Gendis mematung di tempatnya duduk sekarang. Setelah mendapatkan kabar buruk tentang suaminya, wanita itu gegas untuk ke Rumah Sakit di mana Damar di rawat sekarang. Matanya berembun, ia merasa khawatir terjadi apa-apa terhadap sang suami.Sepanjang perjalanan, ia gelisah tidak menentu. Apalagi, ponsel Damar sama sekali tidak bisa dibubungi. Pantas saja, sejak semalam ia tidak enak hati ketika melepaskan Damar saat pamit keluar dengan alasan bisnis. Katanya, pria itu akan menghadiri sebuah pertemuan antar perusahaan.Karena sudah malam, makanya Damar melarang istrinya itu ikut. Menurutnya, tidak baik untuk kesehatan bayi kita yang masih dalam kandungan. Gendis menuruti larangan sang suami, dan membiarkan sepupunya untuk menemani Damar ke sana.Ya, sebelumnya, Damar mengatakan kalau ia akan pergi ke sebuah pertemuan perusahaan saat makan malam tiba. Sebagai anak buah serta direktur perencanaan perusahaan, Vivian, sepupu Gendis, juga mengikuti acara tersebut. Apalagi, katanya ia di unda
“Mas, kenapa bisa cedera kek gini?” tanya Gendis sesaat setelah ia masuk dan menghampiri sang suami. Ia berusaha untuk tetap tersenyum meski terasa berat. Gendis tidak ingin bertindak gegabah dengan menuduh langsung suaminya berselingkuh. Ia akan memastikan terlebih dahulu, lagi pula wanita itu belum mendapatkan bukti kuat. Yang tadi sempat di dengarnya hanya praduga saja, belum bisa membuktikan apa pun. Gendis wanita cerdas, ia tahu di mana saat ia harus meluapkan kemarahannya atau tidak.“Mas enggak apa-apa, Sayang. Tadi, Mas terjatuh dari tangga.” “Tangga hotel maksudnya, Mas? Lebih tepatnya kamar hotel?” tanya Gendis dengan santai. Namun, sukses membuat Damar terlonjak kaget dengan muka yang berubah pias. Pria itu menatap wajah sang istri. Akan tetapi, dari wajah Gendis tidak terlihat sedang marah. Wanita itu terlihat baik-baik saja. “I-itu, tadi Mas habis mengantar kolega bisnis perusahaan kita. Dia mabuk karena terlalu banyak minum tadi. Kamu kan tahu, yang mau berinvestasi i
Berulang kali Gendis memanggil suaminya dan mengetuk pintu ruangan kantor yang tertutup, ia mulai kesal. Lalu, wanita itu segera memutar hendel pintu, dan ternyata tidak dikunci. Gegas ia membukanya dan menampilkan sang suami yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Mas ...,” panggil Gendis sambil menghampiri Damar.“Lho, kamu ke sini, Sayang? Kenapa enggak kabari Mas dulu sih?” sahut Mas Damar dengan mimik muka yang seolah sedang terkejut. Ia mulai memainkan sandiwaranya.“Kan tadi aku udah ngasih tahu di rumah. Kalau akan membawakan Mas makan siang. Mas Damar juga harus minum obat juga, kan? Aku tahu lho, Mas suka abai kalau disuruh minum itu. Oh iya, Mas. Dari tadi aku ketuk pintu sama manggil, kenapa Mas enggak nyahut sih? Barusan juga sekilas kudengar suara perempuan ada di dalam?” tanya Gendis ingin memastikan.“Maaf, ya, kamu kan tahu, Mas tadi baru keluar kamar mandi. Kalau suara perempuan, emang suara siapa? Di sini enggak ada siapa-siapa. Mas hanya sendirian dari tadi,” jawa
Senyum Damar merekah kala mendapat kabar baik dari Gendis. Wanita itu telah mendapatkan uang yang dibutuhkannya. Semua dana pinjaman dari sang kakak ipar, sudah masuk ke rekening milik Damar. Melihat nominalnya, pria itu yakin bisa membelikan sesuatu yang diinginkan Vivian. Mengingat kekasihnya tersebut, Damar segera menghubungi wanita itu. “Halo, Sayang. Mas sudah mendapatkan uang dari Gendis. Kamu pengen beli apartemen di mana?” ajak Damar dengan wajah yang berseri-seri. Ia bisa membayangkan bagaimana bahagianya Vivian mendengar kabar baik ini, pun balasan dari kekasihnya setelah memberikan hal yang wanitanya itu inginkan. Damar dan Vivian berjanji untuk bertemu di sebuah agen properti. Hunian apartemen mewah di salah satu bilangan kota Jakarta menjadi pilihannya. Apalagi, akses untuk menuju ke kantor tidak terlalu jauh. Sehingga, dengan begitu dapat memudahkan Damar jika pulang pergi ke apartemen miliknya bersama Vivian.Dengan dana satu milyar di rekening, Damar dapat mencicil
"Rasa ini masih ada dan membekas di hati."~David~💕💕💕Kali ini, Gendis tidak ingin menanyakan langsung kepada Damar sebelum memiliki bukti yang kuat. Jika dipikir-pikir, bagaimana mungkin suaminya itu akan mengakui perselingkuhannya? Mana ada maling yang mengaku? Begitu pun Damar, tidak mungkin ia akan menerima tuduhan itu begitu saja. Gendis akan mencari tahu siapa wanita yang memiliki hubungan dengan suaminya. Keesokan harinya, Gendis bertemu dengan Vivian saat waktu makan siang. Tanpa rasa sungkan atau takut, Vivian datang dengan percaya dirinya. Setelah menikmati makanan yang tadi sempat mereka pesan, Gendis memberitahukan maksud dia mengajak sepupunya itu bertemu.“Kamu tahu Vi. Akhir-akhir ini, Mas Damar mencurigakan. Dia seperti sedang menyembunyikan sebuah rahasia, tapi aku enggak tahu itu apa. Oh iya, beberapa hari yang lalu. Mas Damar memintaku untuk meminjam uang senilai satu milyar. Apa benar perusahaan sedang tidak baik?” tanya Gendis kepada Vivian yang langsung dibe
“Maafkan aku, kak, sudah datang telat. Soalnya tadi ada keperluan mendesak dulu,” ujar pria muda tersebut.“Iya, Bay. Eh iya, gimana kabar kamu sekarang?” tanya Gendis kembali.“Baik, kak. Seperti yang mbak lihat. Kira-kira ada apa, ya, kok Mbak Gendis memintaku ketemu di sini? Kenapa enggak bicara di rumah?” tanya lelaki yang dipanggil Bayu tersebut.Bayu adalah adik ipar Gendis. Lebih tepatnya ia itu adik kandung dari Damar. Perbedaan usia mereka hanya terpaut dua tahun saja, membuat Bayu terlihat sama dewasanya dengan Damar. Akan tetapi, sampai sekarang pemuda itu sama sekali belum memiliki pasangan. “Maafkan Mbak, Bay. Mbak sama sekali enggak bisa membicarakan yang akan Mbak katakan sama kamu di rumah. Ini hanya rahasia di antara kita,” bisik Gendis. Bayu memang lebih dekat dengannya dari pada Damar. Sehingga pemuda itu bisa Gendis percaya.“Sebenarnya ada sesuatu yang mau Mbak katakan sama kamu tentang Mas Damar,” ujar Gendis lirih. Membuat lelaki bernama bayu mendongakkan kepal
“Maksudmu apa, Bay?” tanya Gendis. Kenapa ia merasa nada suara Bayu berbeda saat mengucapkan kalimat yang terakhir tadi. Namun, Gendis tidak paham itu. “ehm ... maksudnya ... memangnya Mbak Gendis tidak tahu kalau aku ini menyayangi Mbak seperti seorang adik kandung ke kakak perempuannya?” ucap Bayu langsung di balas anggukan oleh Gendis.“Jadi, untuk selanjutnya, apa Mbak Gendis sudah punya rencana?” tanya Bayu. Namun, Gendis menggeleng. Ia sama sekali belum memikirkan cara apa pun untuk menyelidiki Damar. Jangankan untuk itu, ia bahkan masih syok mendengar pengakuan adik iparnya itu mengenai suaminya.“Begini saja. Mbak tidak perlu khawatir. Biar nanti aku bantu buat menyelidiki semuanya. Mbak Gendis tinggal menunggu kabar dariku saja.”Gendis terharu memiliki adik ipar yang baik kepadanya layaknya adik kandung. Meskipun sikap ibu mertuanya berbanding terbalik dari putra keduanya tersebut. Namun, Gendis yakin, hati mertuanya akan mulai melunak setelah bayi di dalam kandungannya lah
Bab 11. (1700 kata)Jangan lupa untuk klik tombol berlangganan dan berikan jejak dengan cara komen dan berikan ❤️. Happy reading 😍😍💕💕Gendis mendapatkan pesan masuk dari nomor tidak dikenal dengan bukti transfer dan cek sebagai uang DP sebuah apartemen mewah. Juga, foto sang suami di lobi sebuah gedung yang Gendis prediksi sebuah apartemen. Namun, tidak jelas di mana tempat itu berada.Tidak lama, notifikasi pesan masuk kembali ke ponsel Gendis dengan nomor yang sama. Kali ini, potret sang suami yang tengah berdiri di depan pintu apartemen dan satu lagi foto pria itu tengah bercumbu dengan seorang wanita. Namun, wajah perempuan itu tidak begitu jelas terlihat. Hanya menampilkan sosok perempuan yang hanya mengenakan gaun tipis selutut berwarna merah menyala. Lantai yang dipijak Gendis seakan amblas. Tubuhnya luruh seketika. Wanita itu sudah tahu kemungkinan sang suami telah bermain api di belakangnya. Namun, tetap saja hatinya yang rapuh retak juga saat melihat bukti perselingk