Kak Nia sangat takut kalau dia tidak sanggup menahannya.Jadi, dia segera mendorongku menjauh dan dengan sengaja membantahku, "Hei Edo, beraninya kamu mengatakan hal seperti itu kepadaku? Kamu semakin berani."Saat ini aku sudah sadar.Sejujurnya, hatiku sangat bingung, tapi aku tidak bisa membiarkannya berlalu begitu saja.Aku hanya bisa melanjutkan berkata, "Nggak ada yang bisa aku lakukan, ini semua karena paksaanmu.""Kapan aku memaksamu?" tanya Kak Nia padaku.Aku berkata, "Kamu bilang ingin meminjam benih dari laki-laki lain! Kamu adalah kakak iparku, bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu padaku?"Memikirkan perkataan Kak Nia, aku merasa sangat tidak nyaman.Biarpun aku bukan suaminya atau pacarnya, kami berdua memiliki kontak yang sangat dekat.Dalam hatiku, Kak Nia adalah wanitaku.Wanitaku berkata di depanku bahwa dia ingin mencari pria lain untuk meminta donor sperma.Kak Nia sama sekali tidak peduli dengan perasaanku.Melihat tatapanku yang sedih, Kak Nia justru ter
Nyatanya Kak Wiki tidak tertidur sama sekali, melainkan pura-pura tertidur.Awalnya dia melakukan itu untuk menipu kakak iparku, tapi ternyata setelah dia tertidur, Kak Nia diam-diam pergi.Dia pun bergumam sambil berjalan, "Wiki kalah jauh dari Edo, ih!"Kalimat ini membuat Kak Wiki merasa sangat risih.Sekaligus juga membuat Kak Wiki bertanya-tanya, kenapa Kak Nia mengatakan hal tersebut? Apa terjadi sesuatu antara aku dan Kak Nia?Dengan keraguan seperti itu, Kak Wiki menunggu Kak Nia keluar dari kamar, lalu diam-diam turun dari tempat tidur, lalu bersandar di celah pintu untuk mengintip.Dia melihat Kak Nia dan aku sedang berbisik-bisik di ruang tamu.Karena jarak yang jauh, Kak Wiki tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang aku dan Kak Nia katakan, tapi intuisinya mengatakan kepadanya bahwa pastinya tidak sederhana hubungan di antara kami berdua.Kalau tidak, kenapa kami berdua bertengkar?Kak Wiki melihat adegan ini, kecemburuannya menjadi semakin serius dan dia bahkan menjadi t
Hanya dengan cara inilah rasa bersalah di hatinya bisa diringankan.....Aku tidak tahu apa yang terjadi di kamar tidur utama.Tapi, setelah Kak Nia pergi, hatiku terasa hampa, seperti ada yang hilang.Ditambah lagi, aku baru saja mengalami beberapa gerakan ambigu dengan Kak Nia, yang membuatku merasa tidak nyaman sekarang.Kini setelah Kak Nia pergi, lagi-lagi aku harus menyelesaikannya sendiri.Tapi, aku tidak ingin menyelesaikannya sendiri sekarang, rasanya tidak menarik sama sekali.Aku bertanya-tanya apakah aku harus pergi mencari Kak Lina?Atau cari Nancy?Lupakan saja, Kak Lina bilang dia akan menciptakan peluang untukku besok, aku tidak bisa begitu tidak sabaran.Kalau tidak, dia akan berpikir kalau aku sudah lama mengincar Kak Nancy.Aku juga tidak ingin mencari Bella lagi.Sebaiknya jangan melakukan kontak apa pun dengan wanita itu di masa mendatang.Tapi, selain orang-orang ini, aku tidak kenal orang lain di sini."Ih!"Aku menghela napas dalam-dalam.Aku tetap mencari video
Aku segera bertanya pada Hendra, "Bagaimana kamu bisa tahu? Dari mana kamu tahu?"Tanpa sadar aku merasa Kak Nancy pasti punya kekasih lain di luar dan Hendra secara tidak sengaja bertemu dengannya, jadi Hendra memberitahuku hal ini.Kalau begitu, maka aku harus mempertimbangkan apakah akan menjatuhkan Kak Nancy.Biarpun aku sangat menyukai Kak Nancy, aku sungguh tidak bisa berbagi tubuhnya dengan pria lain.Semua orang posesif.Aku harap wanitaku hanya milikku!Hendra menjawab, "Sore ini di Bar Laut, aku melihat wanita itu duduk di pelukan seorang laki-laki tampan sambil berbicara dan tertawa dengan laki-laki tampan itu.Ketika aku melihat jawaban Hendra, kepalaku berdengung dan emosiku seperti akan meledak.Awalnya aku masih berharap, tapi sekarang setelah melihat balasan seperti itu, aku tahu tebakanku benar.Saat Nancy menggodaku, dia juga menggoda pria lain.Di matanya, aku sama seperti cowok-cowok tampan itu, hanya sekedar kesenangan baginya 'kan?Aku langsung kehilangan minat pa
Aku segera berkata, "Kak, jangan bilang begini. Aku sudah berjanji padamu jadi aku pasti akan menepati janjiku.""Kalau begitu jangan pergi ke mana-mana malam ini, datanglah ke pesta anggur bersama kami."Apa lagi yang bisa aku katakan?Aku hanya bisa mengangguk dan setuju, "Oke, aku mengerti."Kak Wiki tersenyum dan menepuk pundakku, memberi isyarat agar aku bangun dan makan.Aku masih sedikit bingung sekarang.Apakah aku benar-benar ingin membantu kakak iparku?Ini terlalu konyol.Kenapa semua hal konyol itu terjadi padaku?Saat itu, suara Kak Nia kembali terdengar dari luar, "Edo, cepat bangun sarapan.""Oh, aku bangun sekarang."Aku menjawab, lalu merasa tidak perlu terlalu khawatir, lakukan saja selangkah demi selangkah.Aku keluar dari kamar tidur.Kak Nia sudah menyiapkan sarapan yang mewah, enak dan nikmat."Edo, dua telur rebus ini disiapkan untukmu. Kamu harus makan lebih banyak untuk mengisi energi."Aku selalu merasa Kak Nia mempunyai arti dalam kata-katanya, seolah-olah di
"Benarkah? Tapi, kenapa menurutku kamu berbicara begitu karena marah?" tanya Kak Nia penuh arti.Aku tahu Kak Nia sedang menggodaku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.Aku agak marah dan sedikit tidak puas sambil berpikir, "Nia, Nia, kamu masih belum tahu kalau suamimu memintaku tidur denganmu 'kan?"Bahkan pada malam ini.Kamu tidak akan bisa bangga lama-lama.Malam ini, lihat bagaimana aku berurusan denganmu?Memikirkan sesuatu yang indah akan terjadi antara aku dan Kak Nia malam ini, aku merasa jauh lebih baik.Aku makan dan minum segelas susu utuh.Lalu sengaja berkata pada Kak Nia, "Kak Nia, susumu enak sekali."Aku sengaja menggoda Kak Nia.Kak Nia tentu saja menyadari kalau aku sengaja menggodanya.Dia hanya bertanya-tanya, kenapa aku tiba-tiba begitu bahagia dan berani berbicara dengannya seperti ini?"Enak? Apakah kamu ingin segelas lagi? Langsung diperas sekarang."Tanpa sadar aku memandangi dada Kak Nia.Padahal aku tahu susu dikirim pada pagi hari dan bukan dihasilkan dar
"Itu bagus, itu bagus. Kamu nggak tahu kalau aku menghabiskan banyak usaha untuk meyakinkan kakak iparmu agar pergi denganku di pesta anggur malam ini.""Edo, aku sudah hitung, beberapa hari ini adalah masa ovulasi kakak iparmu. Selama kamu bisa lakukan, kakak iparmu pasti bisa hamil.""Kalau kakak iparmu dipastikan hamil, aku akan memberimu amplop merah besar."Aku segera menggelengkan kepalaku, "Lupakan amplop merahnya, aku nggak mau, aku hanya ingin membantumu."Sebenarnya yang kupikirkan adalah aku sudah tidur dengan istrimu dan kamu masih ingin memberiku amplop merah. Apa-apaan ini?"Hehehe, kalau begitu bekerja keras malam ini!"Selagi kami ngobrol, Kak Nia selesai berganti pakaian dan keluar.Lalu duduk di hadapan kami berdua."Apa yang digumamkan kalian?" tanya Kak Nia sambil melihat ke arahku dan Kak Wiki.Kak Wiki berkata sambil tersenyum, "Aku baru saja mengundang Edo ke pesta koktail malam ini agar dia ada pengalaman.""Yah, itu bagus. Edo, kamu memang harus melihat-lihat."
"Berapa yang kamu bayar untuk kalung ini?" Kak Nia menatapku dan bertanya.Sejujurnya aku berkata, "400.000 lebih, Kak Nia, apakah menurutmu itu terlalu murah?""Sekarang aku sedang bertanya kepada kamu, kamu nggak boleh bertanya dulu. Aku tanyakan lagi, berapa gaji yang kamu terima selama bekerja di Rumah Sakit TCM?""Dibayar 2,8 juta lebih.""Di mana uangnya?""Oh, lupakan saja. Di hari aku mengundurkan diri, aku bertemu Bella yang putus dengan pacarnya. Keduanya sangat marah. Suasana hati Bella sedang buruk, jadi dia memintaku untuk menemaninya makan.""Ternyata biaya makannya lebih dari 3,2 juta. Awalnya aku ingin bayar setengah, tapi ketika aku berpikir aku sebagai laki-laki, bayar setengah terlalu memalukan, jadi aku bayar dua juta.""Dengan kata lain, setelah kamu makan malam dengan Dokter Charlene itu, kamu hanya punya sisa 800.000 lebih?" Kak Nia menghitung dengan jelas.Aku mengangguk.Kak Nia memandangi kalung di cermin, "Kamu hanya ada 800.000 lebih dan kamu beli kalung yan
"Markas rahasia apa?"Edo bertanya dengan penasaran.Nia mendekat ke telinga Edo dan berkata, "Itu adalah pesta yang bergairah dan asyik. Bagaimana kalau kita pergi melihatnya nanti?""Ah?"Berita ini sungguh mengejutkan Edo!Edo hanya berpikir bahwa ini adalah sebuah vila untuk liburan.Edo tidak menyangka ada tempat seperti itu.Edo bertanya kepada Nia, "Apa itu legal? Kita nggak akan ditangkap, 'kan?"Nia langsung terhibur hingga tertawa terbahak-bahak. "Dasar bodoh, apa yang kamu pikirkan? Kalau dia bisa mengoperasi di sini, itu pasti legal. Itu bukan tempat kotor yang kamu kira."Edo semakin penasaran.Tempat itu legal dan rahasia. Tempat seperti apa itu?Edo sangat ingin melihatnya.Lina melihat mereka tertawa dan bercanda, dia pun menghampiri dengan rasa ingin tahu, "Apa yang kalian berdua bicarakan? Apa kalian begitu bahagia?"Nia berkata sambil tersenyum, "Aku bilang aku akan mengajak Edo pergi ke Paradiso, tapi anak ini bahkan takut tempat itu ilegal. Dia takut ketahuan."Lin
Edo tidak mengatakan yang sebenarnya. Hal ini karena dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada mereka.Lina memercayai kata-kata Edo dengan begitu saja. Namun, Nia tidak semudah itu.Nia berjalan ke arah Edo dan berlutut sambil mengendus tubuh Edo. "Edo, bukankah kamu pergi memetik tumbuhan herbal? Kenapa aku mencium bau parfum wanita di tubuhmu?""Ah, benarkah?"Edo segera menciumnya sendiri, tetapi dia tidak mencium bau apa pun.Terlebih lagi, Dia dan Edo tidak melakukan kontak fisik. Bagaimana mungkin aroma parfum itu dapat melekat di tubuh Edo?Nia menatap Edo dengan tatapan aneh, kemudian dia berkata sambil tersenyum, "Apa kamu nggak menciumnya? Aku bisa menciumnya. Parfum ini cukup mahal."Edo berdecak kagum dalam hatinya. Hidung Nia sensitif sekali.Dia dapat mencium aroma yang begitu halus. Dia bahkan dapat mengetahui kelas parfumnya.Hebat sekali.Edo hanya bisa berbohong dan berkata, "Aku bertemu dengan seorang wanita kaya di jalan. Dia bertanya padaku untuk apa ramuan i
