Mario tertegun, tim pengacara keluarga Rodriguez? Ada apa? Apakah Diego akan membuat surat wasiat? Atau terkait dengan kasus Emma? Karena, tim pengacara keluarga adalah tim legal yang memegang semua hal-hal terkait legalisasi keluarga Rodriguez secara turun temurun.Namun sang asisten tidak berani menanyakan detail dari tujuan Diego memanggil tim itu, ia hanya menjawab dengan sigap untuk segera melaksanakan perintah majikannya.Sementara itu, kondisi Elena semakin membaik, ia sudah bisa beraktifitas normal meskipun masih terbatas, karena di trimester pertama ini ia masih sering merasakan mual dan mudah lelah. Sang suami pun selalu mendampinginya, menemani jalan-jalan atau sekedar berjemur. Begitu pula dengan Chavela, ia selalu memberikan support penuh pada sang kakak.Diego merasa sangat bersyukur atas anugerah yang ia terima, ia bahkan tidak lagi memikirkan kondisi penyakitnya. Yang jadi prioritas utamanya adalah kondisi istri dan anaknya. Ia sangat ketat kepada para dokter, agar mela
“K-kamu…?” tanya Raul tergagap, lelaki itu sangat terkejut. Begitupun salah satu dari dua orang perempuan yang baru masuk itu. Matanya terbelalak demi melihat Raul.“Hah? Raul Mendez?” pekik Chavela tertahan, gadis itu segera menutup mulutnya.“Ya, aku sedang menunggu tuan Rodriguez untuk pembahasan bisnis,” jawab Raul yang terlebih dahulu menjelaskan. “Kalau kamu, sedang apa di sini Chavela?”“Oh, i-ini, teman saya ini bekerja di sini, jadi saya ke mari mau mengerjakan tugas bareng setelah pekerjaan teman saya selesai.”Chavela memberi alasan, untungnya dia masuk bersama Bellen, coba kalau bersama Elena… –Diam-diam Chavela menghela napas lega–“Chavela, bagaimana dengan Elena? Apa kamu sudah menemukan jejaknya?” tanya Raul, ia memang sudah lama ingin bertemu dengan adik Elena ini.Chavela tidak menjawab apa-apa, ia hanya menggeleng sambil tertunduk seakan terlihat sedih, padahal yang sebenarnya, ia tidak berani menatap mata Raul, karena takut pria itu mengetahui rahasia yang sebenarn
“Apa?!” pekik Elena terkejut, wanita itu terpaku menatap sang adik yang mengangguk sebagai responnya.“Tapi bagaimana kamu tahu, Vela? Kalau kolega yang bersama Diego itu adalah Raul?”Chavela menghela napas, lalu menceritakan pertemuannya tadi dengan Raul. Gadis itu juga menceritakan apa yang diucapkan lelaki itu yang masih mencari Elena. Juga tentang pernikahan palsunya dengan Beatriz yang sekarang sudah berakhir.Elena tertegun, mengapa Diego tidak menceritakannya? Bukankah suaminya itu tahu kalau Raul adalah mantan suaminya? Apakah Diego sengaja?Pertanyaan demi pertanyaan menari-nari di kepala Elena, yang dia tidak tahu jawabannya. Dia harus menanyakan hal ini pada Diego nanti.“Elena, tolong jujur padaku. Apakah kamu masih ada perasaan pada Raul Mendez?”Tiba-tiba Chavela mengajukan pertanyaan yang membuyarkan lamunan Elena, wanita itu menghela napas sambil menatap sang adik.“Pertanyaan macam apa itu Chavela? Raul adalah masa lalu, semua perasaan untuknya telah kukubur dalam-dal
“Tuan, saya melihat wanita yang Anda cari.” Sebuah pesan dikirim dari nomor yang tidak ada dalam kontaknya. Namun Raul mengerti, orang ini pasti orang-orang yang ia suruh untuk menjadi perpanjangan matanya dalam mencari informasi mengenai Elena.“Di mana kamu melihatnya dan kapan?”“Tadi siang, mereka baru saja ke luar dari private room sebuah restauran,” jawab sang informan.“Ok, coba kirimkan fotonya.”Tidak berapa lama, beberapa kiriman gambar masuk ke ponsel Raul, lelaki itu segera memeriksanya.“Ah, sial! Ini sih Chavela. Terus siapa yang di sampingnya?” Raul bergumam, sekarang dia memang sudah cukup hafal untuk membedakan Elena dan Chavela, sehingga tidak akan tertukar lagi. Mungkin bagi orang yang baru melihat, akan mengira kalau Chavela adalah Elena.“Ini bukan wanita yang saya cari, tapi adiknya!” tandas Raul pada sang informan, “dia juga sedang mencari keberadaan kakaknya, lalu siapa yang bersamanya itu?”“Tidak jelas, tuan. Dia memakai hoodie yang menutupi seluruh kepalany
“Maaf nyonya, sebenarnya apa tujuan Anda ingin bertemu saya? Saya pikir di mana saya tinggal dan dari mana asal saya, itu bukan urusan Anda!” Chavela berkata tegas dan sedikit ketus, dia merasa wanita ini terlalu bertele-tele, seperti sedang mempermainkannya.“Hahaha, aku suka gadis yang lugas sepertimu. Kalau boleh aku tebak, kamu dari Penedes, kan?”Chavela tertegun, bagaimana wanita ini bisa tahu?“Kenapa bengong? Benar, kan?” desak wanita itu.“Ya benar, lalu Anda mau apa?” jawab Chavela acuh.“Haha, sabar, chica . Kamu pasti heran kan bagaimana aku bisa menebak dengan benar?”“Bisa iya, bisa juga tidak. Yang pasti saya tidak mau ambil pusing dari mana Anda tahu.”Chavela menjawab santai yang membuat wanita itu terlihat tidak senang.“Orang-orang yang berasal dari kota-kota kecil seperti Penedes dan dari kampung-kampung, akan mudah sekali di kenali di kota besar ini.”Wanita itu berkata tanpa diminta, yang membuat Chavela menjadi kesal, pasalnya, wanita itu selalu menyudutkan gadis
“Hahaha, tentu nyonya, saya sangat mengenalnya.” Wanita itu berkata sambil diiringi derai tawanya.“Hmm, siapa kamu dan apa hubunganmu dengan gadis itu?” tanya Emma penasaran.“Hubungan?” tanya wanita itu sambil tersenyum. “Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan gadis kampung itu, tapi saya tahu dia adalah adik dari perempuan sialan itu!”“Perempuan sialan? Apa maksudmu Elena Torres?” tanya Emma tertarik.“Ya perempuan sialan itu, mungkin sekarang dia sudah mampus!”Wajah perempuan yang tidak lain adalah Beatriz itu menjadi jelek, manakala menyebutkan nama perempuan sialan, begitu besar kebencian di hati Beatriz, hingga menyebut nama Elena pun dia tidak mau.Melihat hal itu Emma tersenyum penuh arti, ia merasa mendapatkan teman satu kapal."Apa kamu membenci Elena Torres?” tanya Emma sambil tersenyum.“Sangat, nyonya. Bahkan mendengar namanya saja saya ingin muntah. Awas saja kalau sampai bertemu saya!” Beatriz berkata dengan penuh emosi.“Memangnya kamu belum pernah bertemu Elena?”
“Bersekutu?” tanya Beatriz masih belum paham, “maksudnya bersekutu bagaimana, nyonya?”“Kamu menginginkan Raul, kan? Dan aku menginginkan Elena tersingkir dari keluarga Rodriguez, jadi kita harus bekerja sama supaya sekali lempar umpan, semua ikan terjaring.”Emma menjelaskan sambil tersenyum.“Wah hebat nyonya, saya mengerti.” Beatriz mengangguk-anggukan kepalanya. Tapi kemudian wanita itu terdiam, ia mencoba mencerna perkataan Emma barusan.“Tapi nyonya, Anda bilang kalau Anda ingin perempuan sialan itu tersingkir dari keluarga Anda, kan? Lah kalau Raul tahu perempuan itu sudah berantakan dengan sepupu nyonya, dia pasti akan kembali pada perempuan itu, terus bagaimana?”“Hahaha, dasar perempuan bodoh, kamu lebih bodoh dari perempuan kampung itu ternyata.”Beatriz terdiam dengan wajah masam.“Begini, kalau Raul sudah kecewa dan sakit hati, dia tidak akan peduli lagi pada perempuan itu.”“Apa Anda yakin nyonya? Lalu bagaimana caranya membuat Raul kecewa dan sakit hati?”“Hm, apa kamu t
“Selamat malam Raul, jika kamu ingin bertemu Elena, datanglah besok sore ke bangunan yang ada di belakang taman kota.”Raul tertegun, “Nomor siapa ini? Apa mungkin orang-orang yang aku suruh menyelidiki keberadaan Elena?”Raul mencoba mengamati isi pesan itu, dan membandingkannya dengan pesan-pesan mereka sebelumnya. Dan dia menemukan sedikit kejanggalan. Orang-orang suruhannya akan selalu memanggilnya tuan, sedangkan pesan terbaru itu memanggil nama depannya langsung. Seolah pesan itu dikirim oleh orang yang sudah sangat mengenalnya, seperti teman atau keluarga.“Maaf, ini dengan siapa?” Raul mencoba membalas.“Kamu tidak perlu tahu siapa saya, tapi saya tahu tentang Elena dan di mana dia berada.”Raul kembali tertegun, apa benar apa yang dikatakan orang itu? Tapi siapa dia?“Julio, tolong kamu periksa nomor ini, apakah nomor itu salah satu orang suruhan kita?”Untuk menghilangkan penasarannya, Raul segera mengirimkan nomor pengirim pesan tadi kepada sang asisten untuk memeriksanya.
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer