Aku tidak pernah menyangka Lina tidak langsung mengusirku, tapi malah menyuruhku sarapan.Aku langsung senang.Sepertinya Kak Lina tidak terlalu membenciku.Aku segera duduk di meja makan.Lina tersipu dan memelototiku, "Pergi cuci mukamu dulu.""Oke, oke, aku akan cuci sekarang."Seperti anak yang penurut, aku segera pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.Lina menatap punggungku dengan senyuman tanpa sadar muncul di wajahnya.Dia tidak tahu apakah tindakan dia benar atau tidak, tapi bagaimanapun juga, aku menyelamatkannya tadi malam.Jadi aku adalah penyelamatnya.Bagaimana dia bisa membiarkan penyelamatnya pergi dengan perut kosong?Anggap saja itu sebagai balasan atas kebaikanku.Sedangkan sisanya, dia tidak akan memikirkannya sama sekali.Segera, aku selesai mencuci muka dan datang.Lina menyerahkan piring dan alat makan lalu mengambil makanan untukku.Aku pikir dia sudah berubah pikiran.Siapa sangka dia akan langsung berkata, "Aku sahabatmu Kak Nia. Kamu nggak bisa mengincarku lag
"Kak Lina, jangan sedih. Nyatanya, kamu bisa hidup baik sendirian."Aku diam-diam mengubah pemikiran Lina dan memintanya untuk tidak terlalu terjebak di masa lalu.Hanya kalau dia membuka diri terlebih dahulu barulah aku bisa mencari peluang.Lina terlalu konservatif sekarang!Terlalu sulit untuk ditaklukkan!"Apa enaknya hidup sendirian? Aku harus melakukan semuanya sendiri dan bahkan nggak punya orang untuk diajak bicara.""Lagi pula, aku seorang wanita yang sudah menikah, tapi sekarang apa bedanya aku dengan seorang janda?"Aku merasakan Lina agak mengeluh tentang kehidupannya saat ini.Ini bagus.Semakin dia tidak puas dengan kehidupannya saat ini, semakin banyak peluang yang aku miliki.Aku dengan berani meraih tangannya dengan tenang.Aku tidak tahu apakah Lina tidak menyadarinya atau apa, tapi dia tidak segera menarik tangannya.Aku menjadi lebih berani dan langsung menggenggam tangannya.Aku berkata dengan penuh semangat, "Kalau begitu aku akan datang menemani Kak Lina setiap h
"Nia, setelah Edo membantuku tadi malam, awalnya dia ingin kembali, tapi dia nggak bisa masuk, jadi aku memintanya untuk menginap. Jangan memikirkan yang aneh-aneh.""Aku nggak terlalu memikirkannya, kenapa kamu sengaja menjelaskannya?" tanya Kak Nia sambil tersenyum.Lina merasa bersalah dan tersipu lagi.Kak Nia tahu kalau sahabatnya itu tak tahan digoda, sehingga dia tidak berkata apa-apa lagi."Aku nggak ikut makan. Edo, karena kamu makan di sini, makan sampai kenyang.""Lina, setelah makan, ayo jalan-jalan dan makan di luar siang nanti.""Wiki bilang dia mau traktir makan siang hari ini, jadi kita bisa makan apa pun yang kita mau.""Oh, oke." Lina menjawab dengan linglung.Setelah Kak Nia selesai berbicara, dia memutar pinggangnya dan pergi.Lina menghela napas lega.Melihat dia seolah-olah merasa bersalah karena melakukan kejahatan, menurutku itu sangat lucu dan menggemaskan.Kami jelas tidak melakukan apa pun tapi Lina terlihat ketakutan.Aku benar-benar tidak menyangka di zaman
"Kak Lina, kamu cantik sekali, hanya dengan melihat punggungmu saja sudah membuatku terpesona setengah mati!"Saat aku membantunya mencabut rambutnya, mau tak mau aku mengagumi punggungnya yang indah.Lina berkata dengan marah, "Aku baru mengingatkanmu untuk nggak mengincarku, kenapa kamu masih seperti ini? Keluar dari sini!""Kak Lina, aku memujimu dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku nggak bermaksud mencelamu." Jelas aku dengan sedih, "Ibarat wanita yang melihat bunga-bunga indah, bukankah kalian juga memujinya?""Benarkah? Kamu nggak berbohong padaku 'kan?""Kenapa aku harus berbohong padamu? Kalau aku benar-benar ingin menarik perhatianmu, apakah aku akan begitu berhati-hati? Aku pasti akan memikirkan cara untuk menyentuhmu.""Hmph, kamu pasti ingin menyentuhku, tapi kamu nggak berani melakukannya."Sebenarnya, itulah yang kupikirkan, tapi aku tidak bisa mengakuinya.Aku berbohong dan berkata, "Kak Lina, apakah aku begitu mesum bagimu?""Bukan mesum. Semua pria sama saja.""Bag
Karena dia memikirkan sesuatu yang terjadi tadi malam."Apakah ritsletingnya sudah bisa? Cepatlah." Dia tidak menjawab pertanyaanku secara langsung, tapi mengganti topik pembicaraan.Aku tidak putus asa dan terus bertanya, "Kak Lina, kenapa kamu nggak jawab?""Kenapa kamu menanyakan pertanyaan seperti itu kepadaku? Ini terlalu pribadi."Aku berkata, "Tapi, kamu baru saja bertanya kepadaku.""Itu berbeda.""Kenapa berbeda?"Bukankah semua ini pertanyaan yang sangat pribadi?Wajah Lina semakin merah, "Pokoknya beda. Kamu nggak boleh bertanya lagi, kalau nggak, aku akan marah.""Baiklah, baiklah, aku nggak akan bertanya lagi. Aku akan menanyakannya nanti kalau aku sudah lebih mengenalmu."Setelah kejadian tadi malam dan obrolan tadi, aku merasa hubunganku dengan Lina semakin dekat.Aku berani bercanda padanya."Kamu nggak diperbolehkan bertanya biarpun sudah akrab denganku.""Baiklah, aku nggak akan bertanya lagi. Tapi, aku hanya penasaran, apa yang kamu lakukan ketika sedang membutuhkan?
Aku segera berdiri dari sofa.Karena merasa bersalah dan takut ketahuan oleh kakakku, aku tidak berani menatap mata Kakakku sama sekali."Edo, ini kunci rumah. Kuberi satu set.""Itu semua karena kelalaianku, aku mengajakmu tinggal di rumah tapi lupa memberimu kunci rumah, jadi kamu bahkan nggak bisa masuk."Mendengar kakakku mengatakan ini, aku semakin merasa bersalah.Kakakku sangat baik padaku dan memperlakukanku seperti saudaranya.Berapa banyak orang di dunia ini yang mampu melakukan hal ini?Sepertinya hubungan saudara kandung juga tidak begitu baik.Bagaimana aku bisa terus mengincar Kak Nia?Aku sangat bajingan!"Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat aneh?" Kakakku menyadari wajahku tidak normal, jadi dia menghampiri dan bertanya dengan prihatin.Aku segera menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak apa-apa. Mungkin karena aku kurang istirahat tadi malam.""Apa Lina baik-baik saja? Aku dengar dari Nia, tadi malam dia tiba-tiba sakit. Kalau nggak ada kamu, akibatnya akan sangat buruk."
"Aku beli untuk kamu, coba dipakai, apa itu cocok untukmu?" Kak Nia berdiri di depan pintu kamarku dengan tangan terlipat di dada dan berkata kepadaku sambil tersenyum.Sekilas setelan ini bernilai mahal.Kak Nia benar-benar baik padaku.Aku mengucapkan "Terima kasih Kak Nia" dan mulai berganti pakaian.Kak Nia pun berbalik dan pergi.Setelah beberapa saat, aku mengganti pakaianku.Ini pertama kalinya aku memakai jas.Aku melihat diriku di cermin dan terkejut.Aku tidak menyangka bahwa aku terlihat cukup tampan dalam setelan jas."Pakaian ini cocok sekali untuk Edo!" Kak Nia membantuku merapikan dasiku.Aku melihat sekeliling dan merasa sedikit panik.Terutama karena aku takut dilihat oleh kakakku.Lagi pula aku sudah dewasa.Kak Nia membantuku menata pakaian dan dasiku, kakakku pasti akan merasa risih kalau melihatnya."Jangan lihat, Kakakmu sedang mengurus sesuatu di kamar tidur." Kak Nia membaca pikiranku dan berkata dengan lembut."Kak Nia, ke depannya kita harus menjaga jarak satu
"Edo, biar kuperkenalkan. Ini Pak Johan. Dia temanku dan Kak Nia, sekaligus juga suami Lina." Kakakku memperkenalkan padaku sambil tersenyum, lalu berkata, "Edo, ini pertama kalinya kamu bertemu Kak Johan, ayo bersulang untuk Kak Johan."Aku sangat kesal, tapi aku tidak ingin merusak kesenangan semua orang.Jadi, aku mengambil gelas anggur dan bersulang pada Johan."Kak Johan, aku bersulang untukmu."Johan mengambil gelas anggur tersebut dan berkata dengan tenang, "Aku mendengar dari kakakmu dan iparmu, kamu adalah siswa berbakat lulusan Fakultas TCM dan kamu sangat ahli dalam TCM. Apakah kamu ingin bekerja di Rumah Sakit TCM?"Tentu saja aku ingin.Rumah Sakit TCM Kota Jimba adalah satu-satunya rumah sakit TCM di Kota Jimba.Aku rasa setiap mahasiswa lulusan fakultas kedokteran TCM pasti ingin bekerja di sana.Johan berkata, "Aku bisa membantumu."Kakakku berkata cepat, "Edo, cepat berterima kasih pada Kak Johan."Aku segera berkata, "Terima kasih, Kak Johan."Johan tersenyum dan memi