Edo tidak mempermasalahkannya. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya. Dia ingin menambahkan kontak Diana."Edo, Bu, apa yang kalian lakukan?"Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara yang familier dan dingin.Diana dan Edo tanpa sadar melihat ke arah sumber suara. Kemudian, mereka melihat Bella berjalan dengan marah.Edo bertanya-tanya di mana ibunya?Namun, Edo segera menyadari bahwa tidak ada orang lain di sekitar sini. Mungkinkah ibunya Bella adalah Diana?Diana melihat putrinya muncul, dia pun berkata sambil tersenyum, "Charlene, kenapa kamu ada di sini?"Saat itu, Edo merasa seperti ada guntur yang menggelegar dari langit. Dia merasa sekujur tubuhnya akan disambar petir.Wanita di depannya yang tampak berusia 20 tahun lebih itu adalah ibunya Bella?Sialan. Edo bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan penglihatannya?Wanita ini sudah menikah? Selain itu, putrinya sudah berusia 20 tahun lebih?Edo merasa ini luar biasa!Edo benar-benar tidak menyadari sama sekali Diana adalah wani
Hal ini juga merupakan alasan mengapa dia tidak menceraikan Wiki.Nia telah patah hati. Jadi, dia hanya akan hidup tanpa memberikan perasaannya.Setidaknya Nia punya makanan dan minuman. Selain itu, dia tidak perlu khawatir tentang materi.Adapun kepuasan mental, Nia telah menemukan cara untuk melampiaskannya. Orang itu adalah Edo.Lina tidak begitu memahami pikiran Nia. Namun, dia menghormati keputusan Nia."Nia, kamu juga nggak mudah menjalaninya. Aku hanya bisa membantumu dengan meminjamkan Edo saat kamu membutuhkannya."Nia memandang Lina dengan mata memerah. "Kamu baik sekali padaku!"Lina berkata sambil tersenyum, "Siapa suruh kamu adalah sahabatku? Kita berbagi berkah dan kesulitan. Sekarang, kita bisa bermain bersama pria yang sama."Kedua wanita itu mulai bercanda dan bermain bersama.Edo tidak tahu apa yang sedang terjadi di kamar.Setelah meninggalkan ruangan, Edo pergi ke rumah sakit untuk membeli obat. Dia mengobati luka Nia.Saat Edo berjalan, dia menemukan banyak tumbuha
"Apa yang kamu sesali? Apa Edo nggak memuaskanmu?"Nia masih berkata dengan terus terang seperti biasanya.Lina sangat ingin menemukan celah di tanah dan bersembunyi di dalamnya."Nia, jangan ungkit lagi. Aku mohon." Lina mencengkeram selimut dengan erat. Dia benar-benar tidak berdaya.Nia meletakkan tangannya yang cantik ke bawah selimut.Dia menyentuh bokong ... yang bulat dan halus.Sebelum Lina sempat mengenakan celananya, Nia telah memergoki mereka.Merasakan tangan Nia yang halus, Lina merasa semakin malu.Namun, Nia malah berkata sambil tersenyum, "Bukankah kamu sendiri yang memberi tahu Edo? Kamu berharap kita bertiga bisa hidup tenang dan santai. Aku sudah siap mental. Kenapa kamu belum siap?"Akhirnya, Lina menjulurkan kepalanya dari ranjang. Namun, kedua pipinya masih memerah."Nggak. Aku hanya merasa sangat malu saat kamu tiba-tiba memergokiku seperti ini.""Apa yang diinginkan wanita seusia kita? Bukankah kita hanya ingin bahagia?""Edo masih muda, energik dan tampan. Kita
Nia telah menebak apa yang ingin mereka lakukan.Namun, dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menarik selimut untuk menutupi kepalanya. Dia terus berpura-pura tidur.Setelah selesai.Edo mendekati telinga Lina dengan perlahan, lalu berkata, "Kak Lina, kamu jahat sekali. Kalau Kak Nia terbangun, kita pasti akan sangat malu."Pipi Lina merona. Rambutnya tampak acak-acakan dan tatapan matanya tampak linglung.Lina mencium Edo dengan terengah-engah. "Aku nggak tahan lagi tadi. Aku nggak bisa berpikir panjang lagi. Tapi, sekarang aku sudah tenang. Aku benar-benar takut."Mereka tanpa sadar menatap Nia.Edo melihat Nia menutupi kepalanya dengan selimut.Edo dan Lina sama-sama tercengang. Hal ini menandakan bahwa Nia telah bangun. Dia menutupi kepalanya dengan selimut karena dia tidak ingin mendengar suara-suara yang ambigu.Edo melihat wajah Lina memerah sampai ke pangkal lehernya. Seluruh wajahnya tampak seperti apel merah."Aduh, memalukan sekali." Lina menyadari sesuatu. Dia segera menu
Tiba-tiba, Edo merasa sedikit takut.Lina memiringkan kepalanya dan menatap Edo. "Kenapa? Apa kamu takut?""Nggak, bukan begitu." Edo tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Edo merasa takut dan gelisah. Namun, jika Edo mengakuinya seperti ini, dia merasa sangat pengecut."Edo, wajar kalau kamu merasa takut. Untuk seseorang yang penuh perhitungan seperti Johan, saat dia pertama kali pergi ke rumahku untuk menemui ayahku, dia sangat ketakutan hingga dia bahkan nggak berani berbicara."Lina menghibur Edo.Sekarang, akhirnya Edo tahu mengapa keluarganya Lina keberatan dengan pernikahannya dengan Johan? Dia juga mengerti kenapa pencapaian Johan saat ini hanyalah pencapaian kecil.Ayahnya adalah wakil walikota Kota Jimba. Bagaimana mungkin dia tertarik dengan bos yang menjalankan bisnis kecil-kecilan?Terlebih lagi, Edo bahkan bukan seorang bos. Edo hanya pencari nafkah yang bekerja sebagai karyawan.Tiba-tiba, Edo kehilangan kepercayaan dirinya."Kak Lina, apa menurutmu aku juga nggak pa
Melihat Edo masuk sambil menggendong Nia di pelukannya dengan ambigu, Lina tersenyum dan berkata, "Kamu menaklukkannya secepat itu?"Edo agak malu, lalu dia berkata dengan wajah tersipu, "Kak Lina, kamu pasti khawatir, 'kan?"Lina mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, "Aku baik-baik saja, bukan aku yang terluka. Kalian ini. Dia sudah terluka, tapi kalian masih berhubungan."Edo memandangi Nia di pelukannya. Saat ini, Nia masih tertidur pulas.Edo membaringkan Nia ke ranjang dengan lembut, lalu menutupinya dengan selimut.Kemudian, Edo berkata kepada Lina, "Kak Lina, bukankah kamu ingin aku membantu Kak Nia? Aku telah melakukan apa yang kamu katakan. Sekarang, kamu bisa tenang."Lina duduk dari tempat tidur. Kemudian, dia mengaitkan jarinya ke arah Edo dan memberi isyarat agar Edo mendekat.Edo berjalan mendekat dengan patuh.Lina melingkarkan tangannya di leher Edo, lalu dia menatap Edo sambil tersenyum dan berkata, "Kamu telah memuaskan Nia. Bukankah kamu juga harus memuaskanku?""Ah?
Nia meringkuk dalam pelukan Edo, lalu berkata dengan tulus, "Aku bisa menjaga jarak denganmu sebelumnya karena aku takut Wiki akan mengetahui apa yang terjadi di antara kita berdua. Aku takut dia akan mempermalukan dan mempersulitmu.""Tapi, aku tahu meskipun dia nggak tahu apa yang terjadi di antara kita berdua, sekarang dia telah berbeda dari sebelumnya.""Kalau begitu, kita nggak perlu berpura-pura lagi."Setelah berkata, Nia tidak bisa menahan diri untuk mencium Edo."Edo, beberapa hari ini aku sangat rindu padamu. Sangat-sangat rindu!"Edo memeluk pinggang Nia dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Kak Nia, aku juga sangat rindu padamu!"Edo dan Nia berciuman dengan penuh gairah."Edo, aku ingin ...." Sekarang, Nia tidak mengkhawatirkan apa pun. Dia mengungkapkan keinginannya dengan berani.Edo langsung bersemangat. Namun, begitu memikirkan tentang cedera di kaki Nia, Edo merasa sedikit khawatir."Kak Nia, aku tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, kakimu terluka sekarang. Aku khawat