Hai para Readers, Othor ada pengumuman nih. Baru saja Othor merilis Novel baru, berjudul --> Pembalasan Tuan Muda Terkuat Silahkan mampir Kak, mumpung masih baru dan belum kunci bab. Mohon tinggalkan komentarnya juga kak di sana agar ramai. Terima Kasih (^_^)
Klein mengerang kesakitan. Meski tubuh Klein telah bermetamorfosis, tapi tendangan telak Mr. Brown mampu mematahkan tulang rusuknya!Meski begitu, Klein bisa merasakan tulang rusuknya yang patah mulai beregenerasi, seakan tidak pernah patah. Namun proses, ini cukup memakan banyak energi. Hal ini membuat perutnya mulai terasa lapar.Mr. Brown menyeringai. "Kau mungkin kuat, Klein Lionheart, tapi kau masih hijau dalam pertarungan."Tanpa memberi Klein kesempatan untuk pulih, Mr. Brown melancarkan serangan berikutnya. Ia menggunakan teknik Wing Chun, melancarkan pukulan cepat bertubi-tubi ke arah tubuh Klein. Klein berusaha menghindar dan memblokir sebisa mungkin, namun beberapa pukulan berhasil menembus pertahanannya. Setiap pukulan yang dilancarkan Mr. Brown mengenai tubuh Klein, ia dapat merasakan energi aneh yang menyesap masuk, dan merusak organ dalamnya. Alhasil, Klein mengalami luka dalam, membuat darah mulai mengucur dari sudut bibirnya."Ugh!" Klein terhuyung ke belakang, na
Klein perlahan membuka matanya, cahaya menyilaukan membuatnya mengedip beberapa kali untuk menyesuaikan diri. Suara-suara familiar terdengar samar di telinganya, perlahan menjadi jelas."Kak Klein! Dia bangun!" seru suara kecil yang ia kenali sebagai Bella."Kakek, Kak Klein sudah sadar!" tambah Ella dengan nada gembira.Klein mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya terasa begitu berat. Ia merasakan tangan lembut menahan bahunya."Jangan bergerak dulu, Klein," ujar Lina dengan suara lembut namun tegas. "Kau masih butuh istirahat."Perlahan, Klein mulai bisa melihat dengan jelas. Ia berada di kamarnya sendiri di Paviliun Lionheart, bukan di rumah sakit seperti yang ia kira. Di sekelilingnya berdiri Cornelius, Bella, Ella, dan Lina, semua menatapnya dengan ekspresi lega."Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Klein, suaranya serak."Tiga hari," jawab Cornelius, matanya memancarkan kekhawatiran yang jarang ia tunjukkan. "Kau membuat kami semua khawatir, cucuku."Klein mencoba menggera
Mentari pagi menyusup melalui celah tirai, membangunkan Klein dari tidur lelapnya. Ia membuka mata perlahan, merasakan tubuhnya tidak lagi lelah. Tiga hari tak sadarkan diri telah memulihkan energinya sepenuhnya. Klein bangkit dari tempat tidur, melakukan peregangan ringan. Ia bisa merasakan otot-ototnya yang kuat bergerak di bawah kulitnya. Setelah membersihkan diri dan berpakaian rapi, Klein melangkah keluar dari kamarnya. Ia disambut oleh Bella dan Ella yang langsung memeluknya erat. "Kak Klein sudah sembuh!" seru Bella gembira. "Kami sangat khawatir," tambah Ella, matanya berkaca-kaca. Klein mengusap kepala kedua gadis kecil itu dengan lembut. "Kakak baik-baik saja. Maaf sudah membuat kalian khawatir." Saat berjalan menuju ruang makan untuk sarapan, Klein terkejut melihat sosok yang familiar duduk di meja makan bersama Cornelius. "Lina?" panggil Klein, alisnya terangkat sedikit. Lina menoleh, senyum lega terkembang di wajahnya. "Klein! Syukurlah kau sudah sembuh." "Lina m
Richard Longbottom melangkah masuk dengan angkuh, diikuti oleh sepupunya, Killian Rooster. Akan tetapi, hal yang menarik perhatian Klein adalah sosok wanita cantik yang berjalan di samping mereka. Wanita itu memiliki rambut perak panjang yang tergerai indah, kulit putih bersih, dan mata biru yang dingin. Ekspresinya datar, seolah tak terpengaruh oleh keramaian di sekitarnya."Sheraphina Snow," gumam Lex pelan, memberi tahu Klein. "Putri tunggal keluarga Snow, salah satu dari sembilan naga."Klein mengangguk pelan. Ia ingat bahwa keluarga Snow adalah salah satu keluarga paling berpengaruh di Nexopolis, bergerak di bidang farmasi dan kesehatan. Warna rambut perak adalah salah satu ciri khas keluarga Snow, sehingga keberadaan mereka sangat mudah dikenali.Richard melangkah ke meja Klein dengan senyum sinis. "Well, well, lihat siapa yang ada di sini. Klein Lionheart, sang pewaris yang 'hilang'. Kudengar kau baru saja bangun dari tidur panjangmu. Apa bermimpi indah?"Klein menatap Richa
Paviliun Angin Timur berdiri megah di tengah kota Riverdale, lampu-lampu kristalnya berkilau memantulkan cahaya bulan. Klein melangkah masuk dengan tenang, matanya yang tajam memindai ruangan dengan cermat. Ia mengenakan setelan jas hitam yang elegan, rancangan khusus dari desainer ternama yang membuatnya terlihat semakin menawan."Klein Lionheart!" Sebuah suara riang menyapanya.Klein menoleh, mendapati seorang pria muda berambut pirang dengan senyum lebar menghampirinya. Di sampingnya, berdiri seorang pria Asia dengan ekspresi tenang."Kau pasti Xavier Steele," ujar Klein dengan nada datar.Xavier tertawa. "Tepat sekali! Ayahku sudah banyak bercerita tentangmu. Oh, dan perkenalkan, ini temanku, Ren Akiyama."Ren membungkuk sopan. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Lionheart. Saya putra pemilik rumah lelang ini."Klein mengangguk singkat. "Senang bertemu dengan kalian."Mereka berjalan bersama memasuki ruang lelang utama. Ruangan itu luas dan mewah, dengan langit-langit tinggi yang
Lelang berlanjut. Barang kedua adalah sebuah vas porselen dari Dinasti Qing. Klein tahu bahwa Richard tidak terlalu tertarik pada vas, jadi ia memutuskan untuk menggunakan strategi berbeda. Saat penawaran dimulai, beberapa tangan terangkat dengan antusias. Seorang wanita paruh baya dengan kalung mutiara dan cincin berlian di setiap jarinya menawar, "50 juta." Klein menunggu sejenak, mengamati situasi dengan tenang. Tepat saat pembawa acara hendak mengetuk palu, ia mengangkat tangannya dengan gerakan anggun namun tegas. "100 juta," ucapnya dengan suara datar namun penuh keyakinan. Seketika, ruangan dipenuhi oleh bisik-bisik dan tatapan penasaran. Bisik-bisik langsung memenuhi ruangan. "Bukankah dia adalah pria yang tadi berani melawan Longbottom? Siapa pria muda itu sebenarnya? " "Bukankah dia datang bersama Xavier Steele? Apa mungkin dia orang penting?" "Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Tapi lihat caranya menawar, pasti bukan orang sembarangan." Richard, yang masih
Lelang terus berlanjut. Namun kali ini, baik Klein maupun Richard tidak lagi ikut mengajukan penawaran. Lelang terus berjalan secara membosankan. Tidak ada ketegangan dan keseruan seperti tadi.Tanpa terasa, lelang mencapai barang terakhir. Suasana di ruangan itu langsung berubah tegang. Seorang pria membawa sebuah kotak kayu yang diukir indah ke atas panggung."Dan kini, barang terakhir dan paling istimewa malam ini," ujar pembawa acara dengan nada dramatis. "Sebuah Stempel Kuno berlapis emas yang diperkirakan berusia lebih dari 2000 tahun!"Kotak itu dibuka, menampilkan sebuah stempel emas yang berkilau di bawah lampu. Ukiran rumit menghiasi permukaannya, menciptakan pola yang misterius dan menawan.Tiba-tiba, Klein merasakan sensasi hangat di dadanya. Giok naga yang ia kenakan berdenyut pelan, seolah bereaksi terhadap kehadiran stempel kuno itu.'Ada apa ini?' pikir Klein, matanya menyipit menatap stempel itu. ‘Apakah benda itu yang diinginkan kalung giok naga?’"Kita mulai lelang
Ketegangan di udara terasa begitu pekat, seolah-olah bisa dipotong dengan pisau. Klein berdiri tenang di antara Xavier dan Ren, matanya yang tajam mengamati setiap gerakan Xie Lie dan para pengawalnya. Meski wajahnya tetap tanpa ekspresi, otaknya berpacu mencari jalan keluar dari situasi berbahaya ini. Jika memang tidak ada jalan lain, maka Klein berniat melawan mereka semua, melindungi Xavier dan Ren.Namun, sebelum siapapun sempat bergerak, suara lantang memecah keheningan."Apa yang kalian lakukan?!"Semua kepala menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria paruh baya dengan aura berwibawa melangkah masuk, diikuti oleh ratusan pria berpakaian hitam yang tampak siap bertarung. Pria itu adalah Shun Akiyama, ayah Ren dan pemilik Paviliun Angin Timur.Shun menatap tajam ke arah Xie Lie dan rombongannya. "Beraninya kalian membuat keributan di tempatku," ujarnya dengan nada dingin. "Dan yang lebih buruk lagi, kalian melibatkan putraku dalam masalah ini!"Eric Longbottom, yang merasa sebag