan dihujat habis-habisan.Aku tidak peduli dengan pandangan mereka, tetapi aku harus memikirkan orang tuaku.Kecuali aku sanggup membawa orang tuaku datang ke kota. Dengan begitu, mereka tidak akan mendengar hujatan-hujatan itu dan tersakiti.Aku diam-diam bersumpah. 'Aku akan kerja keras buat beli rumah.'Setelah membawa orang tuaku datang ke kota, aku akan menyuruh Kak Nia bercerai dengan Wiki.Aku melamun di depan pintu toilet. Ketika Kak Nia keluar dari toilet, aku masih belum pergi.Pipi Kak Nia memerah. Dia menatapku dengan linglung. "Kenapa belum pergi?"Aku tidak menanggapinya, hanya saja, aku sangat sedih.Kak Nia mendatangiku. Dia membelai pipiku dengan penuh kasih sayang. "Kita nggak mungkin bersama. Singkirkan niatmu, jalani hid
Kak Nia mendelikku dengan galak sambil berkata, "Apa aku harus mencari pria lain untuk mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan?""Bukankah makan enak, tidur nyenyak, bersenang-senang juga adalah cara untuk menikmati hidup?"Ternyata ini yang dimaksud oleh Kak Nia.Namun, aku malah mengajukan pertanyaan sensitif. "Lalu, bagaimana kalau kamu punya keinginan? Kamu tahan?""Bisa kuatasi sendiri. Paling-paling beli alat dari internet."Mendengar ucapan ini, aku makin tidak tega.Demi aku, Kak Nia tidak memutus hubungan dengan Kak Wiki, tidak ingin mencari pria lain dan berencana untuk mengatasi hasrat sendiri.Teman-teman sekalian, apa kalian punya solusi?"Aku nggak mau melihatmu seperti itu. Kalau nggak, kamu coba minta bantuan Wiki."Aku mengalah demi kebaikannya.Kak Nia mengembuskan napas. "Sudahlah, kami sudah lama nggak harmonis, apalagi beberapa tahun belakangan ini.""Karena aku terlalu bergairah di masa muda dan sudah menunjukkan semua pesonaku.""Jadi, aku harus ingatkan kamu. Sebe
"Nggak boleh. Selain itu, singkirkan semua pikiran jahatmu. Mulai sekarang, jangan mengincarku lagi."Kak Nia memperingatkanku dengan tegas.Hatiku sangat gundah, aku berpikir, 'Apa ini ujian bagiku?'Aku bukan makhluk suci, hanya manusia biasa. Bagaimana mungkin aku tidak bereaksi pada godaan Kak Nia?Terlebih lagi, aku tahu Kak Nia butuh perhatian lebih dalam hal seperti ini.Aku tidak menyerah dan terus membujuk Kak Nia. "Kalau begitu, ayo lakukan sekali lagi. Kujamin, kelak nggak bakal mengincarmu lagi.""Omongan pria nggak bisa dipercaya. Kamu kira aku bakal percaya?"Kak Nia sudah berpengalaman dan sulit dikelabui.Aku mencoba dengan berbagai cara, tetapi dia tidak luluh.Alhasil, aku menyerah."Baiklah, aku menurutimu, demi kamu dan aku."Aku tidak ingin membuat Kak Nia kesal. Akhirnya, aku memilih untuk menurutinya.Kak Nia tersenyum menawan. "Kalau begitu, aku kembali dulu. Kamu tunggu sebentar di luar. Kalau nggak, mereka pasti bakal merasa ada yang aneh dengan kita. Oh ya, b
"Jangan membuat pernyataan yang kedengarannya muluk-muluk seperti itu. Terakhir kali, bukankah kamu berencana untuk menyerahkanku pada Johan untuk perusahaanmu? Wiki, apa begitu sulit untuk mengakui bahwa kamu hina dan nggak tahu malu? Kamu berani berbuat nggak berani bertanggung jawab. Kamu bukan pria sejati."Nia mengerahkan segenap tenaganya untuk memegang kemudi.Wiki berteriak, "Kamu gila. Aku sedang nyetir."Nia berkata, "Sekalipun aku mati, aku nggak akan pernah membiarkanmu mewujudkan keinginanmu."Saat berkata, Nia memutar kemudi dengan kuat.Mobil itu melaju kencang. Tiba-tiba mobil itu mulai melaju tidak terkendali.Wiki ketakutan hingga memohon belas kasihan, "Oke, oke. Aku nggak akan melakukan itu. Tolong lepaskan."Nia tidak percaya kebohongannya. Pria ini selalu berbohong dan tidak pernah mengatakan yang sebenarnya.Nia bertekad untuk mati. "Sudah terlambat, Wiki. Aku tahu kamu nggak akan menerimanya. Mari kita mati bersama. Dengan begitu, kamu nggak menyakiti orang lain
"Kamu begitu membenciku?" Wiki benar-benar merasa bahwa perkataan Nia sungguh keterlaluan.Nia berkata dengan nada dingin, "Bukan benci, aku benar-benar membencimu. Kalau bukan karena aku ingin menceraikanmu lebih cepat, aku nggak akan mau duduk di sini sama sekali."Wiki diam-diam menggertakkan giginya.Nia melanjutkan, "Aku sudah menyiapkan surat cerai. Bacalah. Kalau nggak ada masalah, cepat tanda tangan."Saat berkata, Nia meletakkan surat cerai yang telah disiapkan sebelumnya di depan Wiki.Wiki merasa seperti dipaksa oleh Nia.Dia benar-benar tidak menyukai perasaan ini. Dia merasa bahwa Nia terlalu agresif.Dia boleh mencampakkan Nia, tetapi Nia tidak boleh mencampakkannya.Seperti inilah pemikiran seorang pria yang memiliki harga diri tinggi dan ingin dihormati.Namun, Wiki sangat pandai menyamar. Meskipun dia marah, dia tetap tersenyum. "Baiklah, tapi ini terakhir kalinya kita bertemu. Aku ingin jalan-jalan denganmu, oke?"Nia menatap Wiki dengan tatapan waspada. "Aku nggak pu
"Nia, aku yang mendapatkan semua uang itu. Kenapa aku harus memberikannya padamu?"Nia berkata dengan ekspresi masam, "Kalau aku nggak membantumu, kamu bahkan nggak akan punya modal awal. Kenapa kamu berani bilang semua uang itu hasil kerja kerasmu?""Saat kamu pertama kali memulai bisnis, aku menemanimu keluar untuk mencari klien, bukan? Aku yang menemanimu untuk membicarakan bisnis, bukan?""Wiki, di mana hati nuranimu? Kamu memberikannya ke binatang?"Wiki berkata dengan nada tidak setuju, "Nggak ada gunanya kamu memberitahuku hal ini sekarang. Aku hanya tahu uang yang aku miliki sekarang adalah hasil kerjaku.""Selain itu, aku sudah mentransfer semua uang itu ke orang tuaku. Sekarang, aku hanya punya beberapa ratus ribu di rekeningku. Kalau kamu mau berbagi, aku akan memberimu 500 ribu.""Adapun rumah yang kita tinggali sekarang, mati pun aku nggak akan pernah memberikannya padamu. Aku nggak ingin melihatmu dan Edo bermesraan di kamarku.""Kamu yakin ingin memperlakukanku seperti i
Nia ragu-ragu. Dia bertanya-tanya apakah dia harus menceritakan hal ini padaku?Namun, melihat aku berlatih dengan sungguh-sungguh, Nia tidak tega menggangguku.Dia berpikir hari masih siang. Wiki tidak akan berani melakukan apa pun padanya, bukan?Jadi, dia bangkit dan berjalan keluar, lalu membalas Wiki, "Aku akan memutuskan tempat pertemuan."Nia sengaja memilih toko yang ramai pengunjung. Dia berpikir hari masih siang dan banyak orang yang berlalu lalang. Jadi, Wiki pasti tidak berani berbuat macam-macam.Namun, Nia tidak menyadari bahwa Wiki tidak sebaik yang dia kira.Alasan mengapa Wiki mengajak Nia bertemu, pertama untuk membalas dendam padaku dan Nia. Kedua, untuk menyenangkan Johan.Saat Johan berada di restoran, dia sangat marah karena dia dipukuli oleh anak buah Bella. Jadi, dia mengarahkan sasarannya pada Nia.Dia tahu bahwa Nia akan menceraikan Wiki sekarang. Jadi, setelah bercerai, Nia pasti akan bersamaku.Balas dendam pada Nia sama saja dengan balas dendam padaku.Sela
"Oke, Edo, apa yang terjadi antara kamu dan Charlene? Tadi malam, dia mencariku dan memintaku untuk menjauh darimu," tanya Yuna dengan khawatir.Aku berkata dengan lemah, "Bu Yuna, aku juga nggak tahu. Pokoknya, dia hanya suka mengincarku. Aku merasa dia nggak menyukaiku.""Sebenarnya, Charlene sangat baik. Dia tampak dingin, tapi dia sangat perhatian. Dia mungkin memiliki lidah yang tajam, tapi hatinya sangat lembut. Kecuali kalau kamu benar-benar membuatnya marah."Aku benar-benar tidak berdaya.Bagaimana mungkin aku berani menyinggung perasaannya?"Bu Yuna, aku benar-benar nggak membuatnya marah." Aku menjelaskan dengan lemah, "Kamu mengenal Charlene dengan baik. Bahkan Nona Helena nggak dapat menandinginya, apalagi aku.""Haha, kalian berdua seperti musuh yang sedang bertengkar. Menurutku, itu cukup lucu," kata Yuna sambil terkekeh.Aku benar-benar merasa sangat tidak berdaya. Aku berpikir apakah ini lucu?Aku tidak ingin dipermainkan oleh seorang wanita seperti ini."Oke, Bu Yuna.
"Cindy!" Nia merasa sedikit kesal. Di matanya, Nia tampak seperti wanita jalang yang tidak mematuhi etika seorang wanita. Namun, siapa yang tahu apa yang telah Nia alami selama bertahun-tahun?Dia mungkin tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya. Namun, ketika saudaranya sendiri mengatakannya, dia merasa hatinya seperti ditusuk.Dia merasa sangat tidak nyaman.Cindy menyadari bahwa perkataannya terlalu kasar. Dia bergegas mendekati Nia. "Kak, bukan itu maksudku. Tolong jangan berpikir aneh-aneh.""Aku hanya ingin bilang semua pria itu jahat. Edo belum tentu orang baik. Jangan cari masalah lagi."Meskipun dia berkata demikian, Nia tetap merasa sangat tidak nyaman.Nia berkata, "Aku tahu betul orang macam apa Edo. Cindy, aku tahu kamu nggak suka dengan Bagas, tapi jangan libatkan Edo. Apa yang terjadi antara kamu dan Bagas nggak ada hubungannya dengan Edo."Cindy mencibir dan berkata, "Saat ini, aku bahkan nggak bisa mengurus diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku
"Pantas saja kamu nggak punya pacar. Kelihatannya kamu nggak punya permintaan dalam hal itu. Aku dengar dari Jessy kalau wanita nggak punya banyak permintaan dalam hal itu, dia cenderung lebih cuek. Charlene, kamu nggak mau memeriksa kondisimu?"Ekspresi Bella menjadi semakin aneh. Awalnya, dia menanyai Yuna. Namun, sekarang Yuna malah bertanya padanya.Bella segera mengalihkan topik pembicaraan. "Yuna, kamu bilang kamu melihat Edo bersama seorang wanita malam itu. Apa kamu melihat dengan jelas siapa wanita itu?""Nggak, aku mabuk dan pandanganku kabur. Aku nggak bisa melihat dengan jelas. Tapi, aku melihat wanita itu sepertinya memiliki tato di dadanya.""Tato? Tato apa itu?" tanya Bella dengan cepat.Yuna berpikir sejenak, lalu berkata, "Kelihatannya seperti tato kupu-kupu. Yah, itu tato kupu-kupu. Tepat di dadanya."Bella mengingat dengan saksama. "Selain kami berempat, orang-orang yang makan malam itu adalah kakak ipar Edo dan pacarnya.""Nggak ada seorang pun dari kami yang memili
Yuna menarik Bella ke sebuah ruangan kosong. Pipinya memerah hingga darah tampak yang akan menetes keluar."Yuna, apa yang terjadi padamu di Vila Dragonfly? Apa Edo melakukan sesuatu padamu? Katakanlah. Aku pasti akan membunuhnya."Yuna menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan, bukan. Ini nggak ada hubungannya dengan Edo. Ini masalahku sendiri.""A ... aku bukan wanita baik-baik. Saat aku berada di Vila Dragonfly ...."Yuna mengerutkan bibirnya dan tidak dapat berbicara.Tindakannya itu membuat Bella sangat cemas. "Apa yang terjadi padamu di Vila Dragonfly? Katakan padaku, aku sangat khawatir.""Kalau aku bilang, jangan beri tahu Jessy dan yang lainnya.""Kamu nggak mengenalku? Apa aku tipe orang yang banyak bicara?"Yuna mengerutkan bibirnya, seolah dia sulit untuk berbicara.Setelah beberapa saat, dia berkata, "Sebenarnya, malam itu aku samar-samar melihat Edo dan seorang wanita berhubungan. Aku mungkin terangsang oleh alkohol saat itu. Aku merasa sekujur tubuhku sangat nggak nya
Setelah aku pergi, akhirnya Bella tidak menahan diri lagi.Bella harus mengakui bahwa dia sudah lama tidak berhubungan. Barusan, dia merasa sangat menyenangkan.Dia merasa ukuranku sangat cocok dengannya. Aku selalu bisa memberinya rasa senang dan puas yang luar biasa.Bella pernah berpikir mungkin tubuhnya lebih sensitif atau mungkin dia akan merasakan hal yang sama dengan pria lain. Dia bahkan berpikir untuk mencari pria lain untuk mencobanya.Namun, akhirnya dia tidak melakukannya.Dia bukan wanita murahan. Sebaliknya, dia merasa sedikit jijik terhadap pria.Dia tidak seperti Helena dan Jessy yang dapat memiliki banyak pria hanya untuk memuaskan hasrat mereka.Dia hanya memiliki aku dan Henry. Henry adalah cinta pertamanya. Bella memberikan seluruh hatinya pada pria itu, tetapi pria itu malah membuatnya sakit hati.Sejak itu, Bella tidak pernah menyukai pria lain dengan mudah.Namun, Bella tidak tahu mengapa. Saat aku berhubungan dekat dengan sahabat-sahabatnya, dia merasa sangat ti