Beranda / Urban / Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal / Bab 112 - Jatuhnya TeckTock

Share

Bab 112 - Jatuhnya TeckTock

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Klein duduk di ruang kerjanya di dalam Paviliun Lionheart, matanya yang merah tersembunyi di balik lensa kontak menatap tajam ke layar komputer. 

Ia baru saja mengirimkan peringatan resmi ke TeckTock melalui saluran hukum Lionheart Group.

"Bibi Helda," panggilnya dengan suara datar namun penuh otoritas. "Aku ingin kau menyelidiki seluruh Livestreamer TeckTock dan juga perusahaan itu sendiri. Cari semua informasi yang bisa kita gunakan."

Helda mengangguk patuh. "Baik, Tuan Muda. Akan saya laksanakan segera."

Setelah Helda pergi, Klein meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. "Manajer Dennis? Ini Klein Lionheart. Kita perlu bicara."

Dennis adalah manajer Lily di platform TeckTock. Klein mendapat informasinya dari Hel

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 113 - Dibeli

    Di kantor pusat TeckTock, suasana mencekam menyelimuti ruang rapat. Para pemegang saham duduk dengan wajah tegang, membahas nilai saham perusahaan yang anjlok drastis.Layar besar di dinding menampilkan grafik yang menukik tajam ke bawah, menggambarkan kehancuran nilai perusahaan dalam hitungan jam."Ini bencana!" seru Jonathan, salah satu pemegang saham senior. Pria paruh baya itu menggebrak meja, membuat cangkir kopi di depannya bergetar. "Kita kehilangan lebih dari 30% nilai saham hanya dalam semalam! Jika ini terus berlanjut, TeckTock akan hancur dalam hitungan hari!"Tom Sullivan, CEO TeckTock, menghela napas berat. Wajahnya yang biasanya penuh percaya diri kini tampak lelah dan pucat. "Tenang, Jonathan. Kita sedang berusaha mengatasi situasi ini. Tim PR kita sedang bekerja keras untuk meredakan amarah pu

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 114 - Menjemput Bella Dan Ella

    Berita tentang akuisisi TeckTock oleh Lionheart Group menyebar seperti api di padang rumput kering. Dalam hitungan jam, seluruh dunia maya heboh membicarakan peristiwa ini. Hashtag #LionheartSavesTeckTock dan #NewEraTeckTock menjadi trending topic di berbagai platform media sosial. Komentar-komentar bermunculan, kebanyakan memuji langkah berani Lionheart Group: @TechEnthusiast: "Wow, Lionheart Group benar-benar mengejutkan! Mereka tidak hanya menyelamatkan TeckTock, tapi juga memberikan harapan baru bagi para kreator konten. #LionheartSavesTeckTock" @BusinessAnalyst: "Langkah cerdas dari Lionheart. Mereka mendapatkan platform populer dengan harga murah dan sekaligus memperbaiki reputasinya. Win-win solution! #NewEraTeckTock" @SocialMediaExpert: "Dengan Lionheart di belakangnya, TeckTock bisa menjadi pesaing serius bagi platform lain. Saya tidak sabar melihat inovasi apa yang akan mereka bawa. #TeckTockRevolution" @LilyFanClub: "Apakah ini artinya Lily akan kembali? Tolong beri

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 115 - Ancaman Veronica

    Di sudut halaman depan sekolah, Klein melihat Bu Evans, guru Bella dan Ella, sedang berdebat sengit dengan Nyonya Veronica. Tidak jauh dari mereka, seorang pria berseragam polisi berdiri dengan ekspresi angkuh. Klein melangkah mendekat, berusaha mendengar percakapan mereka. "Kau tidak bisa begitu saja mencabut posisiku sebagai guru di sekolah ini!" suara Bu Evans terdengar bergetar. "Mengajar adalah impianku!" Nyonya Veronica tersenyum licik. "Oh, sayangku. Dengan reputasimu yang tercoreng karena skandal korupsi mantan suamimu, kau pikir sekolah ini masih akan mempertahankanmu?" Bu Evans tersentak. "A-apa maksudmu aku akan kehilangan pekerjaanku?" "Oh, kau belum tahu?" Nyonya Veronica melangkah maju. "Kepala sekolah sedang mempertimbangkan untuk memecatmu. Yah, katakanlah ada banyak keluhan tentang cara mengajarmu, terutama setelah skandal korupsi yang melibatkan mantan suamimu." Bu Evans menatap Nyonya Veronica dengan tidak percaya. "Tapi... tapi itu tidak ada hubungannya deng

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 116 - Raven Yang Terpojok

    Senja mulai turun di kota Riverdale, cahaya keemasan matahari menyinari gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Di sebuah apartemen mewah di pusat kota, Raven Whitefeather duduk termenung di depan jendela besar, matanya yang biru safir menatap jauh ke kejauhan.Sudah hampir dua minggu sejak konser terakhirnya, dan sejak saat itu, tidak ada tawaran pekerjaan yang datang. Teleponnya tidak berdering, emailnya kosong, dan manajernya, Alicia, selalu datang dengan wajah muram tanpa kabar baik.Raven menghela napas panjang, jemarinya yang lentik memainkan ujung rambut hitamnya yang panjang. Ia tahu apa yang terjadi—Longbottom Entertainment sedang memboikotnya. Tapi mengapa? Apa kesalahan yang telah ia perbuat?Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," ujar Raven lembut.Alicia, wanita berambut pirang pendek dengan kacamata berbingkai tebal, melangkah masuk dengan wajah serius. "Raven, kita perlu bicara."

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 117 - Menemui Richard

    Suara Klein terdengar tenang dari speaker ponsel. "Yakinkan Raven untuk memutus kontraknya dengan Longbottom Entertainment,"Alicia terkesiap. "Tapi Tuan Lionheart, kontrak itu... ada penalti pembatalan sebesar 100 miliar. Raven tidak mungkin—""Saya yang akan mengurus itu," potong Klein. "Yang penting sekarang, yakinkan Raven untuk bersedia membatalkan kontraknya."Setelah menutup telepon, Alicia duduk terpaku. Ia tahu ini akan menjadi tugas yang sulit. Tapi ia juga tahu, ini mungkin satu-satunya kesempatan mereka keluar dari situasi ini."Maaf Raven, tapi aku harus melakukan ini." Alicia menatap jauh ke luar jendela. “Aku tidak ingin bintang besar sepertimu berakhir seperti ini. Semua demi masa depanmu …”**Keesokan harinya, Alicia mengunjungi apartemen Raven dengan wajah penuh tekad."Raven," ujarnya serius, "aku punya ide."Raven, yang sedang menyesap teh hangatnya, menatap Alicia dengan penasaran

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 118 - Tawaran Kontrak

    Suasana di lobi lantai eksekutif Longbottom Entertainment mendadak hening. Semua mata tertuju pada sosok pria muda yang baru saja keluar dari lift. Klein Lionheart berdiri dengan tenang, ekspresinya datar namun ada aura intimidasi yang kuat memancar darinya.Richard Longbottom merasakan darahnya mendidih melihat rivalnya. "Klein," geramnya. "Apa yang kau lakukan di sini?"Klein melangkah maju dengan santai, diikuti oleh CEO Lex dan seorang pria berjas yang membawa tas kerja—seorang notaris. "Aku di sini untuk menyelesaikan masalah," ujarnya datar.Raven menatap Klein dengan campuran kaget dan lega. Ia tidak menyangka pria itu akan muncul di saat genting seperti ini. Sementara itu, Alicia tersenyum tipis, merasa rencananya berhasil."Menyelesaikan masalah?" Richard tertawa mengejek. "Oh, jadi kau pikir kau bisa datang ke sini dan menyelesaikan semua masalah begitu saja? Jangan konyol, Klein."Klein tidak menanggapi ejekan Richard. Ia menatap Raven, yang masih tampak shock dengan keda

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 119 - Kemarahan Richard

    Raven tergagap, "aku tidak tahu harus berkata apa, Tuan Lionheart."Klein tersenyum tipis. "Kau tidak perlu memutuskan sekarang. Ambil waktu untuk mempertimbangkannya.""Tidak," ujar Raven tiba-tiba, suaranya penuh keyakinan. "Aku tidak perlu waktu. Aku... aku menerima tawaranmu, Tuan Lionheart."Alicia tersenyum lebar, sementara Richard menatap dengan wajah merah padam menahan amarah.Klein mengangguk. "Baiklah. CEO Lex akan memberikan detailnya padamu nanti. Untuk saat ini..." Ia menoleh pada notaris yang sejak tadi diam, "Tuan Fang, bisakah Anda menyiapkan kontrak sementara?"Notaris Fang mengangguk dan dengan cepat menyiapkan sebuah dokumen. Dalam hitungan menit, kontrak sementara antara Raven dan Lion's Roar Entertainment telah siap.Di depan mata Richard yang dipenuhi kebencian, Raven menandatangani kontrak barunya dengan Lion's Roar Entertainment. Senyum lega dan bahagia terkembang di wajah cantiknya."Selamat datang di keluarga Lion's Roar Entertainment, Raven," ujar Klein, me

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 120 - Audisi

    Pagi itu, suasana di depan gedung Lion's Roar Entertainment sudah ramai sejak subuh. Ribuan orang berbaris panjang, membentuk antrian yang membelah jalan-jalan di sekitar gedung. Mereka semua datang dengan satu tujuan: mengikuti audisi "Be The One", acara survival show yang akan menguji kemampuan mereka bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.Bagaimana tidak, hadiah mengikuti acara ini sangat menggiurkan. 10 miliar untuk satu orang pemenang, dan peserta lainnya akan mendapat uang 10 jutaa meski kalah. Di dalam gedung, Klein berdiri di depan jendela besar di ruangannya, mengamati kerumunan yang terus bertambah. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan puas di matanya."Tuan Muda," panggil CEO Lex yang baru saja masuk ke ruangan. "Laporan terbaru menunjukkan bahwa jumlah pendaftar 'Be The One' telah mencapai 50.000 orang. Ini jauh melebihi perkiraan kita sebelumnya."Klein mengangguk pelan. "Bagus. Bagaimana dengan persiapan di lokasi audisi?""Semua sudah siap, Tuan Muda. K

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 167 - Epilog

    Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 166 - Menikah

    Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 165 - Musnahnya Keluarga Xie

    "Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 164 - Terlalu Kuat

    Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 163 - Leluhur Lionheart

    Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 162 - Kemarahan Klein

    Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 161 - Sosok Tua

    Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 160 - Pertarungan Sengit (II)

    Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 159 - Pertarungan Sengit

    Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte

DMCA.com Protection Status