Rafael memikirkan apa yang tadi dikatakan oleh Rosaline, ada benarnya juga mengecek kebenaran. Satu-satunya orang yang tahu tentang kemampuan darah Pangeran Yuasa bisa meregenerasi sel tidak lain adalah Xavier, temannya. Dia harus tahu, setidaknya memastikan jika bukan Xavier pelaku dibalik penculikan Pangeran Yuasa dua tahun yang lalu.“Tidak, dua tahun yang lalu aku sudah ke dunia bawah dan Xavier sedang berkabung karena kehilangan Selena,” gumam Rafael berpikir seorang diri.“Bisa saja dia menyembunyikan darah itu atau anak buahnya belum memberikan darah itu kepada Xavier, kau langsung ketempat Xavier di hari yang sama saat Yuasa ditemukan telah habis darahnya,” balas Fury dalam benaknya.“Tapi Fury, Xavier tidak akan sekejam itu, dia orang baik,” bantah Rafael, dia tahu Xavier orang baik, dia memang gila saat meneliti tapi dia masih memiliki hati.“Semua orang bisa berbuat salah, bisa juga khilaf karena suatu hal,” suara Fury dalam benak Rafael.“Kau benar, tidak ada salahnya meng
“Rafael!”Suara panggilan merdu dari Xavier kecil, memanggil Rafael dalam mimpinya.“Xavier! Tunggu!” teriak Rafael mengejar Xavier, dia terus berlari dan tidak melihat jurang di depannya.“Xavier!”Rafael memanggil Xavier yang terjatuh ke dalam jurang, Rafael kecil hanya bisa berteriak di tepi tebing.Semua menjadi gelap dan berganti, Xavier mengenakan baju serba hitam. Dia berjalan ke sebuah tempat yang di depannya merupakan reruntuhan.“Xavier, jangan ke sana!” teriak Rafael tapi seakan tidak terdengar sekali lagi Xavier jatuh tertimbun dalam reruntuhan. Beberapa kali mimpi-mimpi it uterus berputas dan semuanya menampilkan Xavier yang terjerumus dalam bahaya.“Xavier!” teriak Rafael terbangun, wajahnya dipenuhi keringat yang mengalir. Dadanya naik turun, akibat dari mimpi buruk yang baru saja dia alami. Matanya mulai melihat sekitar, dia berada di kamar, kamarnya di dunia bawah, rumahnya. Tempat itu sama seperti terakhir kali dia meninggalkan kamar ini.“Tuan Muda Rafael, Anda suda
Perjalanan menuju Ibukota Kerajaan Cahaya memakan waktu 6 jam dari hutan Onyx. Sudah setengah perjalanan mereka lalui. "Ada apa ini? Kenapa banyak antrian kereta kuda?" gumam Adrian yang memegang kemudi kereta kuda sementara di depannya ada beberapa kereta kuda yang berhenti."Ada apa? Kenapa berhenti?" Rosaline keluar saat kereta yang mereka naiki berhenti berjalan. "Lihat saja kereta kuda yang lain juga berhenti," Adrian dan Rosaline melihat ada sepuluh kereta kuda di depan mereka. Penasaran, Adrian bertanya kepada kusir kereta kuda di depannya."Apa ada perbaikan jalan atau yang lain?" tanya Adrian kepada kusir di depan kereta mereka."Tuan, saya kurang tahu, saya hanya mendengar rumor ada bandit tapi entahlah." Kusir itu terlihat cemas, dia membawa majikannya yang juga terlihat gusar."Woi yang di sana! Masuk ke kereta kalian masing-masing dan tunggu giliran!" teriak seorang pria kekar dan menyeramkan. Otot-otot lengannya terlihat kerena dia mengenakan baju tanpa lengan. Bekas co
Adrian sedang menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran Pangeran Yuasa menjadi prajurit tingkat satu. Sulit baginya untuk mencari latar belakang keluarga palsu agar dia bisa menyembunyikan identitasnya."Aaargh!" teriak Adrian kesal, dia tidak terbiasa mengurus data-data, dia lebih baik melakukan aktivitas fisik."Kau kenapa Adrian?" Entah sejak kapan Rosaline datang, suara langkahnya selalu tidak terdengar. Kemampuan assassin yang melekat kuat pada diri Rosaline membuat gadis ini mampu menyelinap tanpa suara."Astaga Rosaline kau mengagetkan saja." Adrian hampir jatuh dari kursinya saat mendengar suara Rosaline yang tiba-tiba."Nama, nama, nama, banyak sekali nama," ucap Pangeran Yuasa yang melihat berkas kertas berserakan di meja Adrian.Adrian menghembuskan napas berat. "Itu semua nama samaran untukmu tapi kurasa tidak ada yang cocok," jawab Adrian.Pangeran Yuasa mengambil satu nama dan memperhatikannya."Aku suka yang ini, namaku Ryu. Anak petani miskin. Berkelana mencari pekerj
Sebuah gedung dengan aula besar bercat warna putih gading. Sangat kontras dengan warna rambut dominan merah yang ada di ruangan itu. Seperti nama kota ini Red Ruby, penduduk di kota ini mayoritas adalah pemilik kristal merah. Kereta kuda Pangeran Yuasa berhenti dan semua mata memandang ke arahnya. Gemerlap pakaian yang ia kenakan jelas menunjukkan siapa dirinya ditambah lagi dengan warna rambut yang langka.Bisik-bisik para tamu undangan serta mereka yang melihat Pangeran Yuasa terdengar seperti dengungan."Dimanapun selalu saja bergosip." Rosaline turun dan semua mata berpaling lalu kembali melakukan pekerjaan mereka."Kenapa mereka terlihat segan denganmu?" tanya Pangeran Yuasa yang dengan senyuman diplomasinya menyapa semua tamu undangan."Karena aku Rosaline," jawab Rosaline yang masih menyimpan tanda tanya besar bagi Pangeran Yuasa."Nona Rosaline, silakan menikmati jamuannya," sapa salah satu pelayan yang juga berambut merah."Terima kasih," jawab Rosaline tersenyum lembut."N
Semua calon prajurit tingkat satu di karantina dalam sebuah asrama di Arena Redlion. Mereka diberikan pengetahuan umum tentang menjadi prajurit tingkat satu dan bagaimana mencapainya. Hanya 100 calon prajurit tingkat satu terbaik yang akan menjadi prajurit tingkat satu dalam setiap tahunnya. "Harus tinggal di sini?!" Yuasa memandangi sebuah barak yang nantinya akan digunakan sebagai tempat tinggal semua calon prajurit tingkat satu. Barak yang sebenarnya, semua tinggal di satu tempat."Apa yang kau tunggu ayo masuk, sebelum kehabisan tempat!" suara lantang seorang pria tinggi berbadan kekar dan juga berjambang menepuk pundaknya. Dia langsung berjalan lurus ke arah barak di depan."Harus tinggal dengan mereka?!" Yuasa tidak bisa membayangkan tinggal bersama pria-pria kekar dan pasti tidak nyaman berdesakan dengan mereka."Hei bocah, apa kau salah tempat? Paramedis ada di sebelah sana, di sini untuk petarung," sapa seorang pria yang tinggi dengan sebuah tombak di tangannya dia juga mene
Semua peserta dibagi menjadi lima kelompok besar dan masing-masing kelompok akan mendapatkan 20 peserta yang diseleksi ketat dan akan menjadi prajurit tingkat satu."Ternyata kita semua di kelompok yang berbeda ya." Pria besar teman sekamar Pangeran Yuasa menunjukkan kelompoknya dan yang lain juga ikut melakukan hal yang sama. Pangeran Yuasa berada di kelompok D, dan benar tidak ada satupun teman sekamarnya yang satu kelompok dengannya."Kita satu kelompok," ucap salah satu dari mereka yang ternyata ada dua orang yang berada di kelompok C. "Kalau satu kelompok kalian adalah saingan," sahut teman yang lain."Tapi masih bisa masuk semua, diambil 20 orang kan, jadi pastikan kita lolos semuanya," balas teman yang lain. Mereka optimis dapat menjadi prajurit tingkat satu.Pangeran Yuasa tersenyum tipis, besok dia memiliki jadwal pertandingan. "Woi, kau yang di sana kelompok berapa?" tanya pria yang berbadan kekar. "Jangan panggil seperti itu kenapa kita tidak berkenalan, perkenalkan nama
Ryu memenangkan satu pertandingan dengan mulus. Tapi belum tentu dengan pertandingan kedua. Kali ini Ryu berhadapan dengan pengguna pedang sama seperti dirinya. "Sepertinya aku tidak boleh meremehkanmu. Kudengar dari orang-orang tentang klan yang telah lama menghilang, apa kau salah satu dari mereka?" pria ini penasaran dengan berita yang tersebar dengan cepat."Aku tidak mengerti maksudmu," jawab Ryu mengeluarkan pedang tunggalnya dan membentuk kuda-kuda."Jangan mengelak, postur tubuhmu mirip dengan mereka, kecil tapi gesit, apa kau sengaja menutupi wajahmu karena takut sisikmu terlihat?" pria itu terus mengajak Ryu berbicara, mungkin ingin mengetahui informasi atau sekedar memecah konsentrasi lawan."Kenapa tidak bertanding saja," balas Ryu menyerang duluan karena pria ini terus saja mengulur waktu.Wajah terkejut dari pria itu saat Ryu menyerangnya terlihat jelas."Serangannya!" Pria itu berusaha memblokir semua serangan Ryu dengan susah payah. "Cepat sekali," batin pria itu kewa
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier