Ekspresi Lisa berubah.Tadinya, dia ingin memberi tahu Alya tentang Rizki yang datang untuk meminta maaf padanya. Namun, setelah mendengar ucapan Irfan barusan, Lisa merasa dia tidak perlu memberitahunya.Setelah memikirkannya, Lisa tersenyum canggung dan berkata, "Bu ... bukan apa-apa."Mendengar jawabannya, Alya terlihat curiga."Saat kamu pulang, bukankah di telepon kamu bilang ada yang ingin kamu bicarakan denganku?""Ya, itu benar." Lisa hanya bisa menjelaskan dengan panik, "Saat itu aku sedang emosional, jadi aku ingin bicara denganmu. Tapi sekarang aku nggak apa-apa."Alya mengangkat alisnya."Begitukah?"Lisa mengangguk berulang kali.Meskipun mereka belum saling mengenal selama itu, Alya merasa dirinya masih bisa memahami Lisa. Ketika berbohong dan merasa bersalah, Lisa sama sekali tidak bisa menyembunyikannya. Mata Lisa akan melihat ke mana-mana dan dia akan mengangguk seperti anak ayam yang mematok beras.Jadi pada saat ini, Alya dapat melihat bahwa temannya sedang berbohong
Lisa segera memaksakan sebuah senyum untuk kedua anak itu.Alya menatap anak-anaknya. Setelah mereka turun dari kursi, Alya pun mengelus kepala mereka. "Satya, Maya, malam ini kalian sangat baik. Kembalilah ke kamar untuk istirahat, lalu kemasi barang-barang kalian, oke?"Lisa yang mendengar ini pun menggigit bibirnya, wajahnya pucat.Mendengar perkataan ibunya, kedua anak itu pun seketika memandang Alya. Mereka mungkin tidak menyangka bahwa masalahnya seserius ini.Namun, di saat berikutnya, Alya tersenyum dan berkata, "Besok kalian akan pergi ke sekolah baru."Mendengar ini, kedua anak itu pun merasa lega dan pergi untuk mengemasi barang mereka.Setelah mereka pergi, Alya perlahan menghabiskan nasi yang tersisa di mangkuknya.Sementara itu, Lisa duduk di seberangnya. Sejak dia menyuruh anak-anaknya mengemasi barang mereka, Lisa terus duduk di sana dengan bingung.Hingga akhirnya, Alya pun selesai makan dan berdiri untuk bersih-bersih. Saat itu barulah Lisa mendapatkan kesadarannya ke
Saat mereka tiba di hotel, hari belum selarut itu. Alya memesan sebuah kamar hotel untuk menginap selama setengah bulan.Setelah menyelesaikan prosedur, staf hotel pun mengantar mereka ke lantai atas."Nyonya, kamar yang Anda pesan memiliki kolam renang luar pribadi. Tapi karena sekarang cuacanya dingin, area kolam renangnya nggak dibuka. Karena Anda memiliki dua anak, sebaiknya kolam renangnya jangan dibuka.""Oke." Peringatan penuh perhatian dari staf hotel ini membuat Alya mengangguk dengan rasa terima kasih. "Aku mengerti, terima kasih."Kondisi kamar hotel ini sangat bagus. Begitu membuka pintu, samar-samar tercium aroma yang wangi. Udara di dalam kamar pun tidak apak.Staf itu pun masuk untuk memeriksa fasilitas dan pembatas kolam renang yang tadi, memastikan bahwa tidak ada masalah dengan kamar ini sebelum dia pergi.Alya mengeluarkan barang-barang yang diperlukan dan mengaturnya dengan rapi. Kedua anak kecil itu juga sibuk di sampingnya, hanya berhenti ketika ibu mereka berhent
"Kenapa kamu nggak memberitahuku?""Ini bukan masalah besar, jadi nggak perlu dibicarakan."Mendengar jawabannya, Irfan terdiam sejenak sebelum berkata, "Kalau begitu kenapa kamu nggak pergi ke rumah yang sudah kusiapkan untukmu? Maya sudah menerima kuncinya.""Kamu juga tahu. Maya yang menerimanya, bukan aku.""Alya ....""Coba lihat makanan apa yang kamu bawa." Alya mengambil sarapan tersebut dari tangan Irfan dan menemukan bahwa makanannya sudah dingin, dia pun membawanya ke dapur untuk dihangatkan.Irfan memandang sosok rampingnya, mata pria itu pun menggelap.Wanita itu malam-malam pindah ke sini. Sebenarnya, Irfan juga memiliki andil dalam hal ini.Akan tetapi, dia tidak menyangka Alya akan bertindak secepat ini, bahkan tanpa memberitahunya.Sebenarnya kapan dia bisa masuk ke dalam hati Alya?...Semalam, Lisa tidak bisa tidur dengan nyenyak.Dia baru bisa tertidur saat hari sudah hampir pagi.Namun, dia terbangun setelah baru beberapa jam tertidur.Karena dia masih memikirkan te
Rizki meninggalkan restoran dengan wajah suram.Tadinya dia kira, dengan mengandalkan orang ini, dia bisa membawa wanita itu ke sini. Ternyata ....Melihat mata Lisa yang menghindarinya, kemungkinan Lisa tidak memberitahukan janji ini kepada Alya.Rizki langsung mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan."Selidiki seseorang untukku."Ketika Lisa tersadar dan mengejar pria itu keluar, sosok Rizki sudah menghilang.Dia pun hanya bisa mencoba menghubungi Rizki dengan ponselnya.Setelah beberapa saat, teleponnya pun diangkat."Pak Rizki, sebenarnya apa yang terjadi barusan? Apa kamu marah karena temanku nggak datang? Maaf, aku nggak bermaksud membohongimu. Hanya saja, kemarin malam temanku pindah rumah bersama pacarnya. Di depan pacarnya, aku merasa malu untuk membicarakanmu ...."Sebelum dia dapat selesai berbicara, terdengar suara rem mobil yang memekakkan telinga dari ponselnya dan membuatnya terkaget."Pak Rizki, Pak Rizki nggak apa-apa?"Setelah hening sejenak, tak lama kemudian su
Setelah bercerai, tidak banyak pria yang masih mengingat mantan istrinya.Sementara itu Irfan yang berada di sampingnya, merasa sedikit tidak beres setelah mendengar hal tersebut."Ah, Nona Alya, omong-omong apakah kamu memiliki koneksi dengan mantan istri bos itu?""Koneksi?"Bagaimana dia bisa memiliki koneksi dengan sang pemilik rumah?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum dan berkata dengan lembut, "Apakah koneksi dapat membuatku bisa menyewa rumahnya?""Kalau memang ada koneksi, mungkin bisa? Nona Alya, nama pemilik rumah ini sama denganmu.""Namanya Alya juga?""Ya, kabarnya dia juga sangat muda dan cantik."Alya terdiam.Entah kenapa setelah mendengar semua ini, Alya merasa bahwa ada yang tidak beres.Akan tetapi dia pun tidak terlalu memikirkannya.Mereka pun turun dengan lift. Di pintu keluar, mereka bertemu dengan seorang pria paruh baya yang mengenakan jas, kemungkinan orang ini adalah atasan sang agen.Begitu melihat agen itu, wajahnya pun seketika menjadi suram."Wilsen, kena
Apa?Alya kira dia sudah salah dengar.Bos? Inspeksi?Sikap sopan agen ini membuat Alya bingung. Tiba-tiba dia teringat dengan apa yang dikatakan agen ini tadi, yaitu bahwa area tersebut diberikan oleh seorang bos besar kepada mantan istrinya.Ekspresinya pun sedikit berubah.Mungkinkah bos besar dan mantan istri yang dibicarakan sang agen adalah dirinya dan Rizki?Bernama Alya, pergi ke luar negeri, juga tidak bisa dihubungi.Rasanya kebetulan sekali. Sekarang, mereka telah melihat KTP miliknya dan memanggilnya bos.Meskipun dia tidak berani memercayainya, Alya masih menatap sang agen dengan serius dan berkata, "Tadi kamu bilang, kalian nggak bisa menghubungi pemilik rumah itu. Bisakah aku melihat nomor teleponnya sebentar?"Mendengar ini, sang agen jelas tampak bingung."Ah, Bu Alya, bukankah pemilik rumah itu adalah dirimu?"Meskipun berkata seperti itu, sang agen masih dengan patuh mencari nomor telepon tadi dan memberikannya pada Alya.Alya melihat nomor telepon tersebut dan menem
Mendengar ini, Alya pun menatapnya."Kamu mau mengambil uang sewa dariku?""Ya, anggap saja menghasilkan uang tambahan."Uang tambahan ....Bagaimana mungkin Irfan kekurangan uang tambahan?"Berapa? Kalau kamu mau menyewakannya dengan murah untukku, nggak usah.""Nggak murah. Lokasinya bagus dan harga propertinya sangat mahal, aku menghabiskan banyak uang untuk mendapatkannya. Kalau kamu mau menyewanya, harganya 20 juta per bulan."Ketika mendengar harganya, Alya pun terkejut.Bukan karena dia merasa itu mahal, lagi pula lokasinya sangat bagus dan memulai harga dari 20 juta adalah hal wajar. Dia hanya tidak menyangka bahwa Irfan benar-benar serius, pria itu benar-benar berencana untuk menyewakannya.Namun, tak lama kemudian, Alya merasa jauh lebih baik."Oke."Melihat Alya yang jelas senang, ketidakberdayaan pun muncul di mata Irfan yang berada di balik kacamata.Jika dia tidak mengambil uang sewa, dia takut tidak akan ada lagi cara yang berhasil.Setelah memastikan bahwa Alya dan anak