Rainsword terbangun lalu meraba tubuhnya, melihat apakah masih utuh atau tidak. Dia kemudian memijit pelipis kepalanya yang terasa pusing.“Apa semua itu mimpi? Mimpi yang benar-benar nyata.”Seketika mata Rainsword terbelalak melihat sebuah simbol ular berkepala sembilan di punggung tangannya.“Apa ini?!”Dia menggosok gambar itu tapi tidak juga hilang. “Apa ini semacam tato, siapa yang usil mengerjaiku,” pikir Rainsword.Pemuda berambut keperakan pendek itu bangun dan menuju ke kamar mandi guna menghapus coretan di tangannya. Saat gambar ular berkepala sembilan itu terkena air bukan semakin menghilang justru bersinar. Warna yang awalnya hitam berubah menjadi biru laut.
Kembali ke Kerajaan Cahaya, Raja Yuichi merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya. Telapak tangan yang menghitam semakin menjalar hingga mencapai lengannya. Tiba-tiba dia terjatuh saat berjalan mendekati meja kerjanya. "Yang Mulia!" seru seorang pengawal yang melihat Raja Yuichi terjatuh di dekat meja kerjanya. Pengawal itu membawa sang raja beristirahat di sebuah kursi panjang yang ada di ruangan itu. "Saya panggilkan tabib," ucap pengawal yang terlihat cemas melihat rajanya sakit. Tanpa kata, Raja Yuichi hanya mengangguk saja. Dia menyandarkan kepalanya pada lengan kursi panjang dan meluruskan kedua kakinya. "Blood moon, kegelapan dalam diriku mulai bangkit," batin Raja Yuichi. Dia hanya tersenyum kecut menyadari kenyataan yang jauh dari keinginannya. "Yang Mulia!" Suara nyaring yang sangat merdu terdengar. Meskipun tidak melihat, sang raja tersenyum. "Aku baik-baik saja, sepertinya hanya terlalu lelah," balas Raja Yuichi perlahan melihat wajah cantik yang saat ini melihat
Permaisuri Sawatari bersama dengan seorang jenderal memeriksa sebuah ruang bawah tanah. Tempat yang jarang dikunjungi maupun dihuni karena pada masa pemerintahan Raja Yuichi dia sangat jarang menghukum dengan memenjarakan mereka. Cara memerintah yang halus membuat rakyat tidak melakukan banyak tindakan kriminal. Meskipun terlihat tenang bukan berarti tanpa masalah. Beberapa orang yang menduduki jabatan di pemerintahan berusaha menyingkirkannya.“Sepertinya hanya ruangan ini yang berada di bawah tanah tanpa ada celah keluar,” terang Jenderal yang menemani Permaisuri Sawatari.“Terima kasih,” ucap sang permaisuri dan pria itu membiarkan wanita cantik dan anggun itu melihat-lihat ruangan pengap dan lembab yang dikunjunginya sambil bertanya-tanya untuk apa ruang bawah tanah ini.“Saya bisa keluar sendiri, Jenderal bisa melanjutkan tugas kembali dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” ucap Permaisuri Sawatari dengan sopan, tidak bermaksud mengusir.“Baik, Permaisuri,
Rafael tidak mau melakukan penyegelan, tetapi jika dia tidak melakukannya saat ini semua akan terlambat. Darah dalam diri kakaknya ternyata mengalir darah bangsa kristal hitam juga. “Pantas saja selalu janggal, dia kristal cahaya, tetapi bisa bersama dengan kami yang merupakan kristal hitam.” Rafael mengganti simbol pada lingkaran sihir yang dia buat. Segel berbeda memerlukan kecocokan simbol yang berbeda pula.“Sepertinya bukan yang itu,” ucap Raja Yuichi mengoreksi satu simbol yang menurutnya kurang tepat. Rafael mengangguk dan mengganti simbolnya.“Bagaimana dengan Yuan?” tanya Rafael.“Dia akan baik-baik saja bersama Erina. Selama dirinya jauh dariku,” jawab Raja Yuichi dengan senyuman tipis yang terasa perih. Ayah mana yang ingin berpisah dengan anaknya. Jika bukan karena keadaan mana mungkin dia melakukan hal itu.“Apa dia benar-benar seperti Yui?” imbuh Permaisuri Sawatari yang duduk di dekat suaminya.“Ya, sangat mirip. Perbedaan mereka hanya warna mata dan rambut saja. Mata
Agni membawa Pangeran Yuasa ke sebuah tempat yang dikenalnya sebagai tempat pemeliharaan hewan tunggangan. Dia sering ke tempat ini untuk belajar menunggang. “Kenapa ke sini?” tanya Pangeran Yuasa.Agni tersenyum kemudian membuat api dengan kekuatannya, api itu kemudian dilemparkan ke atas. Lemparan api itu langsung menghilang, namun menampilkan semacam barrier yang melindungi tempat ini.“Di sini terdapat tujuh barrier yang melindungi seluruh wilayahnya, serangan dari luar tidak akan bisa masuk dengan mudah. Seperti saat kejadian waktu itu, semua anak panah tidak bisa menembus barier ini tetapi kelemahannya sama seperti kelemahan pertahanan akademi. Barrier hanya melindungi serangan dari luar, jika yang berada di dalam keluar atas keinginan sendiri maka dia tidak lagi mendapatkan perlindungan.” Agni menjelaskan sistem pertahanan akademi dan keadaan saat ini. “Ada manusia dan half human, bagaimana kalau mereka bertemu!” seru Pangeran Yuasa yang mengetahui keduanya berada di tempat y
Rosaline menemui Pangeran Yuasa yang sedang berusaha melepaskan rantai di kakinya.“Pangeran,” panggil Rosaline hingga pemuda itu menoleh dan melihat Rosaline dengan wajah senang.“Syukurlah, bisakah kau lepaskan rantai ini?” pinta Pangeran Yuasa.“Maaf, Pangeran, tetapi Tuan Agni memerintahkanku untuk menjaga Pangeran tetap di sini, lagi pula tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Rosaline yang duduk di bawah pohon.“Apa di luar terkendali?” tanya Pangeran Yuasa yang mulai melepaskan rantai dari tangannya, dia mendekat ke arah Rosaline dan duduk di sebelahnya.“Ya, terkendali. Kunang-kunangnya juga sudah pergi entah ke mana, mungkin mereka sudah terbang ke tempat lain,” sahut Rosaline.“Syukurlah kalau sudah pergi, aku khawatir dengan kunang-kunang tadi, makhluk itu memiliki aura dunia bawah yang gelap,” balas Pangeran Yuasa, dia merasa lega ternyata yang dikhawatirkannya tidak terjadi.“Sebentar lagi bulan penuh,” ucap Rosaline memandang bulan yang mendekati bulat sempurna. Bula
Pangeran Yuasa kembali menaiki Thunderstorms dan terbang kembali ke tempat pemeliharaan binatang tunggangan.“Rosaline!” teriak Pangeran Yuasa saat tidak melihat gadis itu di bawah pohon besar tempat terakhir mereka bertemu.Matanya memindai keberadaan gadis berambut merah itu, rasa cemas mulai menyelimuti dirinya.“Rosaline!” teriak Pangeran Yuasa berlari ke sana kemari mencari gadis itu.“Di mana dia?” batin Pangeran Yuasa yang mencemaskan gadis itu juga terpengaruh kunang-kunang karena sebelum dia datang kunang-kunang tersebut juga berada di wilayah pemeliharaan binatang tunggangan.“Pangeran?” Suara lembut gadis yang sedang dicarinya membuat sang pangeran menoleh dan berlari ke arahnya.“Rosaline!” seru Pangeran Yuasa memeluk tubuh ramping yang jauh lebih kecil dari dirinya.“Pangeran,” balas lirih Rosaline merasa malu berada dalam pelukan seorang pria muda yang telah merebut hatinya.“Ah, maaf.” Pangeran Yuasa melepaskan Rosaline dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tadi
Rosaline berlari dengan kencang menuju ke tempat Xavier berada. Pria yang mengendalikannya ini menyeringai saat Rosaline sudah berada di hadapannya dalam waktu singkat.“Luar biasa, kau bisa menemukanku dengan cepat.” Xavier tidak menyangka jika Rosaline akan secepat ini mendatanginya.“Kau belum cukup kuat untuk mengendalikanku.” Rosaline memanfaatkan kesempatan ini untuk mencoba keberuntungannya, mengalahkan Xavier dan terbebas darinya atau mengakhiri hidup jika kalah.“Apa kau pikir dengan menantangku maka aku akan melepaskanmu?”Xavier menyeringai, saat ini dia juga ingin mencoba mengadu kekuatannya dengan Red Ruby yang terkenal memiliki kekuatan kristal terkuat.Beberapa anak buah Xavier sudah siap menyergap gadis ini tapi pria berambut hitam panjang ini memberikan kode untuk tetap diam di tempat.“Hari ini aku akan mengalahkanmu atau mati!” seru Rosaline memanggil kedua belati yang berupa senjata perhiasan. Anting di kanan dan kiri telinganya bersinar d