Kalau kamu terus bersuara, aku lecehkan majikanmu.Kalau sanggup, balas dendam sini.Kucing Persia itu marah, dia menjulurkan cakar untuk mencakarku.Aku langsung mengadu kepada Bu Dora. "Bu Dora, kucing ini serang aku.""Soso, kamu ngapain? Turun!"Bu Dora langsung mengusir kucing Persia itu.Kucing itu tampak sangat kesal.Aku pun kaget.Apa kucing ini siluman?Bisa-bisanya mengekspresikan emosi manusia.Aku makin yakin bahwa kucin ini mesum, ia adalah kucing mesum yang ingin memiliki Bu Dora.Untungnya, dia sudah steril. Sekalipun dia siluman, dia tidak dapat melakukan apa pun pada Bu Dora.Kalau dipikir-pikir, kurasa agak konyol.Bisa-bisanya aku cemburu dengan kucing. Sungguh memalukan!Setelah Bu Dora mengusir kucing Persia itu, aku fokus mengoleskan minyak di tubuh Bu Dora.Proses ini sungguh menyenangkan.Bu Dora tidak mengisyaratkan sesuatu padaku atau melakukan sesuatu yang membuatku salah paham.Namun, aku agak kesal.Sebelumnya, aku merasa ada yang aneh dengan tatapan Bu Do
Selain menantikan dan bersemangat, aku agak takut.Ketika Bu Dora tidak menggodaku, aku berharap dia menggodaku. Namun, ketika dia beraksi, aku takut terjadi sesuatu di antara kami.Di tengah kegugupanku, Bu Dora menepuk punggung tanganku sambil berkata, "Kamu punya potensi. Aku berencana buka klinik pijat. Kalau keterampilanmu bagus, aku akan serahkan klinik pijat padamu.""Nggak usah, aku betah di sini." Aku tidak rela berpisah dengan rekan-rekan dan Pak Harmin, semuanya sangat harmonis.Bu Dora menatapku sambil tersenyum. "Nggak usah buru-buru menolakku. Cuma rencana, belum dijalankan.""Ya sudah, aku pergi dulu.""Soso, sini, datang ke pelukan Ibu."Kucing Persia itu seolah-olah haus akan kasih sayang. Ia langsung menerjang ke pelukan Bu Dora dan bertingkah manja.Sialan, aku iri padanya.Ia bukan hanya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, Bu Dora pun terhibur oleh sikapnya."Oke, Ibu tahu kamu tersiksa. Kalau kamu patuh dan nggak berulah, Ibu nggak bakal kasari kamu lagi.""M
Aku tidak suka mencari masalah, tetapi juga tidak takut pada masalah!Kalau Dono melakukan sesuatu padaku, aku tidak akan tinggal diam."Baguslah kalau begitu, aku pergi dulu."Bu Dora berbalik pergi.Penampilannya yang menawan masih membekas di benakku.Aku otomatis memikirkannya.Ada banyak wanita cantik di dunia ini, tetapi hanya sebagian yang berkarisma.Terutama wanita anggun dan menawan seperti Bu Dora.Ketika pikiranku mengembara, Yasan dan gadis itu keluar dari kamar pribadi.Gadis itu hanya melirikku, lalu berbalik pergi.Yasan tampak puas.Aku bercanda dengannya. "Sudah senang?"Yasan tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja. Gadis itu muda dan cantik, kulitnya juga halus. Rasanya sangat nikmat.""Sayangnya ...."Aku bertanya dengan heran, "Kenapa?"Yasan mengembuskan napas panjang. "Sayangnya dia ketemu orang jahat. Kurasa sudah sering operasi, banyak efek samping."Ucapan Yasan mengingatkanku pada pacar gadis itu. Pria itu sangat sembrono dan berambut kuning, tampak seperti b
"Nggak tahu."Sebenarnya, aku pun bingung. Beberapa hari lalu, Helena rutin mencariku. Mengapa hari ini dia tidak datang?Terjadi sesuatu?Atau dia tidak akan pernah datang lagi?Terkadang, manusia sangat aneh. Ketika dia datang mencariku, aku berharap dia tidak datang. Ketika dia tidak datang, aku malah menantikan kedatangannya.Namun, aku bukan merindukan Helena, melainkan merindukan tubuh Helena.Mesum!Pria memang adalah makhluk mesum."Kok nggak tahu? Kulihat kamu dekat dengan gadis berjaket itu?"Aku sungguh tertekan. "Kami baru bertemu dua kali, mana mungkin dekat?""Cepat makan."Ketika kami sedang makan, sekelompok preman berpakaian lusuh masuk. Aku mengenal salah satu di antaranya, dia adalah pria berambut kuning yang juga merupakan pacar gadis itu.Kami bertatapan, pria berambut kuning itu langsung mengenaliku.Dia bahkan tersenyum sinis padaku.Sebenarnya, masih ada banyak meja kosong. Namun, sekelompok preman itu sengaja duduk di samping kami.Aku mempunyai firasat buruk.
