"Permintaan tolong dan pemaksaan adalah dua hal yang berbeda, Windy,” ucap Klein dengan dingin. “Bukan hanya membawa keluargamu kemari tanpa seizinku, tapi juga membiarkan mereka menjadikan hubungan kita sebagai dasar diriku harus memberikan bantuan padahal aku tidak pernah mengenal mereka sama sekali sebelumnya, menurutmu … aku harus bagaimana?”Ditanya seperti itu, Windy sangat terkejut. Dia terbata-bata menjawab, “K-Klein! Aku–”“Silakan pergi dari apartemenku,” ucap Klein dengan ekspresi serius. “Tindakanmu hari ini sangat membuatku kecewa, Windy.” Dia menatap wanita itu lurus saat berkata, “Tidak kusangka kau wanita yang seperti ini.”Ruangan itu seketika hening. Windy menatap Klein tidak percaya, pria yang selama ini menatapnya penuh dengan cinta ternyata bisa menampilkan ekspresi penuh kekecewaan.Sementara itu, mendengar Windy ‘ditegur’ seperti itu, Meredith beserta dua anaknya merasa tidak terima!"Hei, buruk rupa," geram Jake. "Kau harusnya berterima kasih Windy mau menikah
Kelima pria berjas hitam itu menatap Klein dengan pandangan meremehkan. Salah satu dari mereka, pria bertubuh besar dengan bekas luka di pipi kirinya, tertawa keras."Hah! Lihat siapa yang sok jagoan di sini," ejeknya, matanya menyipit mengamati Klein dari atas ke bawah. "Apa kau pikir dengan melinting lengan kemejamu seperti itu, kau bisa menakuti kami?"Klein hanya tersenyum tipis, tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Ia tetap berdiri tegak, lengannya yang tampak padat dari luar terpampang jelas.Pria lain, yang lebih kurus namun memiliki tatapan tajam, mendengus. "Mungkin dia pikir dengan menunjukkan lengan kurusnya itu, kita akan lari ketakutan," ujarnya, disambut tawa rekan-rekannya."Hei, buruk rupa!" seru pria ketiga, yang memiliki tato naga di lehernya. "Lebih baik kau pergi sebelum kami menghajarmu sampai ibumu sendiri tidak mengenalimu! Jangan campuri urusan kami!"Klein tetap diam, matanya dengan tenang mengamati kelima pria di hadapannya. Ia bisa merasakan ketegangan yang mu
Klein mengusap rambut Bella dan Ella dengan lembut saat mereka tiba di Paviliun Moon Lake. Kedua gadis kecil itu masih tampak ketakutan, namun mata mereka membelalak lebar melihat kemewahan rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara mereka.Paviliun Moon Lake berdiri megah di tepi danau buatan yang jernih, dikelilingi oleh taman yang indah dengan berbagai jenis bunga warna-warni. Arsitektur rumah itu memadukan gaya modern dan klasik, dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya alami masuk dan memberikan pemandangan menakjubkan ke arah danau. Di malam hari, lampu-lampu taman yang artistik menerangi halaman, menciptakan suasana yang menenangkan dan magis."Wah ..." Bella berdecak kagum, matanya tak lepas dari pemandangan di sekitarnya. "Ini seperti istana dalam negeri dongeng!"Ella mengangguk setuju, mulutnya terbuka lebar karena takjub. "Apa kita benar-benar akan tinggal di sini, Paman?"Klein tersenyum melihat reaksi mereka. Rasa hangat menyebar di dadanya, mengga
Setelah beberapa saat, Klein melepaskan pelukan dan berdiri tegak. Wajahnya kembali ke ekspresi dingin dan tenangnya yang biasa, namun matanya masih menyiratkan kelembutan saat memandang Bella dan Ella."Nah," ujarnya, kembali ke nada bicaranya yang tegas, "Mari kita bersihkan diri kalian. Setelah itu, kita akan berkeliling danau Bulan."Kedua gadis itu mengangguk antusias, senyum mulai terkembang di wajah mereka yang masih sedikit pucat.Klein kemudian meminta Helda untuk memandikan dan mempersiapkan kedua gadis kembar tersebut. Bagaimanapun, keduanya tampak sangat kotor dan lelah setelah pengalaman mengerikan yang mereka alami.Sementara Bella dan Ella dibersihkan, Klein menggunakan waktu ini untuk berbicara dengan Sonny. Wajahnya berubah serius, menunjukkan sisi lain dari dirinya yang baru saja menunjukkan kelembutan pada kedua gadis itu."Bagaimana?" tanya Klein, nada suaranya berubah dingin.Sonny membungkuk hormat sebelum menjawab, "Mereka sudah bicara, Tuan Muda. Seperti yan
Klein menoleh ke arah suara-suara itu, matanya menyipit saat mengenali wajah-wajah familiar dari kantornya. Ekspresinya tetap tenang, seolah keributan di sekitarnya hanyalah angin lalu.Ia bisa merasakan Bella dan Ella yang bersembunyi di belakangnya, ketakutan dengan situasi yang tiba-tiba menjadi tegang."Astaga, benar itu dia!" Lisa berseru, suaranya campuran antara terkejut dan mengejek. "Apa yang kau lakukan di sini, Klein? Tersesat?"Jack tertawa keras. "Atau mungkin dia sedang mencari pekerjaan sampingan sebagai tukang kebun? Hei Klein, rumahku butuh sedikit perawatan. Mau kubayar lima ribu per jam?"Bisik-bisik mulai terdengar di antara tamu pesta. Beberapa menatap Klein dengan pandangan jijik, seolah kehadirannya telah mencemari kemewahan pesta mereka.Klein tetap tenang, wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. Ia menatap Jack dan Lisa sesaat tanpa berkata apa-apa, dan kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada pria berbadan kekar itu."Hei, jawab kami, buruk rupa! Jang
Victor Downey melangkah masuk ke area pesta dengan aura yang menegangkan udara di sekitarnya. Putra pertama Robert Downey, Wali Kota Zephir, ini terkenal sebagai pria jenius dalam hal politik dan selalu bersikap dingin. Banyak orang percaya, dia akan mewarisi mantel Wali Kota Zephir di masa depan."Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Victor dengan nada dingin. Matanya yang tajam menusuk Damien, membuat beberapa tamu di sekitar mereka mundur selangkah.Klein berdiri tenang di tengah kekacauan, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun. Namun, tangannya yang berada di pundak Bella dan Ella sedikit mengerat, seolah berusaha menenangkan kedua gadis kecil itu tanpa kata-kata.Damien terlihat gugup, namun ia segera mengubah ekspresinya, berusaha tampak heroik. "Kakak, ada gembel yang mencoba menyusup ke pesta kita. Dan aku curiga," ia menunjuk Bella dan Ella, "gadis-gadis kecil ini adalah anak-anak yang diculiknya. Aku hanya ingin menyelamatkan mereka."Jack, melihat kesempatan untuk menjila
Pagi itu, Klein duduk di ruang tamu Paviliun Moon Lake, memandangi Bella dan Ella yang sedang asyik menonton kartun di televisi layar datar berukuran besar. Senyum tipis tersungging di bibirnya melihat kepolosan kedua gadis kecil itu."Bibi Helda," panggil Klein pada wanita paruh baya yang baru saja masuk ke ruangan. "Ada yang ingin kubicarakan."Helda mengangguk dan mendekat. "Ada apa, Tuan Muda?"Klein menatap Bella dan Ella sejenak sebelum kembali pada Helda. "Tolong urus dokumen sekolah untuk Bella dan Ella. Aku ingin menyekolahkan mereka sebelum kami pindah ke Riverdale."“Tuan Muda akan membawa mereka juga ke Riverdale?” tanya Bibi Helda terkejut.Klein mengangguk. “Aku ingin mengadopsi mereka menjadi adikku. Aku yakin Kakek akan senang memiliki cucu perempuan seperti mereka,” senyumnya."Baik, Tuan Muda. Tapi ... apakah mereka pernah bersekolah sebelumnya?" tanya Helda hati-hati.Klein menggeleng pelan. "Sayangnya tidak. Aku dengar, mereka hanya diajari baca tulis dan berhitun
Jack mengangkat alisnya, ekspresinya campuran antara geli dan meremehkan. "Bertaruh? Kau serius, Klein?"Klein mengangguk, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Jika aku berhasil menjual semua alat medis itu dan menutupi selisih yang dibuat Rudy, kalian berdua harus berlutut di depanku, di hadapan semua orang di kantor ini."Lisa tertawa mengejek, suaranya melengking tinggi. "Dan jika kau gagal? Apa yang akan kau lakukan, buruk rupa?""Maka aku yang akan berlutut di depan kalian," jawab Klein tanpa ragu. Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bahkan aku akan memanggil kalian Ayah dan Ibu."Tawa Jack dan Lisa meledak, diikuti oleh beberapa karyawan lain yang mendengarkan. Mereka tidak percaya Klein berani mengambil risiko sebesar itu.Jack dan Lisa saling pandang, senyum licik terpampang di wajah keduanya. "Baiklah, kami terima taruhanmu, buruk rupa!" seru Jack. "Tapi ingat, kau hanya punya waktu sampai jam 3 sore. Itu batas waktu penyetoran ke
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte