Agni membawa Pangeran Yuasa ke sebuah tempat yang dikenalnya sebagai tempat pemeliharaan hewan tunggangan. Dia sering ke tempat ini untuk belajar menunggang. “Kenapa ke sini?” tanya Pangeran Yuasa.Agni tersenyum kemudian membuat api dengan kekuatannya, api itu kemudian dilemparkan ke atas. Lemparan api itu langsung menghilang, namun menampilkan semacam barrier yang melindungi tempat ini.“Di sini terdapat tujuh barrier yang melindungi seluruh wilayahnya, serangan dari luar tidak akan bisa masuk dengan mudah. Seperti saat kejadian waktu itu, semua anak panah tidak bisa menembus barier ini tetapi kelemahannya sama seperti kelemahan pertahanan akademi. Barrier hanya melindungi serangan dari luar, jika yang berada di dalam keluar atas keinginan sendiri maka dia tidak lagi mendapatkan perlindungan.” Agni menjelaskan sistem pertahanan akademi dan keadaan saat ini. “Ada manusia dan half human, bagaimana kalau mereka bertemu!” seru Pangeran Yuasa yang mengetahui keduanya berada di tempat y
Rosaline menemui Pangeran Yuasa yang sedang berusaha melepaskan rantai di kakinya.“Pangeran,” panggil Rosaline hingga pemuda itu menoleh dan melihat Rosaline dengan wajah senang.“Syukurlah, bisakah kau lepaskan rantai ini?” pinta Pangeran Yuasa.“Maaf, Pangeran, tetapi Tuan Agni memerintahkanku untuk menjaga Pangeran tetap di sini, lagi pula tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Rosaline yang duduk di bawah pohon.“Apa di luar terkendali?” tanya Pangeran Yuasa yang mulai melepaskan rantai dari tangannya, dia mendekat ke arah Rosaline dan duduk di sebelahnya.“Ya, terkendali. Kunang-kunangnya juga sudah pergi entah ke mana, mungkin mereka sudah terbang ke tempat lain,” sahut Rosaline.“Syukurlah kalau sudah pergi, aku khawatir dengan kunang-kunang tadi, makhluk itu memiliki aura dunia bawah yang gelap,” balas Pangeran Yuasa, dia merasa lega ternyata yang dikhawatirkannya tidak terjadi.“Sebentar lagi bulan penuh,” ucap Rosaline memandang bulan yang mendekati bulat sempurna. Bula
Pangeran Yuasa kembali menaiki Thunderstorms dan terbang kembali ke tempat pemeliharaan binatang tunggangan.“Rosaline!” teriak Pangeran Yuasa saat tidak melihat gadis itu di bawah pohon besar tempat terakhir mereka bertemu.Matanya memindai keberadaan gadis berambut merah itu, rasa cemas mulai menyelimuti dirinya.“Rosaline!” teriak Pangeran Yuasa berlari ke sana kemari mencari gadis itu.“Di mana dia?” batin Pangeran Yuasa yang mencemaskan gadis itu juga terpengaruh kunang-kunang karena sebelum dia datang kunang-kunang tersebut juga berada di wilayah pemeliharaan binatang tunggangan.“Pangeran?” Suara lembut gadis yang sedang dicarinya membuat sang pangeran menoleh dan berlari ke arahnya.“Rosaline!” seru Pangeran Yuasa memeluk tubuh ramping yang jauh lebih kecil dari dirinya.“Pangeran,” balas lirih Rosaline merasa malu berada dalam pelukan seorang pria muda yang telah merebut hatinya.“Ah, maaf.” Pangeran Yuasa melepaskan Rosaline dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tadi
Rosaline berlari dengan kencang menuju ke tempat Xavier berada. Pria yang mengendalikannya ini menyeringai saat Rosaline sudah berada di hadapannya dalam waktu singkat.“Luar biasa, kau bisa menemukanku dengan cepat.” Xavier tidak menyangka jika Rosaline akan secepat ini mendatanginya.“Kau belum cukup kuat untuk mengendalikanku.” Rosaline memanfaatkan kesempatan ini untuk mencoba keberuntungannya, mengalahkan Xavier dan terbebas darinya atau mengakhiri hidup jika kalah.“Apa kau pikir dengan menantangku maka aku akan melepaskanmu?”Xavier menyeringai, saat ini dia juga ingin mencoba mengadu kekuatannya dengan Red Ruby yang terkenal memiliki kekuatan kristal terkuat.Beberapa anak buah Xavier sudah siap menyergap gadis ini tapi pria berambut hitam panjang ini memberikan kode untuk tetap diam di tempat.“Hari ini aku akan mengalahkanmu atau mati!” seru Rosaline memanggil kedua belati yang berupa senjata perhiasan. Anting di kanan dan kiri telinganya bersinar d
"Rafael hentikan!"Teriakan Sawatari yang terdengar memohon diabaikan oleh pria yang merupakan adik dari suaminya."Maaf Sawatari, aku tidak bisa berhenti sekarang," balas Rafael tetap berdiri dengan memegang segel di tangannya."Cepatlah, bulan semakin gelap!" teriak Yuichi yang terlihat menahan sakit dan berusaha terlihat kuat dihadapan Sawatari.Gerhana bulan sudah hampir mencapai puncaknya dan saat bulan tertutup sempurna kontaminasi akan menyebar sangat cepat."Segel!" teriak Rafael meletakkan segel di telapak tangan Yuichi. Warna gelap akibat kontaminasi seperti dihisap oleh segel tersebut. Perlahan-lahan warna kulit di tangan Yuichi mulai normal kembali dan saat sampai di pergelangan tangan, Rafael menghentikannya."Maaf,"Rafael jatuh ke lantai dan segel yang terpasang belum sepenuhnya selesai."Rafael!" teriak Yuichi meraih kepala adiknya dan menepuk-nepuk pipinya. Dia tak kunjung bereaksi."Sa
Agni melompat menghindari serangan Rosaline. Gadis Red Ruby yang seharusnya berada perintahnya justru menyerang dirinya."Keterlaluan, Xavier, dia memanfaatkan gadis tak bersalah demi rencananya," batin Agni geram. Dia tidak bisa menyerang Rosaline karena hal itu akan melukai gadis ini. Yang bisa dia lakukan hanya terus menghindari serangannya.Rosaline memegang erat kedua belatinya. Dia memainkan keduanya dengan anggun layaknya menari dengan senjata mematikan. Tak hanya satu atau dua goresan, Agni menderita beberapa luka di tangan dan kakinya akibat serangan Rosaline.Kedua belati gadis itu menyerang bergantian, kanan dan kiri. Tubuhnya memutar untuk menambah kekuatan serangannya. Sementara Agni, dia menahan serangan itu dengan tombaknya. "Tuan Agni, maaf," batin Rosaline yang tak bisa mengendalikan tubuhnya untuk berhenti menyerang kepala akademi ini. Dia terus menyerang hingga pria ini kelelahan."Rosaline, apa kau tidak bisa melawannya?" bisik Agni dan pandangan mata gadis itu me
Tubuh Rosaline bergerak menuruti perintah pemilik tato kupu-kupu. Dia berjalan menuju ke arah Pangeran Yuasa yang sudah kehilangan banyak darah.“Keterlaluan kau Xavier!” teriak Alma menghadang Rosaline.Wanita berambut ungu itu menghalangi langkah Rosaline.Sementara itu, Xavier mengepalkan tangannya dengan kesal, rencananya gagal. Dia menyuruh anak buahnya untuk mundur.“Tapi, Tuan, saat ini pasukan kita sudah di atas angin, kita pasti bisa menerobos masuk akademi!" bantah anak buah Xavier.“Mundur, bulan sudah kembali, mereka tidak lagi sekuat saat gerhana, hanya tinggal menunggu waktu untuk dikalahkan.”Xavier kembali melihat Rosaline dan Alma yang sedang bertarung dengan sengit. “Red Ruby sangat kuat, dia sudah mengalahkan Agni dan sekarang bertarung imbang melawan Alma. Aku menginginkan gadis ini menjadi milikku, bawahanku yang bisa diandalkan." Xavier menyeringai dia mendekati Pangeran Yuasa yang sudah tidak berdaya.“Maaf kan aku, tapi darahm
“Pelan sedikit!” Alma berteriak merasakan sakit dan perih dari obat yang diberikan Rafael. Pria ini memang tidak bisa lembut sama seperti sebelum mereka berpisah.“Kalau kau menunduk seperti itu, bisa-bisa salah memberikan obat,” sindir Alma yang melihat Rafael mengoleskan obat dengan menundukkan pandangannya.“Aku menghormatimu dan tidak ingin melihat tubuhmu. Harusnya kau berterima kasih,” balas Rafael, dia bingung bagaimana mengobati Alma yang terluka di bagian perut atas mendekati bagian menonjol yang sangat sensitif bagi semua wanita jika tersentuh. Dia tidak mau mendapat tamparan karena dianggap melecehkan wanita.“Mana mungkin aku seperti itu, kau saja tidak pernah mau melihatku saat kita bersama,” balas Alma. Dia mengambil perban dan melakukannya sendiri. Sementara Rafael membelakangi Alma supaya tidak melihat tubuh wanita yang pernah mengisi hari-harinya.“Keponakanmu jauh lebih jujur darimu, lihatlah dia begitu terpukul karena gadis itu. Tidak ada lagi yang