"Sialan, Dono ini sungguh berengsek."Aku tidak menyangka dia akan menggunakan cara tercela seperti itu.Yasan berkata, "Bagaimana kalau kita laporkan hal ini pada Pak Harmin? Aku jadi saksi.""Lupakan saja. Mereka nggak berhasil celakai aku, Pak Harmin juga nggak akan pecat dia karena hal ini.""Dono nggak dipecat, melaporkannya hanya akan membuatnya makin marah.""Aku nggak mau memperburuk situasi, lupakan saja."Yasan menatapku dengan kagum. "Tak kusangka, kamu begitu tenang dalam menghadapi masalah. Waktu seusiamu, aku sangat gegabah.""Edo, kurasa kamu lebih hebat dariku."Aku berpikir, 'Kok aku nggak bangga dipuji olehmu?'Aku tersenyum dan pergi ke kasir untuk membayar.Yasan bertanya padaku, "Kita nggak tunggu di sini? Bagaimana kalau polisi datang?"Aku menjawab, "Aku nggak lapor polisi, cuma gertak mereka."Yasan kembali membelalakkan matanya. "Benarkah? Kamu nggak takut mereka serang kamu?""Kalau mereka serang aku, baru lapor polisi. Tempat ini dipenuhi dengan kamera pengaw
Nancy tidak marah. Dia malah menatapku sambil tersenyum. "Aku jahat?""Kamu jahat." Seketika, aku kebingungan dan tidak tahu apa yang terjadi."Kalau begitu, katakan padaku. Kenapa aku jahat? Jahat dari mana? Kamu harus kasih penjelasan."Aku tidak ingin mengatakannya.Nancy tiba-tiba mencubit dadaku. "Katakan."Aku merasa geli. "Kamu ngapain? Jangan sentuh aku, oke?""Kita sudah pernah berhubungan, kamu nggak larang aku sentuh kamu?" Nancy sungguh tidak tahu malu. Aku terus mengasarinya, tetapi dia tidak marah.Alhasil, amarahku mereda."Anggap saja nggak terjadi apa pun. Kelak, jangan cari aku lagi."Entah mengapa aku menjadi ragu.Aku ingin menyingkirkannya, tetapi tidak berani berkata kasar.Nancy mencubit dadaku lagi.Tidak sakit, hanya terasa geli."Kamu bilang nggak terjadi apa pun? Apa kamu tanya pendapatku?"Aku memandang Nancy dengan marah sambil berpikir, 'Ada apa dengan wanita ini?'Dia menggodaku lagi?Aku mengusap dadaku sambil berkata dengan kesal, "Kamu mempunyai begitu
"Oke, mau layanan apa? Ini daftarnya, silakan dilihat."Aku menyerahkan daftar harga dengan kesal.Nancy sama sekali tidak melihat, dia langsung berkata, "Aku mau dipijat seluruh badan."Kalau ingin dipijat seluruh badan, pelanggan harus melepas pakaian dan aku dapat menyentuh seluruh tubuh pelanggan.Aku menyadari bahwa Nancy sengaja.Walaupun demikian, aku tetap menuruti keinginannya.Aku mengambil minyak esensial, lalu berkata, "Lepaskan pakaianmu.""Malas gerak, bantu aku lepaskan pakaian." Nancy mengajukan permintaan.Aku terpaksa membantunya melepas pakaian.Nancy terus menatapku dengan sepasang mata indahnya.Aku merasa tidak nyaman.Dari jarak sedekat ini, aku dapat mencium aroma parfum di tubuhnya.Hal ini membuatku makin gelisah.Aku terpaksa memalingkan wajah, membuka ritsleting di punggungnya dan melepaskan roknya."Pakaian dalam juga," kata Nancy.Aku berpikir, 'Wanita ini sengaja, dia mau memancingku?'Namun, aku tidak akan membiarkannya berhasil.Dia wanita jahat, hanya
Otakku berdengung.Meskipun ini bukan pertama kalinya aku berciuman dengan Nancy, rasanya sangat menakjubkan dan asyik!Aku berkata dengan malu-malu, "Masih bilang nggak goda aku? Apa yang kamu lakukan?""Kulihat bibirmu indah, aku ingin menciummu." Nancy tidak mengakui bahwa dia sedang menggodaku."Logika macam apa ini? Karena bibirku indah, kamu menciumku? Kalau lihat pria tampan, kamu mau mendurinya?"Aku sangat marah. Menurutku, wanita ini terlalu semena-mena.Memilikiku tidak cukup? Menginginkan pria lain pula!Wanita ini sungguh tidak setia.Sepertinya aku benar. Nancy memang wanita jahat!Kali ini, aku sangat marah. Aku langsung menghempaskan tangannya, tetapi dia segera memelukku kembali."Masih berani mengataiku? Kamu juga sering meniduri wanita cantik, 'kan?""Kenapa? Kamu boleh, aku nggak boleh? Larangan macam apa ini!""Teddy, kamu posesif juga!""Tapi, aku suka."Wanita ini menggodaku lagi.Aku tidak sanggup marah.Aku berkata, "Aku berbeda denganmu.""Apa bedanya?"Seketi
Aku merasa sangat puas dengan jawaban ini.Karena jawaban itu benar-benar menonjolkan kelebihan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik sendiri.Namun, Dama dan Kendru tidak merasa puas."Edo, kami memintamu untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda, bukan pertanyaan esai."Dama juga berkata dengan nada dingin, "Kamu harus memilih salah satu dari keduanya.""Aku nggak akan memilih opsi mana pun. Aku berpikir keduanya hebat."Sebagai orang dewasa, saat diminta untuk memilih antara dua pilihan yang bagus, aku menginginkan keduanya.Tentu saja aku tidak berani mengatakannya dengan lantang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hatiku.Setelah berkata, aku bergegas pergi. Tempat itu berbahaya. Aku tidak bisa tinggal di sini sedetik pun.Aku berlari turun ke bawah secepat yang aku bisa. Aku ingin menghindari mereka memanggilku kembali.Aku berpikir orang tua Bella ada di sini. Aku tidak perlu tinggal di sini, jadi aku langsung meninggalkan rumah sakit.Aku pergi ke klinik.Kiki berta
Perkataannya itu adalah pidato seorang wanita mandiri!Dulu, Lina lemah dan pemalu. Dia seperti seorang kakak yang lugu. Aku tidak pernah menyangka ada hari di mana pemikirannya akan berubah.Aku merasa sangat bahagia untuknya."Aku merasa ada lapisan cahaya di tubuhmu yang membuatmu makin menawan." Hal ini merupakan kelebihan lain yang aku temukan mengenai Lina.Mendengar kata-kataku, Lina terhibur. "Kamu sangat pandai bicara. Kamu pandai membuatku senang.""Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya."Aku melihat ke arah koridor. Aku melihat Dama masih berdebat dengan Kendru.Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ada apa dengan ayahmu? Bukankah dia selalu meremehkanku? Kenapa dia bersaing dengan Paman Kendru untuk merebutku?""Ayahku sama sekali nggak merebutmu. Dia hanya suka melawan Paman Kendru."Ternyata seperti itu. Lina telah berubah. Apakah Dama juga telah berubah?Ternyata aku terlalu berangan-angan.Namun, aku merasa menarik menyaksikan dua orang tua sukses bertengkar.Mereka tid
"Charlene telah banyak membantuku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuknya. Aku tahu dia nggak butuh uang. Kamu juga nggak butuh uang. Tapi, ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan."Tiara baru saja mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia tidak bisa tinggal untuk menjaga Bella, jadi dia ingin berusaha sebaik mungkin untuk membantu.Aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, jadi aku menerima kartu itu.Adapun penggunaan uangnya, itu terserah padaku."Jangan beri tahu Charlene," kataku Tiara mengingatkanku lagi.Aku mengangguk sambil berkata aku mengerti. Kemudian, dia masuk dengan tenang.Setelah beberapa saat, Kendru dan Diana muncul.Bangsal itu penuh dengan orang. Aku membuat keputusan tepat untuk keluar dari bangsal.Namun, tidak seorang pun dari mereka yang tinggal. Akhirnya, mereka pergi satu demi satu.Kendru juga mengingatkanku, "Edo, aku tahu kamu masih peduli dengan Charlene. Manfaatkan kesempatan ini untuk memupuk hubungan kalian. Aku sangat optimis dengan kalian."Dian
Aku mengusap kepalaku dan berkata, "Bu Jessy, kamu memukulku terlalu keras. Kamu membuat kepalaku berdengung.""Huh, siapa yang menyuruhmu memanfaatkan Charlene? Menurutmu, kamu bisa memanfaatkan Charlene?"Semuanya telah berakhir.Suasana yang indah hancur seperti ini. Aku khawatir aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertanya lagi.Bella diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia menatap Jessy dan Yuna sambil tersenyum."Jessy, Yuna, kalian sudah tiba."Yuna duduk di dekat jendela. Dia memegang tangan Bella dengan lembut. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?""Aku nggak sengaja terkena air panas. Ini nggak parah.""Itu bukan versi yang aku dengar. Aku dengar kamu membuat dirimu seperti ini demi seseorang," tanya Jessy sambil tersenyum.Bella merasa bersalah hingga tatapannya mengelak. "Siapa yang memberitahumu hal itu?""Yani, sahabatmu yang berprofesi sebagai polisi. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Dia yang memberitahuku.""Jangan dengarkan omong
Bella memiliki semua yang dia butuhkan. Dia adalah putri dari Keluarga Lugos. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Kota Jimba.Dia tidak kekurangan pelamar di sekelilingnya, termasuk segala pemuda berprestasi dan pengawal yang gesit ....Secara logika, dia seharusnya tidak mempunyai perasaan yang aneh-aneh padaku. Namun, entah kenapa dia mempunyai perasaan yang berbeda padaku.Suasana hati Bella kacau balau. Tiba-tiba, dia menjadi tersinggung lagi. "Edo, turunkan aku."Saat itu, aku memeluknya dengan baik. Tiba-tiba, dia bersikap seperti ini, sehingga aku merasa bingung lagi."Kenapa? Apa aku menyakitimu?""Nggak!" Bella kembali ke menunjukkan ekspresi cuek yang biasa. Dia bahkan menargetkanku. "Aku nggak membutuhkan perhatianmu lagi, pergilah.""Kenapa?""Nggak apa-apa. Pergilah.""Apa kamu merasa kamu bertingkah sedikit aneh dua hari terakhir ini?" Aku tidak pergi. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi padanya.Bella tidak menjawabku.Aku menghitung tindakannya dengan
Dora pergi.Hanya ada aku dan Bella yang tersisa di bangsal.Bella tampak sedang beristirahat dengan mata terpejam. Dia tampak sedang memikirkan sesuatu.Aku tidak dapat melihatnya. Aku juga tidak dapat menebaknya.Aku mengupas sebuah apel untuknya, lalu berkata, "Makanlah apel.""Nggak mau.""Kalau begitu, jeruk?""Nggak mau.""Anggur?""Bisakah kamu diam sebentar?"Saat dia sedang berbicara, aku memasukkan sebutir anggur ke dalam mulutnya dan berkata sambil menyeringai, "Kamu harus makan lebih banyak saat sakit. Kalau nggak, tubuhmu nggak akan pulih dengan baik.""Kamu gila." Meskipun Bella memarahiku, dia tetap memakan anggur itu dengan patuh.Setelah memakan satu anggur, dia ingin memakan yang kedua. Setelah memakan yang kedua, Bella ingin memakan yang ketiga ....Dia memang seperti itu. Dia berlidah tajam, tetapi hatinya lembut.Kali ini, dia banyak membantuku. Jadi, selama dia dirawat di rumah sakit, aku akan merawatnya dengan baik.Bella bisa melakukan segalanya sendiri kecuali
Aku selalu berpikir bahwa Bella hanya merasa jijik dan benci kepadaku. Saat dia sesekali merasa kesepian, dia akan membutuhkan bantuanku untuk meringankan kekhawatiran dan masalahnya.Aku tidak pernah menyangka dia akan menyukaiku dan melakukan hal seperti itu.Jadi, saat ini, aku merasa agak tidak nyata. Namun, adegan-adegan ini benar-benar terjadi.Perasaan antara kenyataan dan tidak nyata silih berganti. Setelah beberapa saat, aku baru kembali sadar.Dora tersenyum dan menyenggol lenganku, "Lihatlah. Sudah aku bilang Nona Bella menyukaimu.""Menurutmu, dia juga menyukaiku?" Aku masih sedikit ragu.Dora memutar bola matanya dengan marah. "Kamu nggak mendengar pembicaraan mereka tadi? Bagaimana kamu baru akan percaya?""Nggak, menurutku itu terlalu nggak nyata. Aku sudah menyatakan cintaku padanya terakhir kali, tapi dia menolakku dengan kasar.""Selain itu, kita selalu suka berdebat. Nggak ada satu pun di antara kita yang mau mengalah?""Tak ada godaan antara sepasang kekasih, apalag
Yani duduk di sampingnya. "Ada apa dengan kakimu?""Nggak apa-apa."Yani tidak memedulikannya. Dia langsung mengangkat rok Bella. Yani melihat area merah besar di betis Bella dengan lepuh di beberapa tempat."Apa yang terjadi? Bagaimana kamu bisa sampai ke kondisi ini?""Kamu sudah berada dalam kondisi ini, tapi kamu nggak pergi ke rumah sakit untuk mengatasinya. Sebaliknya, kamu datang untuk menolong bocah itu. Apa kamu gila?"Yani tidak dapat memahaminya. Dalam kesannya, Bella tidak akan pernah menaruh harapan pada pria, apalagi mengabaikan tubuhnya demi seorang pria.Namun, saat ini, Bella melakukan hal itu.Yani merasa ragu apakah Bella di depannya adalah Bella yang dikenalnya?"Aku pikir itu nggak akan menjadi masalah, tapi aku nggak menyangka akan seserius ini." Bella tidak menyangka akan seperti ini. Dia juga khawatir itu akan meninggalkan bekas luka atau semacamnya."Nggak bisa. Sakit sekali. Antar aku ke rumah sakit."Yani marah dan tidak berdaya, jadi dia menggendong Bella di
Bella sangat cemas. Tiba-tiba, dia berdiri. Dia tanpa sengaja menyentuh mi instan hingga terjatuh. Air panas di dalam gelas itu tumpah dan mengalir ke kakinya.Bella tersentak kesakitan. Namun, dia membilas tubuhnya dengan air dingin, lalu mengganti pakaiannya dan berjalan keluar."Apa yang terjadi? Jelaskan padaku."Dora menjelaskan keseluruhan ceritanya.Dora langsung menelepon Yani. Yani memiliki koneksi di kantor polisi itu.Tidak lama kemudian, Bella dan Dora menemuiku di ruang interogasi."Bella? Kenapa kamu juga ada di sini?"Aku terbiasa menyebut nama ini hingga aku mengucapkannya tanpa sadar.Bella menghampiriku dengan tertatih-tatih.Melihat cara dia berjalan, aku menjadi bingung. "Ada apa dengan kakimu?""Nggak ada apa-apa." Bella tidak mengatakan yang sebenarnya. Sebaliknya, dia menarik kursi dan duduk. "Aku sudah tahu apa yang terjadi. Sekarang, orang itu bertekad nggak berdamai. Kamu benar-benar nggak akan menyerahkan buku medis itu?"Aku berkata dengan tegas, "Aku nggak