Pangeran Yuasa membuka matanya perlahan, kepalanya sakit dan dia mengerang karenanya. Menyadari dirinya berada di kamar, artinya dia pingsan dan dipindahkan."Aku memang lemah," gumam Pangeran Yuasa."Tidak lagi selama ada aku," balas suara berat dan serak dalam benaknya."Aurum, kau sudah bangun?" "Tidak juga hanya menjawabmu saja, aku mau tidur lagi," balas naga itu."Adrian!" Pangeran Yuasa langsung bangkit dari tempat tidur saat dia teringat dengan kelakuan arogannya mencuri kekuatan pemilik kristal merah itu. Dia keluar menuruni tangga dan melihat ketiganya sedang berada di ruang tamu."Adrian, maafkan aku," ucap Pangeran Yuasa. Mata biru Lazuardinya menatap Adrian dengan rasa bersalah."Santai saja, Pangeran. Saya baik-baik saja," jawab Adrian tersenyum ke arah pangeran tampan yang terlihat merasa bersalah itu."Tapi, yang tadi itu keterlaluan," lanjut Pangeran Yuasa, memelintir ujung bajunya, dia masih merasa tidak enak hati atas sikapnya."Pangeran, jika Anda memerlukan kekuat
Rafael yang merasa Pangeran Yuasa sudah cukup stabil dan mulai terbiasa dengan kehadiran naga di benaknya memutuskan untuk mengembalikan mereka bertiga ke ibukota."Kalian lebih baik kembali, Yuasa tetap berlatih di Redlion, bersama dengan Adrian. Lalu daftarkan dia untuk seleksi prajurit tingkat 1. Selanjutnya untuk ke akademi biar aku saja yang menemaninya," terang Rafael."Tuan Rafael sebelumnya bolehkah saya bertanya?" Rosaline mengeluarkan keberaniannya untuk bertanya."Apa? Tanyakan!" balas Rafael."Siapa Anda sebenarnya,?" tanya Rosaline.Rafael menatap gadis berambut merah yang memandangnya penuh tanya, keberadaan dirinya mungkin tidak bisa lagi disembunyikan. Baik Adrian maupun Rosaline kini berhubungan dekat dengan Pangeran Yuasa dan dirinya tidak mungkin lagi bersembunyi."Baiklah, duduklah kalian," pinta Rafael lalu dia menoleh ke arah Pangeran Yuasa, "kau juga duduk!"Mereka bertiga memperhatikan Rafael seperti anak kecil menunggu cerita dongeng."Jadi ... namaku Rafael B
Rafael memikirkan apa yang tadi dikatakan oleh Rosaline, ada benarnya juga mengecek kebenaran. Satu-satunya orang yang tahu tentang kemampuan darah Pangeran Yuasa bisa meregenerasi sel tidak lain adalah Xavier, temannya. Dia harus tahu, setidaknya memastikan jika bukan Xavier pelaku dibalik penculikan Pangeran Yuasa dua tahun yang lalu.“Tidak, dua tahun yang lalu aku sudah ke dunia bawah dan Xavier sedang berkabung karena kehilangan Selena,” gumam Rafael berpikir seorang diri.“Bisa saja dia menyembunyikan darah itu atau anak buahnya belum memberikan darah itu kepada Xavier, kau langsung ketempat Xavier di hari yang sama saat Yuasa ditemukan telah habis darahnya,” balas Fury dalam benaknya.“Tapi Fury, Xavier tidak akan sekejam itu, dia orang baik,” bantah Rafael, dia tahu Xavier orang baik, dia memang gila saat meneliti tapi dia masih memiliki hati.“Semua orang bisa berbuat salah, bisa juga khilaf karena suatu hal,” suara Fury dalam benak Rafael.“Kau benar, tidak ada salahnya meng
“Rafael!”Suara panggilan merdu dari Xavier kecil, memanggil Rafael dalam mimpinya.“Xavier! Tunggu!” teriak Rafael mengejar Xavier, dia terus berlari dan tidak melihat jurang di depannya.“Xavier!”Rafael memanggil Xavier yang terjatuh ke dalam jurang, Rafael kecil hanya bisa berteriak di tepi tebing.Semua menjadi gelap dan berganti, Xavier mengenakan baju serba hitam. Dia berjalan ke sebuah tempat yang di depannya merupakan reruntuhan.“Xavier, jangan ke sana!” teriak Rafael tapi seakan tidak terdengar sekali lagi Xavier jatuh tertimbun dalam reruntuhan. Beberapa kali mimpi-mimpi it uterus berputas dan semuanya menampilkan Xavier yang terjerumus dalam bahaya.“Xavier!” teriak Rafael terbangun, wajahnya dipenuhi keringat yang mengalir. Dadanya naik turun, akibat dari mimpi buruk yang baru saja dia alami. Matanya mulai melihat sekitar, dia berada di kamar, kamarnya di dunia bawah, rumahnya. Tempat itu sama seperti terakhir kali dia meninggalkan kamar ini.“Tuan Muda Rafael, Anda suda
Perjalanan menuju Ibukota Kerajaan Cahaya memakan waktu 6 jam dari hutan Onyx. Sudah setengah perjalanan mereka lalui. "Ada apa ini? Kenapa banyak antrian kereta kuda?" gumam Adrian yang memegang kemudi kereta kuda sementara di depannya ada beberapa kereta kuda yang berhenti."Ada apa? Kenapa berhenti?" Rosaline keluar saat kereta yang mereka naiki berhenti berjalan. "Lihat saja kereta kuda yang lain juga berhenti," Adrian dan Rosaline melihat ada sepuluh kereta kuda di depan mereka. Penasaran, Adrian bertanya kepada kusir kereta kuda di depannya."Apa ada perbaikan jalan atau yang lain?" tanya Adrian kepada kusir di depan kereta mereka."Tuan, saya kurang tahu, saya hanya mendengar rumor ada bandit tapi entahlah." Kusir itu terlihat cemas, dia membawa majikannya yang juga terlihat gusar."Woi yang di sana! Masuk ke kereta kalian masing-masing dan tunggu giliran!" teriak seorang pria kekar dan menyeramkan. Otot-otot lengannya terlihat kerena dia mengenakan baju tanpa lengan. Bekas co
Adrian sedang menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran Pangeran Yuasa menjadi prajurit tingkat satu. Sulit baginya untuk mencari latar belakang keluarga palsu agar dia bisa menyembunyikan identitasnya."Aaargh!" teriak Adrian kesal, dia tidak terbiasa mengurus data-data, dia lebih baik melakukan aktivitas fisik."Kau kenapa Adrian?" Entah sejak kapan Rosaline datang, suara langkahnya selalu tidak terdengar. Kemampuan assassin yang melekat kuat pada diri Rosaline membuat gadis ini mampu menyelinap tanpa suara."Astaga Rosaline kau mengagetkan saja." Adrian hampir jatuh dari kursinya saat mendengar suara Rosaline yang tiba-tiba."Nama, nama, nama, banyak sekali nama," ucap Pangeran Yuasa yang melihat berkas kertas berserakan di meja Adrian.Adrian menghembuskan napas berat. "Itu semua nama samaran untukmu tapi kurasa tidak ada yang cocok," jawab Adrian.Pangeran Yuasa mengambil satu nama dan memperhatikannya."Aku suka yang ini, namaku Ryu. Anak petani miskin. Berkelana mencari pekerj
Sebuah gedung dengan aula besar bercat warna putih gading. Sangat kontras dengan warna rambut dominan merah yang ada di ruangan itu. Seperti nama kota ini Red Ruby, penduduk di kota ini mayoritas adalah pemilik kristal merah. Kereta kuda Pangeran Yuasa berhenti dan semua mata memandang ke arahnya. Gemerlap pakaian yang ia kenakan jelas menunjukkan siapa dirinya ditambah lagi dengan warna rambut yang langka.Bisik-bisik para tamu undangan serta mereka yang melihat Pangeran Yuasa terdengar seperti dengungan."Dimanapun selalu saja bergosip." Rosaline turun dan semua mata berpaling lalu kembali melakukan pekerjaan mereka."Kenapa mereka terlihat segan denganmu?" tanya Pangeran Yuasa yang dengan senyuman diplomasinya menyapa semua tamu undangan."Karena aku Rosaline," jawab Rosaline yang masih menyimpan tanda tanya besar bagi Pangeran Yuasa."Nona Rosaline, silakan menikmati jamuannya," sapa salah satu pelayan yang juga berambut merah."Terima kasih," jawab Rosaline tersenyum lembut."N
Semua calon prajurit tingkat satu di karantina dalam sebuah asrama di Arena Redlion. Mereka diberikan pengetahuan umum tentang menjadi prajurit tingkat satu dan bagaimana mencapainya. Hanya 100 calon prajurit tingkat satu terbaik yang akan menjadi prajurit tingkat satu dalam setiap tahunnya. "Harus tinggal di sini?!" Yuasa memandangi sebuah barak yang nantinya akan digunakan sebagai tempat tinggal semua calon prajurit tingkat satu. Barak yang sebenarnya, semua tinggal di satu tempat."Apa yang kau tunggu ayo masuk, sebelum kehabisan tempat!" suara lantang seorang pria tinggi berbadan kekar dan juga berjambang menepuk pundaknya. Dia langsung berjalan lurus ke arah barak di depan."Harus tinggal dengan mereka?!" Yuasa tidak bisa membayangkan tinggal bersama pria-pria kekar dan pasti tidak nyaman berdesakan dengan mereka."Hei bocah, apa kau salah tempat? Paramedis ada di sebelah sana, di sini untuk petarung," sapa seorang pria yang tinggi dengan sebuah tombak di tangannya dia juga mene