“Ternyata, dia adiknya nyonya kampung itu, pasti dia juga dari kampung, pantas barbar,” gumam Dona pelan, tatapannya tajam, tak lepas dari Chavela yang berjalan di samping Mia. “Ini tidak boleh dibiarkan, lama-lama orang sekampungnya dibawa semua ke mari, harus segera dilaporkan,” gerutunya.Sedangkan Chavela dan Mia telah tiba di ruang cuci, Mia meminta Chavela menunggu di luar, wanita itu segera masuk ke dalam. Tidak lama kemudian Mia keluar bersama seorang gadis dengan pakaian khusus.“Oh, Vela?” tanya Bellen terkejut.“Hola, Bellen!” teriak Chavela gembira, ia segera memeluk Bellen, Chavela tidak bisa lagi menyembunyikan kegembiraannya.“Wah Vela, maaf, aku belum sempat bicara pada Mia dan nyonya, karena kemarin beliau pergi berlibur ke luar kota, ternyata hari ini kamu langsung melamar.”Bellen masih berpikir kalau Chavela datang ke situ untuk bekerja, ia merasa menyesal karena Chavela harus datang sendiri melamar pekerjaan.“Ah lupakan soal itu Bellen, aku ada kabar penting,” sah
“Ah sial! Apa lagi yang dilakukan perempuan kampung itu!” gerutu Emma kesal, dia baru saja menerima laporan dari Dona yang mengganggu ketenangannya.“Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus turun tangan mengusir perempuan kampung itu!” Emma bersungut-sungut dengan kemarahan di wajahnya. Ia menyimpan ponselnya dan bergegas kembali ke apartmennya.Sementara itu di kediaman Mendez, Raul masih belum menyerah mencari Elena. Entah mengapa pria itu merasakan cintanya kepada Elena semakin dalam. Ia juga sangat yakin jika Elena masih ada di kota itu. Sedangkan pernikahannya dengan Beatriz semakin kacau.Semenjak mendapatkan berbagai manipulasi dari Beatriz, Raul menjadi sangat berhati-hati. Lelaki itu tidak pernah lagi mau makan di rumah, bahkan saat pulang pun selalu diantar sang asisten hingga ke kamar, lalu mengunci pintu.Apalagi setelah mendengar laporan dari sang mama apa yang diucapkan Beatriz pada Chavela dan Miguel, lelaki itu menjadi sangat membenci Beatriz. Perlakuannya pada Beatriz men
“Akhiri saja semua ini, Raul.” jawab nyonya victoria, wajahnya nampak lelah dan tak berdaya.“Maksud Mama bagaimana?” tanya Raul masih dengan tatapan penasaran.“Yang pertama mengenai pernikahanmu dengan Beatriz,” sahut nyonya Victoria.“Maksudnya Mama ingin aku menceraikan wanita itu?” desak Raul, nyonya Victoria mengangguk. “Kenapa, Ma? Bukankah dulu mama sangat ingin aku menikah dengan perempuan itu? Hingga mama menyuruhku menceraikan Elena?”Raul bertanya sarkas, menyindir sikap ibunya di masa lalu. Bagaimana pun, ibunya mempunyai andil besar terhadap perceraiannya dengan Elena. Nyonya Victoria tertunduk sedih, kini wanita itu menyadari semua kebodohannya di masa lalu.“Maafkan mama, Raul. Dulu mama dibutakan dengan sikap manis dan lugu Beatriz. Mama berpikir dengan menikahnya kamu dan Beatriz hubungan persaudaraan keluarga besar kita akan semakin kuat. Tapi ternyata mama salah….”“Sekarang mama tahu kan bedanya emas murni dengan emas palsu? Emas murni akan tetap berkilau sampai
“Elena, semua ini gara-gara perempuan sialan itu! Aku harus mencarinya untuk membalaskan dendamku ini!” Beatriz bergumam dengan penuh kemarahan, ia segera melangkah meninggalkan kediaman Mendez.Sementara itu, di kediaman Rodriguez, Chavela mendapatkan hadiah dari sang kakak ipar. Diego membelikan Chavela sebuah mobil agar gadis itu bisa menggunakannya untuk alat transportasinya ke kampus.Semula Chavela menolak, namun Diego berkeras supaya Chavela tidak ketinggalan ke kampus, karena jarak kediaman Rodriguez dengan kampusnya cukup jauh. Elena pun membujuk sang adik agar menerimanya, Akhirnya Chavela menerima, tidak lupa dia selalu mengajak Bellen bersama.“Yeah, akhirnya sampe rumah juga ya Bellen, kelas terakhir tadi benar-benar membosankan,” sungut Chavela sambil turun dari mobil barunya.“Habis kamu kepikiran sang pangeran terus sih, Vela. Sudah gak sabar pengen ketemu, jadinya gak fokus sama pelajaran,” goda Bellen, keduanya pun tertawa. Namun mereka terdiam ketika tiba-tiba terde
“Kakak ipar, sebenarnya Elena sakit, apa?” tanya Vela penasaran, gadis itu tidak lagi bisa menyembunyikan keingin tahuannya.“Sabarlah Vela, tunggu kakak kamu bangun, nanti aku jelaskan,” ujar Diego sambil tersenyum. Tidak lama berselang Elena pun terbangun, ia disambut oleh senyum manis sang suami.“Sudah bangun, sayang?” sapa Diego dengan lembut.“Loh Diego, kenapa masih berjaga di sini?” “Tidak apa-apa, sayang. Kami memang menunggumu,” sahut Diego, diikuti anggukan Chavela.“Nyonya, Jose membuatkan juice, minumlah supaya segar,” ucap Mia sambil menyodorkan gelas. Elena mengangguk, lalu meminum juice yang diberikan Mia, namun baru dua tegukan, ia merasa mual, wanita itu langsung berlari ke wastafel dan memuntahkan kembali apa yang diminumnya.“O, Dios. Sebenarnya aku sakit apa?” keluh Elena lesu, saat itulah Diego mendekatinya, lelaki itu menggenggam tangan Elena dan mencium punggung tangan sang istri dengan lembut.“Tenanglah, sayang. Kamu tidak sakit apa-apa, tubuhmu hanya sedang
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Chavela yang sedang berdiri termangu. Orang itu tidak terlihat wajahnya, karena ditutupi kerudung hitam yang menutupi seluruh kepalanya. Dia menarik Chavela ke tempat yang sepi.“Hei, siapa kamu? Dan mau apa?” teriak Chavela.“Sst, jangan berteriak, Vela.” Terdengar suara yang sudah akrab di telinga Chavela yang membuat gadis itu tertegun.“Bellen, kamu….”“Sí, Vela. Ini aku,” sahut Bellen sambil membuka kerudung yang menutupi wajahnya.“Bellen, apa yang sebenarnya terjadi? Dan mengapa kamu menyamar begini?”“Ini gawat Vela, kamu harus segera melapor pada tuan dan tuan Mario, nyonya Emma telah memprovokasi semua pelayan dan pekerja di kediaman ini untuk mengusir kamu dan nyonya.”“Apa? Nyonya Emma? Siapa dia?” Chavela memang belum tahu tentang Emma Rodriguez, Bellen menceritakan singkat kalau Emma adalah adik sepupu tuan diego. Dia juga menceritakan kronologisnya bagaimana Emma menghasut para pelayan dan pekerja di kediaman. Bellen sengaja menyamar s
“Menyerahlah! Kalian semua sudah dikepung!” terdengar teriakan dari luar, beberapa saat berikutnya muncul beberapa petugas bersenjata lengkap mengepung mereka. Dari arah lain, Miguel dan beberapa pemuda juga datang dengan posisi mereka siap siaga.“Apa yang kalian inginkan? Kalian mau memberontak? Memberontak dari apa?”Mario muncul dengan suara yang tegas dan marah.“Kami hanya tidak mau ketularan penyakit,” jawab dari mereka dengan kepala tertunduk, “karena semenjak nona Chavela datang, nyonya jadi tertular penyakit.”“Omomg kosong! Siapa yang mengatakan? Dan apa buktinya?” desak Mario.“Kata nyonya Emma dokter yang mengatakan.”Mario segera melirik dokter yang juga datang bersamanya, sang dokter pun menjelaskan kalau kemarin memang benar Emma menginterogasinya mengenai penyakit yang diderita nyonya Rodriguez, namun dokter itu sudah menjelaskan kalau nyonya Rodriguez mengalami kelelahan hebat, sehingga membutuhkan istirahat total.“Nah kalian dengar sendiri, kalian telah dimanfaatkan
“Vela, ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Miguel menarik tangan Chavela ke luar, ia menatap gadis itu serius.“Ada apa Migu?” tanya Chavela kebingungan.“Vela, sebenarnya kakakmu sakit apa? Kalau aku perhatikan wajahnya sedikit pucat dan terlihat lemah, apa mungkin hanya kelelahan?”“Elena tidak sakit apa-apa kok, Migu. Dia hanya butuh istirahat,” jawab Chavela sambil tersenyum, sesungguhnya dia ingin menceritakan kabar bahagia itu, tapi dia ingat pesan Diego untuk merahasiakan kehamilan Elena.Miguel menghela napas panjang, tak ada senyum di wajah tampannya, ia hanya menatap kekasihnya dengan tatapan penasaran dan tak percaya.“Ada apa Migu,kenapa kamu menatapku begitu?”“Bebe, dengar. Kamu bisa menutupinya dari orang lain, tapi tidak padaku. Aku tahu ada yang kamu sembunyikan, matamu menceritakan semuanya.”Chavela tertunduk, ia menjadi bingung.“Ada apa sebenarnya, Vela? Apa kamu mau merahasiakanya dariku, hem?”“Bukan begitu, Migu. Masalahnya kakak ipar berpesan agar merahasiaka
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer