Hari kedua Ryu tidak memiliki jadwal pertandingan, hari ini masih menyelesaikan seleksi tahap pertama dimana semua peserta harus memenangkan minimal dua pertandingan. Ryu pergi ke panitia untuk menanyakan apakah dia bisa libur atau tidak."Darimana dan mau ke mana?" tanya Aegaeon yang melihat Ryu masuk ke kamar dan akan pergi lagi."Ada urusan sebentar," jawab Ryu tersenyum canggung dan segera pergi.Ryu pergi secepatnya dan keluar dari barak untuk pergi ke tempat Adrian dan memintanya mengurus perubahan jadwal pertandingan."Berapa lama kamu mau pergi?" tanya Adrian kepada Pangeran Yuasa yang sudah mengenakan pakaian pangeran bukan lagi sebagai Ryu."Tiga hari," jawab Pangeran Yuasa."Dijadwalku ada dua pertandingan di sini, apa bisa diganti hari?" pinta Pangeran Yuasa. "Aku tidak bisa ikut pertandingan karena tidak mau melewatkan acara si kembar. Itu hari ulang tahun mereka dan Ayahanda juga pasti marah jika aku tidak datang," lanjut Pangeran Yuasa."Akan ku coba, tunggulah sebentar
Pemuda dengan rambut panjang berwarna putih ini terus saja berceloteh setiap kali mendapatkan lawan bertarung yang tidak seimbang. Dia kuat, dan selalu menang dengan mudahnya."Membosankan sekali untuk apa pertandingan ini jika hanya terdiri dari orang-orang lemah saja," cibirnya."Tuan muda tidak boleh bicara seperti itu, mungkin kebetulan saja mendapatkan lawan yang mudah," sanggah pelayannya."Wah, ada lawan yang lumayan. Ryu Chrysoberyl, anak miskin itu bukan? Aku mau lihat sehebat apa dia," gumam Quinso tersenyum menantikan pertandingan dengannya.Di waktu yang sama di tempat lain, Ryu berusaha keras untuk memenangkan kedua pertandingan hari ini. Tubuhnya terluka cukup banyak saat mendapatkan lawan dengan senjata panah. Dia kesulitan bergerak mendekat, dan selalu tidak bisa menebak kemana arah anak panah itu melesat. Tangan dan kakinya sudah terluka akibat anak panah yang menancap."Ryu! Menyerah saja, kau masih memiliki dua pertandi
Pangeran Yuasa sudah berada di istana bersama dengan Rosaline. Dia mengambil dua buah kado yang akan diberikan untuk kedua adiknya nanti. Sebuah pesta ulang tahun bagi kedua adik kembarnya berjalan meriah. Mereka berdua terlihat senang dengan pertambahan usia yang kini berusia 10 tahun."Selamat ulang tahun Yui, Light!" Semua mengucapkan selamat, pesta yang hanya diadakan tertutup khusus keluarga saja. Mereka tidak mau mengadakan pesta yang meriah cukup keluarga saja.Pangeran Yuasa menyerahkan kadonya kepada si kembar dan mereka menerimanya dengan senang."Kakak akan menemani kami ujian kristal kan!" seru kedua anak kembar itu menarik tangan Pangeran Yuasa."Tentu, kakak pasti menemani kalian," jawab Pangeran Yuasa tersenyum kepada kedua adiknya."Aku tidak sabar mengetahui kristal ku," ungkap Yui yang terlihat antusias dengan ujian kristal besok."Aku pasti biru, biru iya kan, Ayahanda!" seru ceria Pangeran Light yang bergelayut manja di tangan Yuichi,
Pangeran Yuasa memenuhi janjinya mengantar Putri Yui ke tempat seseorang yang bisa melatihnya, melatih kristal tanpa warna. Mereka sudah berada di tengah perjalanan menuju ke kota Onyx. Tujuan mereka adalah hutan Onyx yang sering dikatakan sebagai hutan yang berbahaya penuh dengan monster."Apa dia tinggal di sini?" tanya Putri Yui saat kereta kuda berhenti di hutan Onyx. Pangeran Tiasa mengangguk."Cepat, kita harus sampai sebelum malam," ajak Pangeran Yuasa yang ditemani Rosaline dan Adrian."Benar, akan banyak makhluk menyeramkan di malam hari," imbuh Adrian yang kini bulu kuduknya sudah berdiri membayangkan monster malam yang saat itu pernah mereka temui.Pangeran Yuasa segera mempercepat langkahnya diikuti Rosaline dan Adrian serta kedua adik kembarnya."Hutan ini sungguh menarik," ucap Light yang terlihat antusias dan selalu mengarah ke tempat yang salah sehingga Pangeran Yuasa terpaksa harus menariknya kembali ke jalan yang benar. Mereka tiba di sebuah rum
Rafael mengendarai Fury dengan kecepatan penuh. Bagaikan kilat dia sampai dalam waktu kurang dari satu jam ke Kerajaan Cahaya. Fury mendarat di tempat yang sudah disiapkan khusus untuk seekor naga. Seseorang telah berada di sana saat naga hitam ini mendarat."Kau sudah menunggu di sini, artinya kau tahu aku akan datang." Rafael melompat dengan sorot mata tajam penuh amarah, dia segera menghampiri Raja Yuichi bahkan mencengkram kerah bajunya dengan geram. "Jelaskan!""Apa kau tidak ingin menyapa dulu kakakmu dengan pelukan? Kakak sangat merindukanmu, Rafael," balas lembut Raja Yuichi yang sedikit pun tidak merasa takut dengan tindakan Rafael bahkan masih tersenyum."Katakan padaku siapa Light!" ulang Rafael tidak sabar semakin mengeratkan tangannya hingga hampir mencekik leher Raja Yuichi."Bukankah sudah jelas, kau bisa melihat wajahnya pada wajah Light," jawab Raja Yuichi."Keterlaluan!" teriak Rafael keras.Sebuah pukulan keras mendarat di perut Raja Y
Pangeran Yuasa melihat Putri Yui berlari tergesa-gesa ke rumah. Dia membuka pintu dan berteriak, "Kak Yuasa, tolong Light!""Ada apa Yui?" tanya Pangeran Yuasa langsung mendekati Putri Yui."Light tidak bisa bergerak," balas Putri Yui dan Pangeran Yuasa bersama dengan Putri Yui segera ke tempat Pangeran Light yang terkapar di tanah."Light!" Pangeran Yuasa segera memeriksa adik laki-lakinya. Dengan kemampuan yang dia miliki, Pangeran Yuasa menyalurkan energinya sehingga Light sehat kembali."Terima kasih, Kak," ucap Pangeran Light yang kini sudah bisa duduk. Mereka bertiga kembali ke rumah."Di mana Paman Rafael?" tanya Yui yang tidak melihat pelatihnya di rumah."Dia pergi, mungkin besok baru kembali," jawab Pangeran Yuasa. Hari mulai petang dan mereka tidak tahu harus berbuat apa."Apa kau bisa memasak?" tanya Pangeran Light kepada Adrian."Aku? Tidak bisa," jawab Adrian menyilangkan tangannya. "Biar aku saja yang masak," sambung Rosaline
Pangeran Yuasa turun bersama Rafael. Dia sudah merasakan ketakutan dalam dirinya. Sementara Pamannya terlihat tenang dan tidak ada sedikitpun tanda kemarahan. "Ada apa Yuasa?" tanya Rafael yang langsung berbelok ke arah dapur setelah melewati ruang tengah."Ti–tidak ada apa-apa," jawab cepat Pangeran Yuasa yang melihat ruang tengah kembali utuh. Tidak ada bekas cakaran naga maupun perabot pecah, benar-benar utuh kembali."Bagaimana bisa ini terjadi?" batin Pangeran Yuasa."Kemarin siapa yang masak?" tanya Rafael yang sudah sibuk di dapur."Yui dan Rosaline, meskipun wortel nya masih utuh tanpa dipotong tapi rasanya lumayan," jawab Pangeran Yuasa."Owh, Yui mau masak. Apa dia suka memasak?" tanya Rafael sambil mencuci sayuran yang akan dia masak."Tidak, dia tidak pernah ke dapur. Di istana ada koki jadi tidak pernah sekalipun ke dapur untuk masak."Hm," balas singkat Rafael.Beberapa menit berlalu dan satu persatu dari penghuni rumah itu bangun.
Pangeran Yuasa sudah kembali menjadi Ryu. Dia menyapa teman-teman satu kamarnya. "Sayang sekali kau tidak hadir kemarin, orang itu jadi makin sombong. Menyebalkan," ucap Dhirtand yang terlihat kesal."Bukankah dia memang seperti itu," balas Ryu. Dia masih saja merasa kesal dengan Rafael yang menyuruhnya segera kembali untuk melanjutkan pertandingan. "Ya, dia memang seperti itu tapi …." Dhirtand terlihat gusar dia seakan menyembunyikan sesuatu, antara ingin mengatakan dan juga menyembunyikannya."Ryu kenapa? Tidak biasanya dia terlihat ketus seperti itu," bisik Greir kepada Aegaeon yang melihat Ryu duduk di kasurnya dan bahkan sedikitpun tidak melihat ke arah Dhirtand yang sedang berbicara padanya."Kau benar, wajahnya terlihat murung." Aegaeon mengangguk membenarkan perkataan Greir. Meskipun tertutup masker hitam masih terlihat jelas suasana hati yang mendung di wajah Ryu."Dhirtand, biarkan saja si pemuda kota Onyx itu. Dia anak Jenderal, tak perlu kau mas