Wiki memang sangat gugup dan bingung, dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.Mary menciumnya dengan lembut, lalu berkata sambil tersenyum, "Apakah sudah lebih baik?""Baik, lebih baik.""Kalau begitu ayo ke ranjang."Tubuh Wiki kaku.Mary merasakannya, jadi dia berkata, "Bagaimana kalau pergi ke kamar mandi? Itu ruang tertutup, jadi kamu nggak perlu terlalu malu dan gugup."Wiki melirik ke arah kamar mandi dan mengangguk dengan berat.Mary tiba-tiba berkata dengan genit, "Bos Chen, nggak mau menggendongku ke sana?"Tanpa berkata apa-apa, Wiki menggendong Mary dan berjalan ke kamar mandi ....Di sisi lain, Johan membelai pipi Nia yang cantik dan lembut lalu mulai menciumnya.Nia terbangun karena bau air liur yang tidak sedap. Begitu dia membuka matanya, dia melihat wajah jelek Johan yang sedang mencium wajahnya.Nia langsung menampar hingga Johan terjatuh ke lantai.Nia langsung duduk, "Johan, kamu bajingan, apa yang kamu lakukan padaku?"Johan menutupi separuh wajahnya yang terb
Johan tidak mengerti maksud Kak Nia dan tanpa sadar bertanya, "Maksudnya?"Kak Nia merapikan pakaiannya dan turun dari tempat tidur, "Simpananmu itu bernama Rani 'kan? Dia dan adik keduaku bersekolah di sekolah yang sama!"Johan langsung tercengang.Karena dia memang tidak tahu kalau Rani dan adiknya Nia ternyata adalah teman sekolah.Artinya Nia mungkin sudah lama mengetahui tentang hubungan dia dan Rani.Hanya saja dia tidak pernah mengungkapkannya.Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Nia.Nia melirik ke arah kamar mandi untuk terakhir kalinya, lalu pergi dengan wajah muram.Johan ditinggal duduk sendirian di atas tempat tidur dengan raut wajah bingung.Sepuluh menit kemudian.Wiki keluar dari kamar mandi bersama Mary dengan ekspresi puas.Melihat hanya ada Johan sendirian di ranjang, Wiki pun bingung, "Johan, kenapa kamu sendirian? Di mana Nia?"Johan baru saja merokok, dia sudah merokok belasan batang berturut-turut.Ketika dia melihat Wiki keluar, dia melemparkan puntung rokok
Wiki tidak punya pilihan selain bergegas pulang.Tapi, dia menemukan Nia sama sekali tidak pulang.Hal ini membuat Wiki cemas.Kak Nia tidak pulang dan meneleponku untuk menanyakan keberadaanku.Saat itu aku sedang tertidur, tapi ketika aku mendengar suara Kak Nia yang terdengar agak aneh, aku menjadi sangat khawatir.Setelah aku kasih tahu alamat kepada Kak Nia, Kak Nia bilang dia akan segera datang.Aku pergi ke hotel di lantai bawah untuk menunggu.Tak lama kemudian, aku melihat Kak Nia datang.Begitu turun dari mobil, Kak Nia langsung memelukku dan menangis tersedu-sedu.Aku bingung saat itu dan memikirkan apa yang sedang terjadi?"Kak Nia, bukankah kamu pulang bersama kakakku? Apa kamu bertengkar dengan kakakku?"Aku bertanya dengan prihatin.Kak Nia tidak berkata apa-apa, dia hanya bersandar di pelukanku dan menangis tanpa henti.Aku belum pernah melihat Kak Nia menangis begitu sedih.Sepertinya jiwanya hancur.Kak Nia menangis cukup lama lalu perlahan menjadi tenang.Aku melihat
Kak Nia menatapku dengan air mata berlinang. Tatapannya yang menyedihkan membuat hatiku hancur.Aku selama ini mengira Kak Nia adalah wanita yang sangat kuat, tapi aku lupa dia juga seorang wanita.Betapapun kuatnya seorang wanita, dia tetap memiliki sisi rapuh dan perlu dicintai oleh seorang pria.Aku benar-benar prihatin, jadi aku mencium lembut dahi Kak Nia dan berkata, "Aku ajak kamu ke atas. Beristirahatlah, mungkin kamu akan merasa lebih baik."Kak Nia menyeka air matanya dan tiba-tiba bertanya padaku, "Kamu tidur di atas bersama Lina dan Nancy? Apa kalian sedang melakukan sesuatu?""Nggak, mereka berdua minum terlalu banyak, aku hanya memeluk mereka sambil tidur."Kak Nia tiba-tiba memelukku erat, "Kalau begitu kamu boleh memelukku juga. Aku sangat butuh penghiburan sekarang, aku sangat berharap kamu hanya milikku seorang.""Kalau begitu jangan naik sekarang. Aku akan memelukmu lebih lama."Aku paham betul suasana hati Kak Nia, jadi aku hanya memeluknya tanpa berkata apa-apa lag
"Selama dia masih peduli dengan keluarga ini, masih memilikiku di hatinya dan memperlakukanmu dan aku seperti dulu, maka nggak ada masalah terus hidup seperti ini.""Aku sudah berusia lebih dari 30 tahun, aku sudah melihat banyak masalah dengan jelas. Laki-laki semua sama saja. Walaupun aku menceraikannya dan mencari yang lain, itu tetap sama.""Daripada begini, jangan repot-repot. Setidaknya dia menyerahkan semua uangnya kepadaku untuk disimpan dan nggak akan bisa berulah."Aku bertanya dengan penasaran, "Kak Nia, maksudnya kamu sudah siap menjalani pernikahan terbuka dengan kakakku?""Apakah kamu juga tahu tentang kehidupan pernikahan terbuka?" Kak Nia mengangkat kepalanya dan menatapku lalu bertanya.Aku berkata, "Aku melihatnya di ponsel. Aku pikir itu sangat inovatif saat itu, tapi juga sulit diterima.""Aku selalu merasa bahwa suami istri harus memperlakukan satu sama lain dengan sepenuh hati, agar bisa langgeng."Kak Nia tumben tersenyum dan berkata, "Jadi aku bilang kamu naif.
"Aku balik lagi, nggak boleh?" jawab Kak Nia dengan tenang.Aku sangat mengagumi Kak Nia, hanya dia yang mampu menundukkan Nancy.Kak Nancy masih terlihat sangat kaget, tapi ucapan Kak Nia membuatnya tidak bisa berkata-kata.Dia terpaksa pergi mencari Kak Lina, "Sayang, lihat Edo-mu, dia terlalu playboy.""Dia menginginkan semua wanita, kalau dia nggak belajar dengan baik di usia muda, dia pasti bukan pria baik di masa depan."Aku sangat tidak berdaya.Bukan aku yang memanggil Kak Nia ke sini, kenapa ini jadi salahku?Aku terpaksa menjelaskan kepada Kak Lina, "Kak Lina, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Kakak iparku sedang sedih tadi malam dan meneleponku. Aku takut terjadi sesuatu padanya, jadi aku memintanya untuk datang."Kak Lina-lah yang langsung percaya dengan ucapanku, "Edo, aku percaya padamu, kamu bukan orang seperti itu."Jelas Lina sambil menatap Kak Nia dan bertanya dengan prihatin, "Nia, ada apa denganmu?"Kak Nia tidak mau bicara.Nancy masih menggoda sambil tersenyum
Aku masih mengkhawatirkan Kak Nia, jadi aku mengikutinya keluar."Kak Nia, Kak Nia!" Aku menyusul Kak Nia dan bertanya dengan prihatin, "Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Apakah kamu akan langsung pulang?"Kak Nia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan bingung, "Aku belum tahu harus berbuat apa? Tapi, aku juga nggak mau tinggal di sini. Nancy menyebalkan sekali.""Kak Nancy memang seperti itu, dia berbicara omong kosong tapi sebenarnya hatinya baik." Aku tahu Kak Nia sedang marah, jadi aku berpikir untuk mengucapkan beberapa kata baik tentang Kak Nancy agar Kak Nia tidak begitu marah.Kak Nia malah tertawa terbahak-bahak, "Bocah nakal, sekarang kamu sudah mulai membela Nancy, kamu mulai mengincar wanita itu lagi, bukan?"Aku menggaruk kepalaku karena malu, "Nggak, aku hanya nggak ingin kamu terlalu marah.""Edo, Kak Nia bilang padamu, nggak apa-apa bermain dengan Nancy, tapi kamu nggak boleh jatuh cinta padanya."Yang diingatkan Kak Nia pasti demi kebaikanku.Aku akan menging
"Itu hal yang baik kalau anak-anak muda giat belajar. Aku menyukai orang-orang yang memiliki motivasi seperti kamu."Pak Harmin memujiku dan sangat antusias, itu membuatku merasa sangat nyaman.Aku cukup suka bekerja di sini.Kami sedang membersihkan klinik, lalu karyawan mulai masuk satu demi satu.Melihat semua orang mulai sibuk, Pak Harmin berkata kepadaku, "Baiklah, Edo, kamu nggak perlu melakukan apa pun di sini. Pergi urus pekerjaanmu. Nanti pembantu akan membersihkannya.""Pak Hasan, datang ajarkan Edo."Seorang pria paruh baya datang. Namanya Hasan Lasma, dia adalah kepala tukang pijat buta.Banyak tukang pijat yang diajarkan oleh Pak Hasan.Hasan sangat ramah dan berkata kepadaku sambil tersenyum, "Edo, ikut aku."Aku segera mengikuti Pak Hasan ke sebuah bilik.Pak Hasan bertanya kepadaku, "Apakah kamu tahu tentang titik akupunktur manusia, teknik pijat dan sebagainya?""Aku tahu semuanya, aku mempelajari TCM ketika kuliah, kakekku serta ayahku adalah dokter TCM. Aku sudah men