Rizki mengangguk, dengan tenang dan pasti dia mengulangi apa yang Alya katakan ke perekam suara.Alya hanya berbaring di sana sambil mendengarkan Rizki yang perlahan mengulangi perkataannya. Kemudian dia berkata, "Kalau suatu hari kamu berpikir untuk mendapatkan hak asuh anak-anak dariku, baik melalui jalur hukum maupun membawa kabur mereka, maka aku akan membawamu ke pengadilan dan seluruh asetmu akan menjadi milikku, Alya Kartika."Alya tidak percaya Rizki akan mau mengatakan semua ini seperti pernyataan yang sebelumnya.Lagi pula, begitu pernyataan ini dikatakan, maka akan ada konsekuensi. Jika Rizki benar-benar ingin melawannya untuk hak asuh anak, maka dampaknya akan terlalu besar.Jadi setelah selesai bicara, Alya tidak berpikir Rizki akan mengulangi pernyataannya. Ekspresi Alya pun menjadi tak acuh.Namun, sesaat kemudian, dengan wajah datar, Rizki mengulangi pernyataannya kata demi kata.Alya tercengang.Dia menatap Rizki dengan ekspresi yang rumit, tidak menyangka bahwa pria i
Begitu pertanyaan ini keluar, mereka berdua terdiam.Alya terdiam karena dia ingat, bahwa waktu itu di lantai bawah klub biliar, teman-teman Hana mengambil ponsel Rizki dan mengirim pesan padanya untuk mengerjainya.Ekspresi di wajah Rizki juga menunjukkan bahwa dia memikirkan tempat yang sama dengan Alya.Saat ini, mereka berdua memikirkan hal yang sama.Setelah beberapa saat, Rizki akhirnya menatap Alya dan berkata, "Mungkin, ponselnya benar-benar nggak di tanganku?"Alya merapatkan bibirnya dan tidak menjawab.Rizki menggenggam secercah harapan ini dan segera bertanya, "Alya, kalau ... aku bilang kalau, kalau saat kamu memberitahuku tentang hal itu, ternyata ponselnya sedang benar-benar nggak di tanganku, lalu karena itulah ini semua terjadi, apa kamu masih akan menyalahkanku?"Mendengar ini, Alya pun terdiam."Kalau ponselnya nggak berada di tanganmu, lalu ponselnya ada di tangan siapa?" Alya menatapnya dengan intens. "Bukankah ponselmu selalu bersamamu? Kalau benar-benar nggak ber
Karena dirinya adalah asisten pribadi, artinya dia harus ada kapan saja. Oleh karena itu, ponsel Cahya selalu siap selama 24 jam.Begitu ponselnya berbunyi, dia tahu siapa yang mencarinya.Akan tetapi, cuacanya sangat dingin dan tempat tidurnya sangat hangat, dia benar-benar tidak mau bangun.Ponselnya pun terus berdering ....Cahya akhirnya terpaksa bangun dan mengangkat telepon tersebut."Pak Rizki?"RIzki menyebutkan sebuah tanggal, lalu berkata, "Pikirkan sebuah cara untuk membantuku mengecek semua pesan yang diterima ponselku pada waktu itu."Cahya tidak bisa berkata-kata.Begitu menyadari tanggal apa yang disebutkan Rizki, Cahya pun seketika bingung."Anu, Pak Rizki ... tanggal ini sudah lama lewat, bagaimana aku bisa mengeceknya?""Asistennya 'kan kamu, kamu pikirkanlah bagaimana caranya. Cek semuanya termasuk pesan spam."Cahya ingin berbicara lagi, tetapi teleponnya langsung ditutup Rizki. Terdengar nada sibuk sementara dia duduk terdiam di sana sambil memegang ponselnya....
Gadis kecil itu meniup kening Alya.Meskipun tindakan ini tidak berpengaruh apa-apa pada kening Alya yang dibungkus perban, tindakan yang penuh perhatian ini masih membuat hati Alya terasa hangat.Suasana hatinya pun membaik dan dia tersenyum."Mama, apa sudah baikan?"Suara Alya sangat lembut. "Hmm, sudah. Terima kasih Maya."Maya langsung tersenyum, lalu dengan polos berkata, "Sama-sama, baguslah kalau Mama nggak sakit lagi."Tepat pada saat itu, sang dokter masuk ke kamar diikuti oleh Rizki. Melihat Maya yang memanjat di samping tempat tidur, Rizki menghampirinya tanpa mengatakan apa pun dan langsung menggendongnya. Kemudian, Rizki juga menarik Satya ke samping.Setelah itu, sang dokter dan suster memeriksa Alya dan menanyakan kondisinya.Setelah memeriksa, sang dokter mengonfirmasi bahwa kelancaran berbicara dan logika Alya tidak bermasalah. Dokter itu mengangguk pada Rizki."Seharusnya nggak ada masalah besar, kami akan melakukan pemindaian CT untuk memeriksanya lagi. Kalau tidak
"Rizki, apa maksudmu? Kita sudah berteman selama bertahun-tahun. Ya sudahlah kalau kamu bersikap kasar padaku, tapi kamu juga bersikap seperti itu pada Hana? Biar kuberi tahu ya, meskipun kejadian semalam adalah salahku karena menyerang duluan, kamu juga harus bertanggung jawab. Alya juga harus minta maaf pada Hana!" seru Faisal.Tatapan Rizki seketika menjadi dingin dan tajam, bagaikan pedang yang membidik wajah Faisal."Apa katamu? Coba katakan lagi?"Tatapannya yang menusuk membuat Faisal agak takut. Namun, setelah melirik Hana yang matanya berkaca-kaca, dia pun mengumpulkan keberanian."Apa aku salah bicara? Kamu dan Alya sudah lama bercerai. Selama 5 tahun ini, yang menemani di sampingmu adalah Hana. Sekarang setelah Alya kembali, bisakah dia menggantikan Hana begitu saja?""Faisal, jangan bicara lagi ...." Hana menarik tangan Faisal, dia terlihat menyedihkan. "Aku nggak apa-apa. Alya terluka separah ini, sudah seharusnya Rizki mengurusnya.""Hana, omong kosong apa yang kamu bicar
Mendengar ucapannya, mata Rizki seketika menjadi dingin dan nada bicaranya menjadi tajam."Itu urusan di antara aku dan dia."Hana tidak rela. "Kalau begitu, ini juga urusan di antara kita. Kamu menyuruhku untuk nggak mengganggumu, tapi kamu sendiri malah mengganggu Alya. Apa kamu sendiri juga nggak dapat melepaskannya? Jadi, hak apa yang kamu punya untuk memintaku melepaskanmu? Rizki, aku hanya mencintaimu."Setelah dia selesai berbicara, Rizki tersenyum. Akan tetapi, senyumnya tidak mencapai matanya. Pria itu dengan tak acuh berkata, "Oke, aku nggak akan memintamu. Kamu juga jangan lagi menggunakan Faisal untuk bertarung menggantikanmu."Raut wajah Hana seketika berubah."Rizki, a-apa yang kamu bicarakan? Bagaimana mungkin aku menyuruh Faisal bertarung untukku? Jelas dia yang ....""Dimanfaatkan olehmu adalah kebodohannya sendiri, tapi apa kamu sungguh nggak punya niat lain? Kalau kejadian kemarin adalah kecelakaan, bagaimana dengan hari ini? Yang membawanya ke sini adalah kamu, 'kan
Dia tidak perlu mengatakan jawabannya, dia sendiri merasa bahwa dirinya ingin. Akan tetapi, saat ini Alya sangat menolaknya. Apakah wanita itu mau kembali bersamanya?Selain itu, kesalahpahaman di antara mereka sampai sekarang masih belum terselesaikan.Contohnya adalah pesan teks yang Alya kirimkan padanya.Rizki masih tidak tahu apa yang terjadi dengan pesan teks itu. Sampai sekarang, Cahya juga belum memberinya balasan apa pun mengenai tugas yang diberikannya kemarin.Ini sangat wajar, lagi pula 5 tahun sudah berlalu. Jika Cahya benar-benar menyelidikinya, akan dibutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan jawabannya belum tentu akan ketemu.Dia hanya tidak bisa memahaminya. Waktu itu, ponselnya selalu ada di tangannya. Bagaimana bisa ...."Rizki ...."Melihat Rizki yang dari tadi tidak meresponsnya, Hana pun memanggilnya lagi.Saat ini, suaranya membuat Rizki teringat akan sesuatu.Seolah-olah sesuatu melintas di benaknya.Awalnya dia tidak bisa menangkapnya, tetapi dengan suara Hana y
Biasanya, Rizki tidak akan menyadari perubahannya.Namun, sekarang, Rizki mengejar masalah ini dengan serius dan mereka sedang berhadapan. Rizki yang tidak sabar untuk mendapatkan kebenarannya, memaku tatapannya pada wajah Hana setelah bertanya. Dia tidak akan melewatkan perubahan ekspresi sekecil apa pun.Dia takut bila dia lengah sedikit saja, kebenarannya akan terlewatJadi, dia melihat semua perubahan Hana. Matanya yang sejak tadi sudah menyipit sekarang tampak berbahaya."Kamu ingat, 'kan? Baguslah. Sekarang aku punya pertanyaan untukmu."Hana terbangun dari lamunannya, akhirnya tersadar bahwa dia telah terlalu panik. Dia memaksa dirinya untuk tenang, tersenyum tak berdaya pada Rizki, lalu berkata, "Tapi bukankah hal itu sudah lama sekali berlalu? Kenapa kamu mengungkit masa lalu? Apa waktu itu aku nggak sengaja merusak ponselmu?""Bukan.""Lalu apa?"Rizki menatapnya dengan ekspresi yang rumit."Kenapa kamu melakukan itu?"Hana terkesiap.Di-Dia sudah tahu?Jika tidak, kenapa dia