Rafael masuk ke dalam rumah dan melihat Pangeran Yuasa duduk di lantai bersandar ke dinding dekat pintu."Astaga, Yuasa! Kau tidak apa-apa?" Rafael mendekati Pangeran Yuasa dan memeriksanya."Hanya lelah saja, Paman," jawab Pangeran Yuasa.Rafael melihat baju bagian dada Pangeran Yuasa yang terkoyak, jelas terlihat bekas cakaran di bagian itu. Namun, tidak ada luka di sana. Rafael tahu, Pangeran Yuasa sudah menyembuhkan lukanya sendiri."Berapa kali kamu melakukan penyembuhan?" tanya Rafael langsung, dia berasumsi kelelahan yang terjadi akibat menggunakan kemampuan penyembuhan terlalu sering.Pangeran Yuasa mengangkat dua jarinya hingga Rafael tahu berapa kali dia melakukannya."Itu sedikit, tak mungkin kamu kelelahan jika hanya dua kali," balas Rafael."Adrian terluka cukup parah akibat bola petir," sambung Rosaline.Rafael menghela napas panjang, "Pantas saja kalau bola petir, kau memperbaiki luka luar juga luka panas akibat dari petir itu."Adrian terbelalak dia hanya tahu tubuhnya
Persiapan kali ini sudah benar-benar matang. Rafael mempersiapkan semuanya dengan baik. gambar segel yang berada di lantai dilengkapi kristal energi di setiap sudutnya. Kemudian dia juga melengkapi dengan segel barrier berlapis untuk membantu Rosaline nantinya mempertahankan barrier miliknya. "Sepertinya sudah lengkap semua," gumam Rafael.Fury dengan malas tiduran di dekat pintu ruangan yang dibuka lebar-lebar. Dia memejamkan matanya bersama Pangeran Yuasa yang bersandar di perut hangat naga itu."Adrian, kemarilah," panggil Rafael menyerahkan dua buah kristal energi. "Ini?" Andrian baru kali ini mendapatkan kristal energi. Benda ini cukup mahal harganya dan juga sulit didapatkan."Kali ini tidak perlu membuat barrier biar Rosaline saja, dan tugasmu menjaga barrier itu tetap utuh. Perkuat Rosaline." Rafael menepuk pundak Adrian dan berjalan ke arah Rosaline."Rosaline ini untukmu gunakan semuanya, kamu perlu energi lebih untuk mempertahankan barrier. Kali ini harus bisa menyelesaik
Pangeran Yuasa tidak mengerti dia merasa kepalanya berdengung dan keberadaan orang lain selain dirinya mengambil setengah kesadarannya."Aurum!" Pangeran Yuasa memanggil sang naga dalam benaknya."Ya, segel memang sudah terbuka dan aku bebas, tapi aku belum memiliki tubuh fisik, yang kau lihat tadi masih berwujud jiwaku saja," balas naga itu dalam benak Pangeran Yuasa."Jiwa? Lalu di mana tubuhmu?" tanya Pangeran Yuasa dalam benaknya."Nanti kau juga akan tahu, jika saatnya tiba," jawab sang naga dengan suaranya yang berat dan serak.Rafael yang sudah melihat naga emas Pangeran Yuasa masuk ke tubuhnya justru melayangkan serangannya. "Menghindar Yuasa!" teriak Rafael dengan seringainya sengaja menyerang Pangeran Yuasa.Rosaline langsung membuat barrier melindungi Pangeran Yuasa, sehingga serangan itu tidak mengenainya."Mundur Rosaline, biarkan aku mengujinya!" seru Rafael dan Rosaline pun menganggukkan kepalanya.Sekali lagi Rafael menyerang Pangeran Yuasa di atas Fury, serangan yang
Pangeran Yuasa membuka matanya perlahan, kepalanya sakit dan dia mengerang karenanya. Menyadari dirinya berada di kamar, artinya dia pingsan dan dipindahkan."Aku memang lemah," gumam Pangeran Yuasa."Tidak lagi selama ada aku," balas suara berat dan serak dalam benaknya."Aurum, kau sudah bangun?" "Tidak juga hanya menjawabmu saja, aku mau tidur lagi," balas naga itu."Adrian!" Pangeran Yuasa langsung bangkit dari tempat tidur saat dia teringat dengan kelakuan arogannya mencuri kekuatan pemilik kristal merah itu. Dia keluar menuruni tangga dan melihat ketiganya sedang berada di ruang tamu."Adrian, maafkan aku," ucap Pangeran Yuasa. Mata biru Lazuardinya menatap Adrian dengan rasa bersalah."Santai saja, Pangeran. Saya baik-baik saja," jawab Adrian tersenyum ke arah pangeran tampan yang terlihat merasa bersalah itu."Tapi, yang tadi itu keterlaluan," lanjut Pangeran Yuasa, memelintir ujung bajunya, dia masih merasa tidak enak hati atas sikapnya."Pangeran, jika Anda memerlukan kekuat
Rafael yang merasa Pangeran Yuasa sudah cukup stabil dan mulai terbiasa dengan kehadiran naga di benaknya memutuskan untuk mengembalikan mereka bertiga ke ibukota."Kalian lebih baik kembali, Yuasa tetap berlatih di Redlion, bersama dengan Adrian. Lalu daftarkan dia untuk seleksi prajurit tingkat 1. Selanjutnya untuk ke akademi biar aku saja yang menemaninya," terang Rafael."Tuan Rafael sebelumnya bolehkah saya bertanya?" Rosaline mengeluarkan keberaniannya untuk bertanya."Apa? Tanyakan!" balas Rafael."Siapa Anda sebenarnya,?" tanya Rosaline.Rafael menatap gadis berambut merah yang memandangnya penuh tanya, keberadaan dirinya mungkin tidak bisa lagi disembunyikan. Baik Adrian maupun Rosaline kini berhubungan dekat dengan Pangeran Yuasa dan dirinya tidak mungkin lagi bersembunyi."Baiklah, duduklah kalian," pinta Rafael lalu dia menoleh ke arah Pangeran Yuasa, "kau juga duduk!"Mereka bertiga memperhatikan Rafael seperti anak kecil menunggu cerita dongeng."Jadi ... namaku Rafael B
Rafael memikirkan apa yang tadi dikatakan oleh Rosaline, ada benarnya juga mengecek kebenaran. Satu-satunya orang yang tahu tentang kemampuan darah Pangeran Yuasa bisa meregenerasi sel tidak lain adalah Xavier, temannya. Dia harus tahu, setidaknya memastikan jika bukan Xavier pelaku dibalik penculikan Pangeran Yuasa dua tahun yang lalu.“Tidak, dua tahun yang lalu aku sudah ke dunia bawah dan Xavier sedang berkabung karena kehilangan Selena,” gumam Rafael berpikir seorang diri.“Bisa saja dia menyembunyikan darah itu atau anak buahnya belum memberikan darah itu kepada Xavier, kau langsung ketempat Xavier di hari yang sama saat Yuasa ditemukan telah habis darahnya,” balas Fury dalam benaknya.“Tapi Fury, Xavier tidak akan sekejam itu, dia orang baik,” bantah Rafael, dia tahu Xavier orang baik, dia memang gila saat meneliti tapi dia masih memiliki hati.“Semua orang bisa berbuat salah, bisa juga khilaf karena suatu hal,” suara Fury dalam benak Rafael.“Kau benar, tidak ada salahnya meng
“Rafael!”Suara panggilan merdu dari Xavier kecil, memanggil Rafael dalam mimpinya.“Xavier! Tunggu!” teriak Rafael mengejar Xavier, dia terus berlari dan tidak melihat jurang di depannya.“Xavier!”Rafael memanggil Xavier yang terjatuh ke dalam jurang, Rafael kecil hanya bisa berteriak di tepi tebing.Semua menjadi gelap dan berganti, Xavier mengenakan baju serba hitam. Dia berjalan ke sebuah tempat yang di depannya merupakan reruntuhan.“Xavier, jangan ke sana!” teriak Rafael tapi seakan tidak terdengar sekali lagi Xavier jatuh tertimbun dalam reruntuhan. Beberapa kali mimpi-mimpi it uterus berputas dan semuanya menampilkan Xavier yang terjerumus dalam bahaya.“Xavier!” teriak Rafael terbangun, wajahnya dipenuhi keringat yang mengalir. Dadanya naik turun, akibat dari mimpi buruk yang baru saja dia alami. Matanya mulai melihat sekitar, dia berada di kamar, kamarnya di dunia bawah, rumahnya. Tempat itu sama seperti terakhir kali dia meninggalkan kamar ini.“Tuan Muda Rafael, Anda suda
Perjalanan menuju Ibukota Kerajaan Cahaya memakan waktu 6 jam dari hutan Onyx. Sudah setengah perjalanan mereka lalui. "Ada apa ini? Kenapa banyak antrian kereta kuda?" gumam Adrian yang memegang kemudi kereta kuda sementara di depannya ada beberapa kereta kuda yang berhenti."Ada apa? Kenapa berhenti?" Rosaline keluar saat kereta yang mereka naiki berhenti berjalan. "Lihat saja kereta kuda yang lain juga berhenti," Adrian dan Rosaline melihat ada sepuluh kereta kuda di depan mereka. Penasaran, Adrian bertanya kepada kusir kereta kuda di depannya."Apa ada perbaikan jalan atau yang lain?" tanya Adrian kepada kusir di depan kereta mereka."Tuan, saya kurang tahu, saya hanya mendengar rumor ada bandit tapi entahlah." Kusir itu terlihat cemas, dia membawa majikannya yang juga terlihat gusar."Woi yang di sana! Masuk ke kereta kalian masing-masing dan tunggu giliran!" teriak seorang pria kekar dan menyeramkan. Otot-otot lengannya terlihat kerena dia mengenakan baju tanpa lengan. Bekas co