Yuasa bersiap untuk kembali mendaki pegunungan Jade seperti janjinya kepada Aurum. Dia membuka pintu rumah Rafael dan melangkah keluar, tetapi tangannya ditarik oleh pria kekar yang kemudian berkacak pinggang dihadapannya.
"Mau ke mana?" Rafael menatap Yuasa tajam seakan tatapannya bisa mengulitinya."Pa—paman!" Yuasa mendengus kesal, melihat ekspresi wajah Rafael sudah jelas pria itu akan melarangnya."Ke puncak pegunungan Jade," jawab Yuasa jujur."Belum waktunya," balas Rafael menarik tangan Yuasa lalu mengunci pintu rumahnya. Dia memberikan isyarat kepada Yuasa untuk mengikutinya."Ck," decak Yuasa kesal. Namun, dia tetap mengikuti Rafael menuruni tangga ke ruang bawah.Yui dan Light sedang mengepel ruangan luas yang seperti dojo itu. Semua jendela telah terbuka dan tidak tercium aroma pengap seperti dulu."Paman!" Kedua anak kembar itu menghambur seperti anak ayam yang melihat induknya. Mereka mengitari Rafael dengan mengatakan apa yang sudah merekaXavier mengecek laboratorium untuk memastikan semua berjalan lancar. Dia melihat ada bercak darah di lantai. Merasa penasaran dia menyusuri darah tersebut hingga menemukan bekas darah yang mengering di dekat tabung kaca tempat sang raja kegelapan berada. “Aneh, darah apa ini?” gumam Xavier memeriksa lagi apakah ada kebocoran pada tabung kaca tersebut. Xavier sudah beberapa hari tidak berkunjung ke laboratorium untuk mencari tahu tentang raja kegelapan. Ciri-ciri fisik raja ini tidak mirip dengan raja kegelapan yang dia kenal. “Tuan Xavier, apa Anda sendirian?” tanya anak buah Xavier yang terlihat sedang mencari seseorang. “Bukankah seharusnya penjaga malam itu berdua?” tanya balik Xavier. “Iya, benar tapi temanku entah kemana,” jawab pria itu sedikit merasa takut akan disalahkan oleh atasannya. “Lihat ini!” Xavier menunjukkan bercak darah di lantai. Pria yang hari ini memiliki jadwal berjaga merasa takut melihat bercak tersebut. Dia takut mend
Rafael mengunci dirinya di kamar. Yui sudah berusaha mengetuk kesekian kali, tetapi hanya mendapatkan jawaban 'pergi' dari pria yang melatihnya itu. Sedangkan Rafael membuka sebuah kotak yang terlihat sangat lama tidak dibuka."Aku harus memastikannya," gumam Rafael membuka kotak itu. Sebuah buku besar dengan kertas yang sudah tidak lagi putih karena termakan usia berada di dalam kotak. Rafael membaca mantra dan segel buku itu terbuka."Di halaman berapa? Kristal istimewa," gumam Rafael membuka halaman dan mencari informasi yang dia maksud.Ingatannya kembali ke hari di mana kakaknya –Yuichi memutuskan untuk menikahi Sawatari."Dia manusia, Yuichi!" Seorang pria yang wajahnya mirip dengan Rafael terdengar menentang keputusannya."Tapi aku mencintainya," jawab Yuichi saat itu."Ini bukan hanya masalah cinta, tapi keturunanmu nanti!" suara pria yang merupakan Ayah Rafael memberikan alasan supaya Yuichi tidak menikah dengan seorang manusia.Perdebatan terus berlanjut hingga Yuichi
Rosaline turun dari kapal dan menginjakkan kakinya di pelabuhan Kota Aquamarine. Salah satu kota di Kerajaan Silverstone. Dia mengenakan pakaian manusia dan menyamar seperti manusia. Dua minggu yang lalu, dia menyelesaikan barrier tujuh lapisnya setelah hampir tiga bulan berlatih. Akhirnya dia diperbolehkan melanjutkan misinya, menghilangkan tato di tangannya.“Dari sini lebih baik langsung ke ibukota, kurasa aku perlu tumpangan untuk ke sana,” gumam Rosaline membaca peta yang ada di tangannya sambil berjalan tanpa memperhatikan jalan. Dia tidak melihat ada seorang pria yang berdiri di depannya dan menabrak pria itu hingga petanya jatuh.“Maaf, aku tidak sengaja,” ucap Rosaline cepat-cepat.Pria itu memperhatikannya dengan tatapan terpukau seakan belum pernah melihat manusia seperti Rosaline.“Maaf, apa Anda terluka?” Rosaline kembali meminta maaf kepada pria berambut hitam yang pastinya bukan pemilik kristal hitam, dia hanyalah manusia biasa.“Tidak apa-apa,” jawabnya.Rosaline menun
Yuasa tidak mendaki puncak Pegunungan Jade hingga dia dipanggil kembali untuk masuk akademi. Rafael mengantarnya dan memastikan akademi sudah memiliki pelindung kembali. "Sepertinya Agni baik-baik saja, pelindung sudah terpasang lagi di Akademi," batin Rafael yang mengantar Yuasa hingga masuk ke kamarnya. "Ini resep teh ginseng sisik naga, Rosaline tidak ada di sini untuk menyiapkannya. Kau tidak boleh salah," ucap Rafael dan memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya. "Kuusahakan," jawab Yuasa yang tidak tahu apakah dia akan benar membuat racikan tehnya. "Dengar, tidak …," "Tidak boleh keluar akademi!" sela Yuasa memotong ucapan Rafael. "Aku mengerti Paman, Xavier masih mengincarku," lanjut Yuasa. "Bagus kalau kau tahu, apapun yang terjadi jangan keluar, kau aman selama di dalam akademi," imbuh Rafael. Yuasa berlatih hampir satu bulan bersama Rafael dan dalam waktu satu bulan dia sama sekali tidak bisa menggores pamannya. Meskipun begitu, perkembangan Yuasa cukup pesat. Dia
Yuasa melompat dari punggung Fury saat naga hitam itu mendarat dengan suara dentuman keras. Seorang wanita cantik yang kecantikannya tidak termakan usia merentangkan tangan menyambut kedatangan putra pertamanya."Ibunda!" teriak Yuasa berlari ke arah wanita itu. Mereka terlihat seperti kakak adik, bukan seperti ibu dan anak. Permaisuri Sawatari tidak terlihat bertambah tua sedikitpun meskipun waktu telah berlalu."Lihat dirimu, kau bertambah tinggi!" Permaisuri Sawatari memuji putranya dan memperhatikan setiap perubahan yang ada. "Tanganmu juga lebih berotot," lanjutnya."Ya, lebih berotot tapi tetap saja terlihat cantik dan tidak sekekar paman," balas Yuasa yang terlihat sedikit kecewa dengan perubahan kecil pada dirinya yang tidak seperti keinginannya."Jangan samakan dirimu dengan Rafael, kau Ryuichi bukan Blackdragon." Suara yang familier terdengar dan Yuasa menghambur ke arah pria itu."Ayahanda!" "Kemarilah!" Raja Yuichi merentangkan tangan menyambut Yuasa. Dia memeluk putranya
Rosaline menggunakan nama Riona untuk mendaftar turnamen. Hari ini dia memiliki jadwal untuk bertanding. Semua mata memandang ke arahnya saat dia memasuki arena pertandingan. Meskipun sudah tahu tak seharusnya dia mengenakan celana pendek yang mengekspos kaki jenjangnya, tetapi saat ini dia tidak punya waktu untuk membeli pakaian baru.“Laki-laki tidak bisa menjaga matanya,” gerutu Rosaline.Suara siulan dari beberapa peserta lain membuat suasana hati Rosaline semakin kesal. Dia berdiri di sudut ruangan untuk menunggu gilirannya.Pria yang bernama Rocky berjalan ke arah Rosaline dan bersandar di tembok di sebelahnya.“Kau benar-benar peserta di sini?” tanyanya masih tidak percaya.Rosaline melihat ke arah pria ini dengan malas. Dia tidak ingin menjawab pertanyaannya.“Riona, apa kau memang terobsesi menjadi petarung? Kalau tujuanmu uang, kurasa aku bisa memberikan uang yang …,” ucap Rocky terhenti saat nama Riona disebut dan gadis itu berjalan menuju arena pertandingan. Rocky memperha
Pria itu bersikukuh ingin Rosaline tetap mengikuti prosedur ujian seperti yang lainnya sementara anak kecil yang ada di depannya mulai berjalan menuju ke arah tengah aula.“Jika kalian masih bisa berdiri sampai akhir, kuanggap lolos,” ucap Pangeran Yuan.Rosaline melihat sesuatu yang berbeda saat pangeran kedua ini mulai tersenyum. Senyumannya terlihat menyeramkan, dia tidak terlihat ramah layaknya Putri Yui, sesuatu yang gelap terasa menyelimuti dirinya.“Kau merasakannya?”Rosaline menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah Jenderal Archilles.“Apa yang terjadi dengan pangeran?” tanya Rosaline.“Hidupnya tidak mudah, hanya itu yang bisa kukatakan.” Jenderal Archilles meninggalkan Rosaline yang bersandar di tembok aula memperhatikan kesembilan belas peserta yang sedang diuji oleh pangeran kedua. “Dia sudah mencapai tahap ini, luar biasa,” gumam Rosaline saat merasakan perubahan suhu yang terjadi di aula. Lantai sudah mulai berubah menjadi es dan terasa licin, salah satu dari
Raja Yuichi memasuki Istana Mawar, tempat dia dan sang permaisuri melepaskan lelah dan beristirahat. Istana Mawar sengaja dibangun untuk sang permaisuri yang menyukai bunga mawar. Di istana itu pula tumbuh berbagai macam bunga mawar beraneka warna dan beraneka rupa baik dari dunia manusia maupun dunia kristal termasuk beberapa jenis mawar dari dunia bawah yang berwarna lebih gelap dibandingkan mawar dari kedua dunia lainnya. Raja Yuichi melihat sang permaisuri terlelap di kursi panjang. Dia mendekati wanita yang telah memberikannya anak-anak yang begitu manis, membelai wajahnya dengan lembut. “Kau pasti terlalu lelah menunggu hingga tertidur di sini,” ucap sang raja yang jelas tidak terdengar oleh sang permaisuri yang sudah terlelap. Tak ingin mengganggu tidurnya, Raja Yuichi memindahkan sang permaisuri ke dalam kamar dan meletakkannya perlahan di atas tempat tidur besar yang empuk. Aroma mawar tercium dari banyaknya bunga mawar yang dirangkai di sekitar tempat tidur. “Sawatari, kau