Perjalanan menuju Ibukota Kerajaan Cahaya memakan waktu 6 jam dari hutan Onyx. Sudah setengah perjalanan mereka lalui. "Ada apa ini? Kenapa banyak antrian kereta kuda?" gumam Adrian yang memegang kemudi kereta kuda sementara di depannya ada beberapa kereta kuda yang berhenti."Ada apa? Kenapa berhenti?" Rosaline keluar saat kereta yang mereka naiki berhenti berjalan. "Lihat saja kereta kuda yang lain juga berhenti," Adrian dan Rosaline melihat ada sepuluh kereta kuda di depan mereka. Penasaran, Adrian bertanya kepada kusir kereta kuda di depannya."Apa ada perbaikan jalan atau yang lain?" tanya Adrian kepada kusir di depan kereta mereka."Tuan, saya kurang tahu, saya hanya mendengar rumor ada bandit tapi entahlah." Kusir itu terlihat cemas, dia membawa majikannya yang juga terlihat gusar."Woi yang di sana! Masuk ke kereta kalian masing-masing dan tunggu giliran!" teriak seorang pria kekar dan menyeramkan. Otot-otot lengannya terlihat kerena dia mengenakan baju tanpa lengan. Bekas co
Adrian sedang menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran Pangeran Yuasa menjadi prajurit tingkat satu. Sulit baginya untuk mencari latar belakang keluarga palsu agar dia bisa menyembunyikan identitasnya."Aaargh!" teriak Adrian kesal, dia tidak terbiasa mengurus data-data, dia lebih baik melakukan aktivitas fisik."Kau kenapa Adrian?" Entah sejak kapan Rosaline datang, suara langkahnya selalu tidak terdengar. Kemampuan assassin yang melekat kuat pada diri Rosaline membuat gadis ini mampu menyelinap tanpa suara."Astaga Rosaline kau mengagetkan saja." Adrian hampir jatuh dari kursinya saat mendengar suara Rosaline yang tiba-tiba."Nama, nama, nama, banyak sekali nama," ucap Pangeran Yuasa yang melihat berkas kertas berserakan di meja Adrian.Adrian menghembuskan napas berat. "Itu semua nama samaran untukmu tapi kurasa tidak ada yang cocok," jawab Adrian.Pangeran Yuasa mengambil satu nama dan memperhatikannya."Aku suka yang ini, namaku Ryu. Anak petani miskin. Berkelana mencari pekerj
Sebuah gedung dengan aula besar bercat warna putih gading. Sangat kontras dengan warna rambut dominan merah yang ada di ruangan itu. Seperti nama kota ini Red Ruby, penduduk di kota ini mayoritas adalah pemilik kristal merah. Kereta kuda Pangeran Yuasa berhenti dan semua mata memandang ke arahnya. Gemerlap pakaian yang ia kenakan jelas menunjukkan siapa dirinya ditambah lagi dengan warna rambut yang langka.Bisik-bisik para tamu undangan serta mereka yang melihat Pangeran Yuasa terdengar seperti dengungan."Dimanapun selalu saja bergosip." Rosaline turun dan semua mata berpaling lalu kembali melakukan pekerjaan mereka."Kenapa mereka terlihat segan denganmu?" tanya Pangeran Yuasa yang dengan senyuman diplomasinya menyapa semua tamu undangan."Karena aku Rosaline," jawab Rosaline yang masih menyimpan tanda tanya besar bagi Pangeran Yuasa."Nona Rosaline, silakan menikmati jamuannya," sapa salah satu pelayan yang juga berambut merah."Terima kasih," jawab Rosaline tersenyum lembut."N
Semua calon prajurit tingkat satu di karantina dalam sebuah asrama di Arena Redlion. Mereka diberikan pengetahuan umum tentang menjadi prajurit tingkat satu dan bagaimana mencapainya. Hanya 100 calon prajurit tingkat satu terbaik yang akan menjadi prajurit tingkat satu dalam setiap tahunnya. "Harus tinggal di sini?!" Yuasa memandangi sebuah barak yang nantinya akan digunakan sebagai tempat tinggal semua calon prajurit tingkat satu. Barak yang sebenarnya, semua tinggal di satu tempat."Apa yang kau tunggu ayo masuk, sebelum kehabisan tempat!" suara lantang seorang pria tinggi berbadan kekar dan juga berjambang menepuk pundaknya. Dia langsung berjalan lurus ke arah barak di depan."Harus tinggal dengan mereka?!" Yuasa tidak bisa membayangkan tinggal bersama pria-pria kekar dan pasti tidak nyaman berdesakan dengan mereka."Hei bocah, apa kau salah tempat? Paramedis ada di sebelah sana, di sini untuk petarung," sapa seorang pria yang tinggi dengan sebuah tombak di tangannya dia juga mene
Semua peserta dibagi menjadi lima kelompok besar dan masing-masing kelompok akan mendapatkan 20 peserta yang diseleksi ketat dan akan menjadi prajurit tingkat satu."Ternyata kita semua di kelompok yang berbeda ya." Pria besar teman sekamar Pangeran Yuasa menunjukkan kelompoknya dan yang lain juga ikut melakukan hal yang sama. Pangeran Yuasa berada di kelompok D, dan benar tidak ada satupun teman sekamarnya yang satu kelompok dengannya."Kita satu kelompok," ucap salah satu dari mereka yang ternyata ada dua orang yang berada di kelompok C. "Kalau satu kelompok kalian adalah saingan," sahut teman yang lain."Tapi masih bisa masuk semua, diambil 20 orang kan, jadi pastikan kita lolos semuanya," balas teman yang lain. Mereka optimis dapat menjadi prajurit tingkat satu.Pangeran Yuasa tersenyum tipis, besok dia memiliki jadwal pertandingan. "Woi, kau yang di sana kelompok berapa?" tanya pria yang berbadan kekar. "Jangan panggil seperti itu kenapa kita tidak berkenalan, perkenalkan nama
Ryu memenangkan satu pertandingan dengan mulus. Tapi belum tentu dengan pertandingan kedua. Kali ini Ryu berhadapan dengan pengguna pedang sama seperti dirinya. "Sepertinya aku tidak boleh meremehkanmu. Kudengar dari orang-orang tentang klan yang telah lama menghilang, apa kau salah satu dari mereka?" pria ini penasaran dengan berita yang tersebar dengan cepat."Aku tidak mengerti maksudmu," jawab Ryu mengeluarkan pedang tunggalnya dan membentuk kuda-kuda."Jangan mengelak, postur tubuhmu mirip dengan mereka, kecil tapi gesit, apa kau sengaja menutupi wajahmu karena takut sisikmu terlihat?" pria itu terus mengajak Ryu berbicara, mungkin ingin mengetahui informasi atau sekedar memecah konsentrasi lawan."Kenapa tidak bertanding saja," balas Ryu menyerang duluan karena pria ini terus saja mengulur waktu.Wajah terkejut dari pria itu saat Ryu menyerangnya terlihat jelas."Serangannya!" Pria itu berusaha memblokir semua serangan Ryu dengan susah payah. "Cepat sekali," batin pria itu kewa
Hari kedua Ryu tidak memiliki jadwal pertandingan, hari ini masih menyelesaikan seleksi tahap pertama dimana semua peserta harus memenangkan minimal dua pertandingan. Ryu pergi ke panitia untuk menanyakan apakah dia bisa libur atau tidak."Darimana dan mau ke mana?" tanya Aegaeon yang melihat Ryu masuk ke kamar dan akan pergi lagi."Ada urusan sebentar," jawab Ryu tersenyum canggung dan segera pergi.Ryu pergi secepatnya dan keluar dari barak untuk pergi ke tempat Adrian dan memintanya mengurus perubahan jadwal pertandingan."Berapa lama kamu mau pergi?" tanya Adrian kepada Pangeran Yuasa yang sudah mengenakan pakaian pangeran bukan lagi sebagai Ryu."Tiga hari," jawab Pangeran Yuasa."Dijadwalku ada dua pertandingan di sini, apa bisa diganti hari?" pinta Pangeran Yuasa. "Aku tidak bisa ikut pertandingan karena tidak mau melewatkan acara si kembar. Itu hari ulang tahun mereka dan Ayahanda juga pasti marah jika aku tidak datang," lanjut Pangeran Yuasa."Akan ku coba, tunggulah sebentar
Pemuda dengan rambut panjang berwarna putih ini terus saja berceloteh setiap kali mendapatkan lawan bertarung yang tidak seimbang. Dia kuat, dan selalu menang dengan mudahnya."Membosankan sekali untuk apa pertandingan ini jika hanya terdiri dari orang-orang lemah saja," cibirnya."Tuan muda tidak boleh bicara seperti itu, mungkin kebetulan saja mendapatkan lawan yang mudah," sanggah pelayannya."Wah, ada lawan yang lumayan. Ryu Chrysoberyl, anak miskin itu bukan? Aku mau lihat sehebat apa dia," gumam Quinso tersenyum menantikan pertandingan dengannya.Di waktu yang sama di tempat lain, Ryu berusaha keras untuk memenangkan kedua pertandingan hari ini. Tubuhnya terluka cukup banyak saat mendapatkan lawan dengan senjata panah. Dia kesulitan bergerak mendekat, dan selalu tidak bisa menebak kemana arah anak panah itu melesat. Tangan dan kakinya sudah terluka akibat anak panah yang menancap."Ryu! Menyerah saja, kau masih memiliki dua pertandi