Note: *Sí: Ya *Hermana: Kakak perempuan *Cuñado: Kakak ipar (lki2)/ abang ipar *buenas tardes: Selamat sore
“Ah sial! Apa lagi yang dilakukan perempuan kampung itu!” gerutu Emma kesal, dia baru saja menerima laporan dari Dona yang mengganggu ketenangannya.“Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus turun tangan mengusir perempuan kampung itu!” Emma bersungut-sungut dengan kemarahan di wajahnya. Ia menyimpan ponselnya dan bergegas kembali ke apartmennya.Sementara itu di kediaman Mendez, Raul masih belum menyerah mencari Elena. Entah mengapa pria itu merasakan cintanya kepada Elena semakin dalam. Ia juga sangat yakin jika Elena masih ada di kota itu. Sedangkan pernikahannya dengan Beatriz semakin kacau.Semenjak mendapatkan berbagai manipulasi dari Beatriz, Raul menjadi sangat berhati-hati. Lelaki itu tidak pernah lagi mau makan di rumah, bahkan saat pulang pun selalu diantar sang asisten hingga ke kamar, lalu mengunci pintu.Apalagi setelah mendengar laporan dari sang mama apa yang diucapkan Beatriz pada Chavela dan Miguel, lelaki itu menjadi sangat membenci Beatriz. Perlakuannya pada Beatriz men
“Akhiri saja semua ini, Raul.” jawab nyonya victoria, wajahnya nampak lelah dan tak berdaya.“Maksud Mama bagaimana?” tanya Raul masih dengan tatapan penasaran.“Yang pertama mengenai pernikahanmu dengan Beatriz,” sahut nyonya Victoria.“Maksudnya Mama ingin aku menceraikan wanita itu?” desak Raul, nyonya Victoria mengangguk. “Kenapa, Ma? Bukankah dulu mama sangat ingin aku menikah dengan perempuan itu? Hingga mama menyuruhku menceraikan Elena?”Raul bertanya sarkas, menyindir sikap ibunya di masa lalu. Bagaimana pun, ibunya mempunyai andil besar terhadap perceraiannya dengan Elena. Nyonya Victoria tertunduk sedih, kini wanita itu menyadari semua kebodohannya di masa lalu.“Maafkan mama, Raul. Dulu mama dibutakan dengan sikap manis dan lugu Beatriz. Mama berpikir dengan menikahnya kamu dan Beatriz hubungan persaudaraan keluarga besar kita akan semakin kuat. Tapi ternyata mama salah….”“Sekarang mama tahu kan bedanya emas murni dengan emas palsu? Emas murni akan tetap berkilau sampai
“Elena, semua ini gara-gara perempuan sialan itu! Aku harus mencarinya untuk membalaskan dendamku ini!” Beatriz bergumam dengan penuh kemarahan, ia segera melangkah meninggalkan kediaman Mendez.Sementara itu, di kediaman Rodriguez, Chavela mendapatkan hadiah dari sang kakak ipar. Diego membelikan Chavela sebuah mobil agar gadis itu bisa menggunakannya untuk alat transportasinya ke kampus.Semula Chavela menolak, namun Diego berkeras supaya Chavela tidak ketinggalan ke kampus, karena jarak kediaman Rodriguez dengan kampusnya cukup jauh. Elena pun membujuk sang adik agar menerimanya, Akhirnya Chavela menerima, tidak lupa dia selalu mengajak Bellen bersama.“Yeah, akhirnya sampe rumah juga ya Bellen, kelas terakhir tadi benar-benar membosankan,” sungut Chavela sambil turun dari mobil barunya.“Habis kamu kepikiran sang pangeran terus sih, Vela. Sudah gak sabar pengen ketemu, jadinya gak fokus sama pelajaran,” goda Bellen, keduanya pun tertawa. Namun mereka terdiam ketika tiba-tiba terde
“Kakak ipar, sebenarnya Elena sakit, apa?” tanya Vela penasaran, gadis itu tidak lagi bisa menyembunyikan keingin tahuannya.“Sabarlah Vela, tunggu kakak kamu bangun, nanti aku jelaskan,” ujar Diego sambil tersenyum. Tidak lama berselang Elena pun terbangun, ia disambut oleh senyum manis sang suami.“Sudah bangun, sayang?” sapa Diego dengan lembut.“Loh Diego, kenapa masih berjaga di sini?” “Tidak apa-apa, sayang. Kami memang menunggumu,” sahut Diego, diikuti anggukan Chavela.“Nyonya, Jose membuatkan juice, minumlah supaya segar,” ucap Mia sambil menyodorkan gelas. Elena mengangguk, lalu meminum juice yang diberikan Mia, namun baru dua tegukan, ia merasa mual, wanita itu langsung berlari ke wastafel dan memuntahkan kembali apa yang diminumnya.“O, Dios. Sebenarnya aku sakit apa?” keluh Elena lesu, saat itulah Diego mendekatinya, lelaki itu menggenggam tangan Elena dan mencium punggung tangan sang istri dengan lembut.“Tenanglah, sayang. Kamu tidak sakit apa-apa, tubuhmu hanya sedang
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Chavela yang sedang berdiri termangu. Orang itu tidak terlihat wajahnya, karena ditutupi kerudung hitam yang menutupi seluruh kepalanya. Dia menarik Chavela ke tempat yang sepi.“Hei, siapa kamu? Dan mau apa?” teriak Chavela.“Sst, jangan berteriak, Vela.” Terdengar suara yang sudah akrab di telinga Chavela yang membuat gadis itu tertegun.“Bellen, kamu….”“Sí, Vela. Ini aku,” sahut Bellen sambil membuka kerudung yang menutupi wajahnya.“Bellen, apa yang sebenarnya terjadi? Dan mengapa kamu menyamar begini?”“Ini gawat Vela, kamu harus segera melapor pada tuan dan tuan Mario, nyonya Emma telah memprovokasi semua pelayan dan pekerja di kediaman ini untuk mengusir kamu dan nyonya.”“Apa? Nyonya Emma? Siapa dia?” Chavela memang belum tahu tentang Emma Rodriguez, Bellen menceritakan singkat kalau Emma adalah adik sepupu tuan diego. Dia juga menceritakan kronologisnya bagaimana Emma menghasut para pelayan dan pekerja di kediaman. Bellen sengaja menyamar s
“Menyerahlah! Kalian semua sudah dikepung!” terdengar teriakan dari luar, beberapa saat berikutnya muncul beberapa petugas bersenjata lengkap mengepung mereka. Dari arah lain, Miguel dan beberapa pemuda juga datang dengan posisi mereka siap siaga.“Apa yang kalian inginkan? Kalian mau memberontak? Memberontak dari apa?”Mario muncul dengan suara yang tegas dan marah.“Kami hanya tidak mau ketularan penyakit,” jawab dari mereka dengan kepala tertunduk, “karena semenjak nona Chavela datang, nyonya jadi tertular penyakit.”“Omomg kosong! Siapa yang mengatakan? Dan apa buktinya?” desak Mario.“Kata nyonya Emma dokter yang mengatakan.”Mario segera melirik dokter yang juga datang bersamanya, sang dokter pun menjelaskan kalau kemarin memang benar Emma menginterogasinya mengenai penyakit yang diderita nyonya Rodriguez, namun dokter itu sudah menjelaskan kalau nyonya Rodriguez mengalami kelelahan hebat, sehingga membutuhkan istirahat total.“Nah kalian dengar sendiri, kalian telah dimanfaatkan
“Vela, ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Miguel menarik tangan Chavela ke luar, ia menatap gadis itu serius.“Ada apa Migu?” tanya Chavela kebingungan.“Vela, sebenarnya kakakmu sakit apa? Kalau aku perhatikan wajahnya sedikit pucat dan terlihat lemah, apa mungkin hanya kelelahan?”“Elena tidak sakit apa-apa kok, Migu. Dia hanya butuh istirahat,” jawab Chavela sambil tersenyum, sesungguhnya dia ingin menceritakan kabar bahagia itu, tapi dia ingat pesan Diego untuk merahasiakan kehamilan Elena.Miguel menghela napas panjang, tak ada senyum di wajah tampannya, ia hanya menatap kekasihnya dengan tatapan penasaran dan tak percaya.“Ada apa Migu,kenapa kamu menatapku begitu?”“Bebe, dengar. Kamu bisa menutupinya dari orang lain, tapi tidak padaku. Aku tahu ada yang kamu sembunyikan, matamu menceritakan semuanya.”Chavela tertunduk, ia menjadi bingung.“Ada apa sebenarnya, Vela? Apa kamu mau merahasiakanya dariku, hem?”“Bukan begitu, Migu. Masalahnya kakak ipar berpesan agar merahasiaka
Mario tertegun, tim pengacara keluarga Rodriguez? Ada apa? Apakah Diego akan membuat surat wasiat? Atau terkait dengan kasus Emma? Karena, tim pengacara keluarga adalah tim legal yang memegang semua hal-hal terkait legalisasi keluarga Rodriguez secara turun temurun.Namun sang asisten tidak berani menanyakan detail dari tujuan Diego memanggil tim itu, ia hanya menjawab dengan sigap untuk segera melaksanakan perintah majikannya.Sementara itu, kondisi Elena semakin membaik, ia sudah bisa beraktifitas normal meskipun masih terbatas, karena di trimester pertama ini ia masih sering merasakan mual dan mudah lelah. Sang suami pun selalu mendampinginya, menemani jalan-jalan atau sekedar berjemur. Begitu pula dengan Chavela, ia selalu memberikan support penuh pada sang kakak.Diego merasa sangat bersyukur atas anugerah yang ia terima, ia bahkan tidak lagi memikirkan kondisi penyakitnya. Yang jadi prioritas utamanya adalah kondisi istri dan anaknya. Ia sangat ketat kepada para dokter, agar mela
“Apa? Ke kantor polisi? Tapi ada pak?”“Nanti akan kami jelaskan di kantor, kami menunggu kedatangan Anda segera, nyonya.”Raul terbangun mendengar suara percakapan Elena dengan polisi.“Ada apa, sayang?” tanya Raul pelan dengan suara yang serak.“Polisi meminta untuk datang, tapi tidak menjelaskan masalah apa,” jawab Elena dengan suara rendah.Raul mengangguk seraya mengelus tangan Elena lembut, “kita akan segera ke sana.”“Baiklah, pak. Kami akan segera ke sana,” ucap Elena kembali berbicara di telepon.“Siap nyonya, terima kasih atas kerjasamanya.”Setelah panggilan berakhir Elena menghela napas, ada kekhawatiran di wajahnya.“Kira-kira ada masalah apa ya, Raul?”“Entahlah, sayang. Nanti kita akan tahu setelah di kantor polisi. Kamu tenang saja, aku akan menemanimu. Sekarang kamu bersiap-siap dulu, aku akan menghubungi Mario dan tim pengacara agar mereka datang terlebih dahulu ke kantor polisi.”Raul berkata lembut sambil membelai rambut Elena, wanita itu mengangguk. Raul menghadia
“Tuan muda…” Raul dan Elena menghentikan langkah mereka, keduanya saling menatap lalu membalikan tubuh mereka.Seorang lelaki paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Raul dan Elena. Wajah lelaki itu ditumbuhi janggut dan jambang lebat, ia mengenakan mantel hitam dan penutup kepala rajut serta syal abu-abu membelit lehernya. Tatapan lelaki itu lurus pada Raul dengan tatapan penuh tanya.“Ah, paman. Senang bertemu denganmu kembali,” sambut Raul sambil tersenyum, ia menyalami pria itu dengan ramah.“Saya juga senang bisa melihat tuan muda lagi, dan…” Pria itu terdiam sejenak, ia melihat pada Elena, seulas senyum menghiasi wajahnya, “sepertinya, tuan telah menemukan apa yang Anda cari.”“Haha, itu benar paman,” sahut Raul bahagia dan bangga, “Oya, ini Elena, cintaku yang selama ini aku cari.” Raul mengenalkan Elena pada lelaki itu, “Sayang, ini paman penjaga makam, beliau tinggal di sekitar sini. Dulu disaat masa-masa suram dan kehancuran hatiku, paman ini yang menemaniku dan mem
“Mia, ada apa?” tanya Elena bingung melihat perubahan ekspresi Mia yang seperti ketakutan. Begitu pun Raul dan Mario serta Chavela dan Miguel, mereka semua yang ada di tempat itu kebingungan.“Mia, apa yang membuatmu terlihat cemas dan ketakutan begini? Kamu sekarang sudah aman bersama kami,” ujar Raul yang ditimpali dengan anggukan yang lain.“Tuan, nyonya… Bagaimana dengan Emma? Sa-saya khawatir dia akan kembali melakukan hal-hal yang buruk.” Mia mengungkapkan kekhawatirannya dengan suara terbata-bata. Masih segar dalam ingatannya bagaimana Emma melakukan berbagai manipulasi. Sewaktu Diego masih hidup saja Emma sangat berani, apalagi sekarang. Dan semua itu sudah terbukti, bahkan ia sendiri sudah menjadi korban kekejaman Emma.“Kamu tenang saja, Mia. Dalam insiden terakhir, orang-orang kita berhasil melumpuhkan orang-orangnya Emma. Tidak lama kemudian polisi pun datang membekuk mereka.”Kali ini Mario angkat bicara, karena dia ada dikejadian terakhir dalam baku hantam dengan orang-o
Keesokan harinya Elena membuka mata dan mendapati dirinya masih dalam pelukan hangat Raul. Lelaki itu memeluknya erat seolah takut kehilangan lagi. Elena tersenyum, ditatapnya pria tampan di sampingnya yang tertidur nyenyak itu. Perlahan Elena mengangkat tangan Raul, namun tangan kekar itu tidak bergerak, malah memeluknya semakin erat.Elena hanya menghela napas panjang. “Raul…” Lelaki itu hanya menggeliat sebentar, namun tidak melepaskan tangannya dari pinggang Elena.“Raul… Sudah pagi, aku lapar…” gumam Elena pelan.“Selamat pagi, sayang,” sahut Raul sambil tersenyum, ia membuka matanya, lalu mencium kening Elena lembut. “Ya sudah kamu mandi dulu, aku akan siapkan sarapan kita.”“Apa? Kamu mau menyiapkan sarapan?” tanya Elena heran.“Loh memangnya kenapa?”“Sudahlah Raul, tunjukan saja dapurnya di mana biar aku siapkan sarapannya.”“Tidak-tidak, sayang. Kamu adalah ratuku, maka kewajibanku untuk melayanimu. Kamu bersih-bersih diri dulu, di lemari itu ada pakaianmu, aku pikir masih f
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud