“Maaf nyonya, sebenarnya apa tujuan Anda ingin bertemu saya? Saya pikir di mana saya tinggal dan dari mana asal saya, itu bukan urusan Anda!” Chavela berkata tegas dan sedikit ketus, dia merasa wanita ini terlalu bertele-tele, seperti sedang mempermainkannya.“Hahaha, aku suka gadis yang lugas sepertimu. Kalau boleh aku tebak, kamu dari Penedes, kan?”Chavela tertegun, bagaimana wanita ini bisa tahu?“Kenapa bengong? Benar, kan?” desak wanita itu.“Ya benar, lalu Anda mau apa?” jawab Chavela acuh.“Haha, sabar, chica . Kamu pasti heran kan bagaimana aku bisa menebak dengan benar?”“Bisa iya, bisa juga tidak. Yang pasti saya tidak mau ambil pusing dari mana Anda tahu.”Chavela menjawab santai yang membuat wanita itu terlihat tidak senang.“Orang-orang yang berasal dari kota-kota kecil seperti Penedes dan dari kampung-kampung, akan mudah sekali di kenali di kota besar ini.”Wanita itu berkata tanpa diminta, yang membuat Chavela menjadi kesal, pasalnya, wanita itu selalu menyudutkan gadis
“Hahaha, tentu nyonya, saya sangat mengenalnya.” Wanita itu berkata sambil diiringi derai tawanya.“Hmm, siapa kamu dan apa hubunganmu dengan gadis itu?” tanya Emma penasaran.“Hubungan?” tanya wanita itu sambil tersenyum. “Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan gadis kampung itu, tapi saya tahu dia adalah adik dari perempuan sialan itu!”“Perempuan sialan? Apa maksudmu Elena Torres?” tanya Emma tertarik.“Ya perempuan sialan itu, mungkin sekarang dia sudah mampus!”Wajah perempuan yang tidak lain adalah Beatriz itu menjadi jelek, manakala menyebutkan nama perempuan sialan, begitu besar kebencian di hati Beatriz, hingga menyebut nama Elena pun dia tidak mau.Melihat hal itu Emma tersenyum penuh arti, ia merasa mendapatkan teman satu kapal."Apa kamu membenci Elena Torres?” tanya Emma sambil tersenyum.“Sangat, nyonya. Bahkan mendengar namanya saja saya ingin muntah. Awas saja kalau sampai bertemu saya!” Beatriz berkata dengan penuh emosi.“Memangnya kamu belum pernah bertemu Elena?”
“Bersekutu?” tanya Beatriz masih belum paham, “maksudnya bersekutu bagaimana, nyonya?”“Kamu menginginkan Raul, kan? Dan aku menginginkan Elena tersingkir dari keluarga Rodriguez, jadi kita harus bekerja sama supaya sekali lempar umpan, semua ikan terjaring.”Emma menjelaskan sambil tersenyum.“Wah hebat nyonya, saya mengerti.” Beatriz mengangguk-anggukan kepalanya. Tapi kemudian wanita itu terdiam, ia mencoba mencerna perkataan Emma barusan.“Tapi nyonya, Anda bilang kalau Anda ingin perempuan sialan itu tersingkir dari keluarga Anda, kan? Lah kalau Raul tahu perempuan itu sudah berantakan dengan sepupu nyonya, dia pasti akan kembali pada perempuan itu, terus bagaimana?”“Hahaha, dasar perempuan bodoh, kamu lebih bodoh dari perempuan kampung itu ternyata.”Beatriz terdiam dengan wajah masam.“Begini, kalau Raul sudah kecewa dan sakit hati, dia tidak akan peduli lagi pada perempuan itu.”“Apa Anda yakin nyonya? Lalu bagaimana caranya membuat Raul kecewa dan sakit hati?”“Hm, apa kamu t
“Selamat malam Raul, jika kamu ingin bertemu Elena, datanglah besok sore ke bangunan yang ada di belakang taman kota.”Raul tertegun, “Nomor siapa ini? Apa mungkin orang-orang yang aku suruh menyelidiki keberadaan Elena?”Raul mencoba mengamati isi pesan itu, dan membandingkannya dengan pesan-pesan mereka sebelumnya. Dan dia menemukan sedikit kejanggalan. Orang-orang suruhannya akan selalu memanggilnya tuan, sedangkan pesan terbaru itu memanggil nama depannya langsung. Seolah pesan itu dikirim oleh orang yang sudah sangat mengenalnya, seperti teman atau keluarga.“Maaf, ini dengan siapa?” Raul mencoba membalas.“Kamu tidak perlu tahu siapa saya, tapi saya tahu tentang Elena dan di mana dia berada.”Raul kembali tertegun, apa benar apa yang dikatakan orang itu? Tapi siapa dia?“Julio, tolong kamu periksa nomor ini, apakah nomor itu salah satu orang suruhan kita?”Untuk menghilangkan penasarannya, Raul segera mengirimkan nomor pengirim pesan tadi kepada sang asisten untuk memeriksanya.
“Elena…” terdengar suara seseorang memanggilnya dengan lembut. Elena tertegun, suara itu berasal dari arah belakangnya. Perlahan Elena membalikkan tubuhnya, saat itu Mia juga telah tiba di tempat yang sama, namun ia masih berada beberapa meter dari tempat Elena berdiri.Elena Terbelalak manakala ia telah berhadapan dengan si empunya suara yang memanggilnya. Seorang pria tampan berdiri mematung, dengan tatapan seakan tak percaya, namun kemudian senyum pria itu pun terbit dengan sangat menawan.“Elena… Apa kabar?” tanya Raul dengan suara yang sangat lembut, perlahan ia mendekati Elena yang masih diam termangu.“Stop Raul!” Teriak Elena sambil mundur selangkah. “Jadi kamu yang menelepon tadi? Kamu menjebakku dengan mengatakan Vela dalam bahaya? Di mana Vela?”Tentu saja Raul terkejut mendengar teriakan Elena yang penuh kemarahan itu, dia sendiri baru saja datang karena mengikuti arahan orang yang mengirim pesan agar dia datang ke tempat itu, untuk bertemu dengan Elena.“Apa maksudmu, Ele
“Brengsek kamu!” teriak Chavela kembali meradang, ia memukuli Raul dengan tasnya. Ini kedua kalinya gadis itu mengamuk pada Raul, sebelumnya ketika Raul datang ke desanya, Chavela yang mendengarkan percakapan Raul dengan pamannya menjadi naik pitam. Kemarahannya tidak bisa terkontrol lgi.Malam ini, ketika dia baru saja menginjakkan kaki di rumah sakit, matanya langsung menangkap seorang lelaki yang dikenalnya, tengah berdiri seperti orang linglung, seketika emosi Chavela meluap. Tidak bisa dipungkiri, semua orang yang datang bersama Diego menduga kalau Raul yang telah memperdaya Elena, dengan menelepon wanita itu dan mengatakan kalau Chavela dalam bahaya.Itu sebabnya, ketika melihat Raul, Chavela yang semula lemas langsung berlari menghampiri Raul, dan menghantam lelaki itu.“Masih kurang puaskah kamu menyakiti kakakku? Tidak cukupkah kamu membuat dia menderita sekian lama, hah? Elena sekarang sudah bahagia, dia tidak mencintaimu! Tapi kenapa kamu masih mengganggunya dengan trik li
“Nona Chavela dan tuan Miguel, saya butuh bantuan Anda berdua.” Mario berkata pada Chavela dan Miguel, saat itu Chavela sudah tenang kembali. Gadis itu duduk terkulai di samping Miguel, ia meletakkan kepalanya di pundak pemuda itu.Demi mendengar suara tuan Mario, Chavela mengangkat kepalanya dari bahu Miguel, lalu keduanya berdiri dan mendekati Mario.“Ya tuan Mario. Apa yang bisa kami lakukan?” tanya Miguel sigap, pemuda itu berdiri sambil menggandeng Chavela yang terlihat lemas.“Apakah kalian mengenal wanita ini?” tanya Mario pada Miguel dan Chavela.“Ya, kami pernah bertemu sekali di rumah tuan Mendez, waktu itu dia mengaku sebagai nyonya Mendez.” Raul menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, saat mendengar ucapan Miguel itu.“Lalu yang ini?” Mario menujukkan foto yang lainnya. Sontak Chavela terbelalak melihat foto itu.“Itu wanita yang kami temui di club kemarin malam!” seru Chavela, “kata Elena itu sepupu kakak ipar.” Chavela menatap Diego, namun lelaki
“Mia, ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Elena berkata dengan tatapan masih ke atas langit-langit kamar.“Ya Elena, apa yang mau kamu tanyakan atau katakan,” jawab Mia sambil lebih mendekatkan kursi ke samping tempat tidur. Elena menghela napas, lalu menoleh kepada kepala pelayan di kediaman Rodriguez yang sangat setia padanya.“Mia, tolong ceritakan padaku, apa yang terjadi setelah aku tidak sadarkan diri.”Mia mengangguk, wanita paruh baya itu pun menceritakan semua, dari mulai Raul membopong Elena, dan membawanya ke rumah sakit. Hingga Chavela mengamuk memukuli Raul serta diskusi mereka yang menarik dugaan sementara kalau Emma dan Beatriz berada dibalik kejadian ini.Elena tertegun, “Kasihan Raul jadi sasaran kemarahan Vela, anak itu memang seperti itu dari dulu, suka bertindak spontan tanpa dipikir panjang lagi.”“Benar, bahkan pelipis tuan Mendez sampai berdarah terkena hantaman tas non Vela, tapi beliau tidak melawan. Untungnya tuan Miguel segera bertindak memeluk non Vela dan
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer