"Sialan, Dono ini sungguh berengsek."Aku tidak menyangka dia akan menggunakan cara tercela seperti itu.Yasan berkata, "Bagaimana kalau kita laporkan hal ini pada Pak Harmin? Aku jadi saksi.""Lupakan saja. Mereka nggak berhasil celakai aku, Pak Harmin juga nggak akan pecat dia karena hal ini.""Dono nggak dipecat, melaporkannya hanya akan membuatnya makin marah.""Aku nggak mau memperburuk situasi, lupakan saja."Yasan menatapku dengan kagum. "Tak kusangka, kamu begitu tenang dalam menghadapi masalah. Waktu seusiamu, aku sangat gegabah.""Edo, kurasa kamu lebih hebat dariku."Aku berpikir, 'Kok aku nggak bangga dipuji olehmu?'Aku tersenyum dan pergi ke kasir untuk membayar.Yasan bertanya padaku, "Kita nggak tunggu di sini? Bagaimana kalau polisi datang?"Aku menjawab, "Aku nggak lapor polisi, cuma gertak mereka."Yasan kembali membelalakkan matanya. "Benarkah? Kamu nggak takut mereka serang kamu?""Kalau mereka serang aku, baru lapor polisi. Tempat ini dipenuhi dengan kamera pengaw
Nancy tidak marah. Dia malah menatapku sambil tersenyum. "Aku jahat?""Kamu jahat." Seketika, aku kebingungan dan tidak tahu apa yang terjadi."Kalau begitu, katakan padaku. Kenapa aku jahat? Jahat dari mana? Kamu harus kasih penjelasan."Aku tidak ingin mengatakannya.Nancy tiba-tiba mencubit dadaku. "Katakan."Aku merasa geli. "Kamu ngapain? Jangan sentuh aku, oke?""Kita sudah pernah berhubungan, kamu nggak larang aku sentuh kamu?" Nancy sungguh tidak tahu malu. Aku terus mengasarinya, tetapi dia tidak marah.Alhasil, amarahku mereda."Anggap saja nggak terjadi apa pun. Kelak, jangan cari aku lagi."Entah mengapa aku menjadi ragu.Aku ingin menyingkirkannya, tetapi tidak berani berkata kasar.Nancy mencubit dadaku lagi.Tidak sakit, hanya terasa geli."Kamu bilang nggak terjadi apa pun? Apa kamu tanya pendapatku?"Aku memandang Nancy dengan marah sambil berpikir, 'Ada apa dengan wanita ini?'Dia menggodaku lagi?Aku mengusap dadaku sambil berkata dengan kesal, "Kamu mempunyai begitu
"Oke, mau layanan apa? Ini daftarnya, silakan dilihat."Aku menyerahkan daftar harga dengan kesal.Nancy sama sekali tidak melihat, dia langsung berkata, "Aku mau dipijat seluruh badan."Kalau ingin dipijat seluruh badan, pelanggan harus melepas pakaian dan aku dapat menyentuh seluruh tubuh pelanggan.Aku menyadari bahwa Nancy sengaja.Walaupun demikian, aku tetap menuruti keinginannya.Aku mengambil minyak esensial, lalu berkata, "Lepaskan pakaianmu.""Malas gerak, bantu aku lepaskan pakaian." Nancy mengajukan permintaan.Aku terpaksa membantunya melepas pakaian.Nancy terus menatapku dengan sepasang mata indahnya.Aku merasa tidak nyaman.Dari jarak sedekat ini, aku dapat mencium aroma parfum di tubuhnya.Hal ini membuatku makin gelisah.Aku terpaksa memalingkan wajah, membuka ritsleting di punggungnya dan melepaskan roknya."Pakaian dalam juga," kata Nancy.Aku berpikir, 'Wanita ini sengaja, dia mau memancingku?'Namun, aku tidak akan membiarkannya berhasil.Dia wanita jahat, hanya
Otakku berdengung.Meskipun ini bukan pertama kalinya aku berciuman dengan Nancy, rasanya sangat menakjubkan dan asyik!Aku berkata dengan malu-malu, "Masih bilang nggak goda aku? Apa yang kamu lakukan?""Kulihat bibirmu indah, aku ingin menciummu." Nancy tidak mengakui bahwa dia sedang menggodaku."Logika macam apa ini? Karena bibirku indah, kamu menciumku? Kalau lihat pria tampan, kamu mau mendurinya?"Aku sangat marah. Menurutku, wanita ini terlalu semena-mena.Memilikiku tidak cukup? Menginginkan pria lain pula!Wanita ini sungguh tidak setia.Sepertinya aku benar. Nancy memang wanita jahat!Kali ini, aku sangat marah. Aku langsung menghempaskan tangannya, tetapi dia segera memelukku kembali."Masih berani mengataiku? Kamu juga sering meniduri wanita cantik, 'kan?""Kenapa? Kamu boleh, aku nggak boleh? Larangan macam apa ini!""Teddy, kamu posesif juga!""Tapi, aku suka."Wanita ini menggodaku lagi.Aku tidak sanggup marah.Aku berkata, "Aku berbeda denganmu.""Apa bedanya?"Seketi
"Nggak mau, kecuali kamu cium aku.""Jangan berulah lagi, nanti dilihat orang."Meskipun menolak, aku sangat gembira.Ciuman itu membangkitkan semangatku."Cium atau nggak? Kalau nggak, aku cari orang lain."Mendengar ucapan ini, aku marah dan langsung mencubit dadanya. "Kamu bilang ingin mencari pria lain di depanku? Hah?"Nancy terkekeh. "Aku bilang mencari orang lain, bukan pria lain. Wanita juga boleh.""Aku berencana pergi mencari sahabatku, aku nggak boleh menghadiahkan ciuman manis padanya?""Dasar mesum, berciuman dengan wanita?" Bukankah ini melarang hukum alam?Lebih baik menciumku.Nancy terus menggodaku. "Jadi, kamu mau menciumku nggak?"Aku memegang kepalanya, lalu menciumnya dengan kuat.Nancy tiba-tiba meraih rambutku dan menahanku.Dia berlutut di atas meja pijat sehingga dia lebih tinggi dariku.Lalu, menciumku dengan ganas.Setelah berciuman beberapa saat, kami baru melepaskan satu sama lain.Aku memeluk pinggangnya dan mencium aroma harum di tubuhnya. "Kenapa berlutu
Aku sangat menikmati perasaan ini.Aku melupakan hal-hal tidak menyenangkan dan menjawab dengan jujur, "Jauh lebih baik."Nancy tiba-tiba menatapku dengan penuh maksud sambil tersenyum menawan. "Kalau begitu, bantu aku lepaskan pakaian."Hatiku tergerak. Setelah berpikir sejenak, aku hendak beraksi."Jangan pakai tangan."Aku kebingungan. "Jadi pakai apa?""Pakai mulut." Nancy menunjuk bibirku.Aku sangat bersemangat.Aku belum pernah melepas pakaian dalam dengan cara ini.Pasti sangat asyik.Apalagi akan terjadi kontak fisik.Aku langsung membungkukkan badan ....Nancy mendesah pelan. "Dasar nakal, hebat juga kamu. Aku nggak tahan lagi.""Kak Nancy, kendalikan diri. Ini tempat kerjaku, aku nggak mau rekanku dengar."Nancy menatapku sambil tersenyum. "Oke, demi kamu, aku kendalikan diri. Ayo pijat aku."Aku mulai memijat Nancy.Sebenarnya, setelah serangkaian kejadian itu, aku pun sangat tersiksa.Namun, aku terus memberi tahu diri sendiri untuk mengendalikan diri.Pertama, ini adalah
Kak Nancy terhibur. "Sayang, aku suka perhatianmu.""Sini, bantu pakaikan.""Ah, pakai mulut?" Memakai pakaian dengan mulut sangat sulit.Nancy terkekeh. "Nggak usah, pakai seperti biasa saja."Aku membantu Kak Nancy memakai pakaian.Kak Nancy meregangkan tubuhnya sambil berkata, "Nyaman sekali. Kelak, kalau ada waktu, aku sering-sering datang buat dipijat.""Ini, tip buat kamu."Kak Nancy memberikan dua juta padaku.Aku segera menolak. "Nggak usah. Kita kenal dekat, mana mungkin aku terima tip darimu?"Kak Nancy langsung menyodorkan uang itu ke tanganku. "Ambil saja, jangan cerewet.""Aku mau kasih kamu uang, nggak boleh?"Tiba-tiba, aku merasa Kak Nancy sangat baik padaku.Aku sangat bersyukur."Ya sudah, hari ini sampai di sini dulu, aku sudah harus pergi. Lain kali, kubawa rekanku datang buat dukung pekerjaanmu.""Makasih, Kak Nancy."Aku mengantar Nancy keluar."Lagi-lagi wanita cantik!" kata Yasan dengan kagum."Edo, kok kamu begitu beruntung? Semua pelangganmu cantik dan menawan
"Wanita?"Aku memikirkan semua wanita di Kota Jimba yang kukenal, tetapi tidak dapat menebak siapa wanita itu."Pak Hasan, tolong beri tahu aku siapa orangnya.""Pak Hasan berkata sambil tersenyum, "Istri bos.""Hah?"Istri bos?Aku bahkan tidak mengenal istri bos, mengapa dia menyuruh Pak Hasan untuk lebih memperhatikanku?Aku tercengang."Pak Hasan, siapa nama nyonya kita?"Aku ingin memastikan apakah dia adalah kenalanku.Pak Hasan menjawab, "Nama nyonya kita Yuna Linara."Yuna Linara! Aku tidak kenal!Aku bahkan tidak tahu usia dan wajah Yuna?Aku makin merasa aneh."Pak Hasan, kenapa Nyonya mau membantuku?""Aku nggak tahu, aku hanya melaksanakan perintah Nyonya.""Edo, kuberi tahu beberapa hal yang harus diperhatikan."Pak Hasan benar-benar tidak peduli. Dia hanya menuruti instruksi nyonya dan mengajariku dengan detail.Aku tidak fokus.Aku bahkan tidak mengenalnya, tetapi dia meminta Pak Hasan lebih memperhatikanku, bagaimana mungkin aku tidak memikirkan hal ini?Aku sudah beker
"Gimana caramu balas budi?" tanya Helena sambil terkekeh.Aku berpikir dalam hati, 'Di saat seperti ini, kamu masih ingin mengusiliku?'Aku terpaksa menjawab, "Gimana pun boleh."Aku tahu Helena suka menggoda dan mengusiliku, dia mungkin menyukaiku.Aku berkata demikian untuk mengisyaratkan bahwa aku rela melakukan apa pun asal dia membantuku.Mengenai apakah aku menepati janjiku, kita bicarakan di lain hari.Aku hanya ingin terbebas dari kesulitan ini."Ini janjimu, aku nggak paksa kamu."Mendengar Helena mungkin akan membantuku, aku sangat emosional.Aku segera menjawab, "Aku sukarela. Semua akibatnya, aku yang tanggung. Oke?""Oke, aku telepon dulu."Helena hanya wanita simpanan, tetapi Tiano, kekasihnya bukan orang biasa!Tiano bahkan tidak ragu untuk membawa wanita simpanannya menghadiri berbagai acara penting.Jadi, Helena mengenal banyak orang. Bahkan sebagian orang mencoba untuk mendekati Tiano melalui Helena.Inilah alasan mengapa begitu banyak orang menghadiri pesta yang diad
Sembari berbicara, gadis itu tiba-tiba menerjang ke pelukan Yasan dan memeluk erat Yasan.Yasan kebingungan, tetapi suatu cahaya kegembiraan melintas di matanya.Aku sudah berpengalaman dalam hal percintaan. Aku dapat merasakan bahwa Yasan sangat menyukai gadis ini.Namun, dia sudah memiliki keluarga dan harus membatasi diri."Nggak apa-apa, cuma hal sepele. Kelak, kalau butuh bantuan, boleh cari aku."Sembari berbicara, Yasan otomatis mengulurkan tangan untuk memeluk gadis itu.Aku makin yakin dengan dugaanku.Melihat adegan ini, Willy pun marah. "Sialan, lepaskan tanganmu. Dia pacarku, jangan sentuh dia!"Willy menerjang ke arah Yasan.Aku menahan Willy.Namun, Willy malah berteriak padaku, "Sialan, jangan ikut campur. Kalau nggak, kuhabisi kamu."Di tengah kami berdebat, polisi datang.Setelah memahami apa yang terjadi, polisi menyimpulkan bahwa ini adalah pertengkaran dua belah pihak dan semuanya harus pergi ke kantor polisi.Aku sangat kesal. "Ini bukan pertengkaran kedua belah pi
Ketika Yasan sedang makan, pria berambut kuning muncul, diikuti oleh gadis itu.Pria berambut kuning itu mendatangi Yasan, dia menunjuk hidung Yasan dengan marah. "Sialan, kamu yang namanya Yasan? Kamu yang hasut pacarku?""Aku nggak hasut dia. Aku cuma kasihani dia, suruh dia jauhi kamu," jawab Yasan dengan serius.Pria berambut kuning itu langsung menampar wajah Yasan hingga mimisan.Aku melangkah maju untuk melindungi Yasan. "Apa yang kamu lakukan? Kalau kamu main tangan lagi, aku lapor polisi!"Hari ini, pria berambut kuning itu tidak takut. Dia bahkan tidak mundur ketika aku mengancam akan melapor polisi.Dia membentakku, "Ini urusanku dengannya, nggak ada hubungan sama kamu. Jangan ikut campur."Aku melirik Yasan, hidungnya berdarah, tetapi dia sama sekali tidak takut.Kemarin, kami juga menghadapi situasi seperti ini, tetapi reaksinya berbeda jauh.Bagaimana bisa seorang gadis membawa pengaruh sebesar itu padanya?Melihat Yasan dipukul, wanita itu memohon pada pacarnya, "Willy,
"Aku sedang buktikan. Lihat, bukankah aku sedang berusaha?""Ada apa denganmu? Kok tiba-tiba sanggup?" Suara Kak Nia makin menggebu-gebu.Wiki tidak berkata jujur.Ketika melihat Nia pulang, dia diam-diam meminum obat.Oleh karena itu, tubuhnya bereaksi.Namun, Wiki tidak berani memberi tahu Nia. Kalau tidak, Nia tidak akan membiarkan Wiki menyentuhnya."Nggak tahu, mungkin aku sudah sadar.""Nia, aku sangat mencintaimu. Aku nggak mau kehilanganmu."Aku mendengar suara erangan dari dalam.Kak Nia sangat puas, suaranya makin menggelegar.Seingatku, akulah orang terakhir yang memuaskan Kak Nia.Namun, sekarang dia tidak membutuhkanku lagi.Aku agak kecewa.Aku diam-diam meninggalkan rumah dan kembali ke mobil, suasana hatiku sangat kacau.Kak Nancy dan Kak Nia memiliki suami. Setiap suami mereka pulang, aku bukan siapa-siapa.Aku sangat tidak menyukai perasaan ini.Seolah-olah aku hanyalah alat. Ketika dibutuhkan, mereka akan membelaiku. Ketika tidak dibutuhkan, mereka mencampakkanku.Ak
Jauh lebih baik dari sesuatu yang dipermak dengan teknologi."Aku tiba-tiba merasa ucapanmu benar. Aku jadi nggak ingin perbesar payudara lagi."Sembari berbicara, Tiara membusungkan dadanya dengan bangga.Terlihat jelas dia sangat gembira.Aku tidak menyangka ucapanku akan menimbulkan reaksi sebesar ini."Sudah selesai, tolong selesaikan pembayaran."Aku menyodorkan kode pembayaran padanya.Tanpa basa-basi, Tiara langsung membayar.Layanan yang diinginkan Tiara cukup sederhana. Hanya memijat area dada, jadi harganya lebih murah, total 1,6 juta.Setelah menerima uang, aku pergi.Pertama, aku takut wanita itu berubah pikiran. Kedua, Kak Lina meneleponku, tetapi aku tidak angkat karena sedang sibuk.Aku kembali ke dalam mobil dan segera menelepon kembali.Kak Lina mengangkat panggilan videoku.Dia berkata, "Nancy bilang suasana hatinya kurang baik, malam ini dia minta ditemani."Ini bukan jawaban yang kuinginkan.Aku berharap Kak Lina pulang.Selain itu, bagaimana mungkin suasana hati Na
Aku berpikir dalam hati, 'Untung ayahmu ketahuan korupsi. Kalau nggak, kamu bakal jadi penerus ayahmu. Entah berapa banyak orang yang bakal menderita.'Aku sangat kesal. Jadi, aku menjawab dengan sembrono, "Nggak, puas?""Lumayan."Tiara kembali berbaring.Aku menatap payudaranya. Makin dipikirkan, aku makin kesal.Di tengah memijatnya, suatu ide buruk terlintas di benakku.Awalnya, titik akupunktur berada di bagian bawah payudara. Namun, kali ini aku sengaja meraba ke bagian atas.Tiara menyadari ada yang aneh, dia bertanya dengan curiga, "Hei, kamu mau apa?"Aku tersenyum palsu sambil menjawab, "Pijat titik akupunkturmu, bagian ini lebih efektif.""Serius? Kenapa sebelumnya kamu nggak pijat area ini?"Meskipun wanita ini ceroboh, dia tidak bodoh dan sulit dikelabui.Namun, aku sama sekali tidak gugup. "Sebelumnya buru-buru, nggak sempat oleskan minyak. Kali ini, sudah oleskan minyak, harus dipijat biar minyaknya meresap.""Oh."Aku berpikir dalam hati, 'Dasar kurcaci, sok-sokan mau l
Aku menjawab dengan kesal, "Teman-temanku juga sudah punya pacar."Tak disangka, Tiara begitu gigih. "Bagaimana dengan teman dari temanmu? Aku nggak percaya, nggak ada satu pun pria di sekitarmu yang lajang.""Kamu sengaja? Kubilang nggak ada, berarti nggak ada yang cocok.""Bagaimanapun, kamu sahabatnya. Jangan sembarangan jodohkan sahabatmu dengan pria, kamu tahu latar belakang pria itu? Kamu tahu karakternya?"Aku tidak sanggup menahan diri dan langsung menegur Tiara.Tiara tidak menganggap serius, dia tertawa terbahak-bahak. "Kok marah? Aku cuma bercanda, nggak boleh? Kok kurasa kamu peduli sama sahabatku?""Kenapa kamu merasa begitu? Aku cuma pendengar, nggak boleh kasih saran?"Aku merasa wanita ini tidak memiliki logika, dia hanya ingin mencari masalah denganku.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatainya."Maksudmu, aku nggak pantas jadi sahabatnya?""Aku nggak bilang begitu, kamu yang bilang." Aku membenarkan ucapannya secara tidak langsung.Karena menurutku dia memang tidak
Inilah perbedaan anak desa dan kota."Kamu benar. Waktu aku kecil, kondisi keluargaku kurang baik. Aku ingat, aku bahkan harus menangis seharian buat makan permen." Tiara tiba-tiba bercerita padaku.Aku pun penasaran dan bertanya, "Kamu tinggal di desa?""Nggak.""Jadi, kok keluargamu begitu miskin?""Karena waktu aku kecil, ayahku ketahuan korupsi dan aset keluargaku disita.""Tak lama kemudian, aku memasuki masa pubertas. Tapi, waktu itu keluargaku sangat miskin. Syukur bisa kenyang, ibuku mana bisa pedulikan soal nutrisiku lagi."Aku merasa sangat konyol.Kenapa kamu asal memberi tahu orang bahwa ayahmu adalah koruptor?Aku tidak bisa berkata-kata.Setelah menyiapkan peralatan, aku berkata pada Tiara, "Lepaskan pakaianmu, aku sudah mau mulai."Tanpa basa-basi, Tiara melepas pakaiannya.Aku mengoleskan minyak terlebih dahulu, lalu memijatnya.Sejujurnya, menghadapi tubuh seperti ini, aku sama sekali tidak bernafsu.Karena dadanya terlalu rata.Kalau bukan karena wajahnya cantik, aku
"Malam ini nggak bisa."Awalnya, aku sangat gembira. Namun, begitu membaca balasan Kak Lina, suasana hatiku memburuk.Aku bertanya, "Kenapa?"Kak Lina membalas, "Nancy menyuruhku menemaninya satu malam lagi."Aku menjawab dengan kesal, "Ada apa dengannya? Suaminya pulang, kok masih suruh kamu tinggal di rumahnya?"Lina bertanya, "Carmin pulang? Kapan?"Aku menjawab, "Kamu nggak tahu? Semalam. Waktu aku antar kamu dan Kak Nia naik, aku ketemu suami Kak Nancy."Kak Lina membalas, "Aku nggak tahu. Semalam aku mabuk, nggak ingat. Pagi ini waktu bangun, aku nggak lihat suaminya. Jadi, aku nggak tahu suaminya pulang. Coba kutanyakan pada Nancy."Aku sangat bersemangat. Semoga malam ini Kak Lina pulang!Karena tidur sendirian sungguh tidak menyenangkan.Ketika menunggu balasan dari Kak Lina, Tiara sudah menelepon klinik untuk memesan layanan.Aku sudah mengemas barang-barang dan bersiap untuk berangkat.Aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan dari Tiara dan kembali ke klinik.Aku kembali ke